Sholat Jumat siang ini diwarnai dengan sedikit insiden. Ada seorang anak kecil yang menangis dengan kalap, ketika bapaknya sedang sholat bersama dengan para jamaah lainnya. Sepertinya ada ibunya, namun si anak tetap menangis dengan sangat keras. Suaranya bahkan bersaing dengan bacaan Imam sholat Jumat.
Akhirnya security mesjid turun tangan, dan sang anak bisa tenang kembali. Tapi, saya bisa dengan mudah bayangkan bagaimana merah padam muka kedua orangtuanya karena insiden ini.
Sebetulnya, mengontrol anak itu tidak sulit. Cuma musti ketemu triknya saja yang tepat. Walaupun setiap anak berbeda-beda, namun, ada beberapa langkah yang sepertinya universal, bisa diterapkan kepada semua anak. Anak saya ada 4 orang, dan sejauh ini cukup bisa dikontrol dan dipandu oleh kami tanpa masalah yang berarti.
Sialnya, walaupun langkah-langkah tersebut mudah dilakukan, namun memang tidak ada pernah diajarkan di sekolah. Orang tua kita juga mungkin lupa mengajarkannya (atau, kita yang cuek ketika beliau sedang mengajarkannya kepada kita, he he). Alhasil, berbagai pasangan muda kembali mengalami masalah yang sama dengan pasangan muda lainnya yang sudah lebih dahulu mendapat momongan – anak yang sulit dikontrol oleh kedua orang tuanya.
Dalam artikel ini saya akan coba sharing beberapa tips untuk mudah mengontrol anak-anak kita.
1. Dalam berkasih-sayang – panjang lebar & bertele-tele
Jangan segan-segan menghabiskan waktu Anda untuk menyampaikan rasa kasih & sayang kepada anak-anak Anda. Untuk buah hati Anda, ada seluruh waktu di dunia ini bagi mereka. Bahkan ketika Anda sudah sangat lelah sekali pun karena sehabis bekerja seharian, peluklah anak-anak Anda, dan tanyakan kabar mereka hari itu.
Dan kasih sayang kepada mereka bukan berarti harus menghabiskan biaya yang mahal :) pelukan, candaan, bermain di rumah, bermain bola di depan rumah; itu semua sudah amat menyenangkan bagi mereka.
Salah satu kegemaran saya adalah mencuci mobil – setiap saya umumkan bahwa papa akan mencuci mobilnya; maka semua anak-anak langsung berloncatan & berlari, siap dengan spons pencuci di tangan masing-masing; dan lalu mereka semua saya semprot dengan air dari selang kebun, sambil sekali-sekali saya semprot juga mobilnya, he he he. Total chaos, riots. Absolute fun.
2. Dalam memberi instruksi – singkat & jelas
Kebalikan dari poin pertama; Jangan bertele-tele ketika memberikan instruksi kepada anak-anak Anda. Instruksi Anda harus disampaikan dalam bahasa yang sederhana. Mudah dimengerti oleh anak kecil. Dan singkat, sehingga mudah mereka ingat.
Yang sering kita lihat biasanya justru adalah kebalikan dari kedua poin ini :) sekali-sekali kita memanjakan anak kita; namun ketika menyuruh mereka melakukan sesuatu, disampaikan dengan “cerewet”, panjang lebar, sambil mengeluh panjang pendek ke langit dan ke bumi.
Alhasil, anak jadi belajar dan terbiasa untuk mengacuhkan kita, orang tua mereka … ups, gawat juga.
3. Pantang berbohong
Memang berbohong itu tidak baik, kepada siapa pun. Terlebih kepada anak kita. Namun tidak hanya itu saja – Ketika anak tahu bahwa kita tidak akan pernah berbohong pada mereka, maka mereka jadi bisa menganggap serius instruksi dan petunjuk dari kita.
Sayangnya, kadang kita melihat orang tua yang sangat mudah berbohong kepada anaknya. Memang, sekilas terlihat sebagai hal sepele, seperti :
Anak : (menangis) hueeee, aku mau permen itu
Orang tua : ya, ya, ya … nanti papa belikan, diam yaaa
Anak : (diam, tersenyum)
Tapi, kemudian permen itu tidak pernah jadi kenyataan :) oopppssss
Nah, pada kasus-kasus seperti ini, Anda telah mengajarkan kepada anak Anda; bahwa Anda itu tidak usah diacuhkan. Tidak perlu dianggap serius. Semua kata-kata Anda adalah bohong saja kok. Cuma permainan semua. Tentu saja kita tidak ingin mengajarkan ini kepada anak-anak kita bukan? Nah, untuk itu, jangan pernah berbohong kepada anak. Bagaimana pun remehnya hal tersebut.
4. Tegas (baca: show ‘em you mean IT)
Pelengkap poin 2 – setelah memberikan instruksi, lalu pastikan bahwa instruksi tersebut diikuti. Jangan biarkan ada terjadi pelanggaran. Tunjukkan bahwa Anda adalah boss di rumah ini.
TIP : Gunakan trik “JAM-BRET”
Contoh:
Orang tua : Sarah, angka 6 (*) sudah mulai sholat ya. Kalau tidak, besok tidak jajan.
Sarah : Oke !
(*) Angka 6 maksudnya adalah angka 6 pada muka jam, misal: 04:30, 03:30, dst. Dengan ini maka instruksi kita menjadi sederhana & jelas & mudah dimengerti.
Nah, ketika angka 6 ternyata Sarah belum sholat, maka, tentu saja, besoknya dia tidak mendapatkan uang jajan :)
Inilah poin 4.
Pada saat ini, biasanya sang anak akan meratap, memohon, dan merayu orang tuanya agar hukuman tersebut tidak diberikan kepadanya. JANGAN GOYAH. Tetap tegas & teguh dengan keputusan Anda. Jika Anda goyah, SATU KALI SAJA — maka anak jadi tahu: bahwa orang tuanya lembek. Maka sejalan dengan waktu, akan muncul banyak masalah, anak makin Rewel, sampai akhirnya menjadi masalah besar; seperti temper tantrum, dan seterusnya.
Dengan tegas, BUKAN berarti Anda tidak sayang anak. Justru sebaliknya, ketegasan Anda adalah cermin dari dunia nyata. Di dunia kita sehari-hari, semua hal ada konsekuensinya. Telat sampai di kantor? Gaji dipotong. Sakit? Cuti berkurang. Telat membayar tagihan? Kena denda. Dst.
Dengan bersikap tegas kepada anak, maka Anda telah mempersiapkannya untuk mandiri. Siap menghadapi dunia yang apa adanya ini. Maka ketika dia telah terbang dengan sayapnya sendiri ke angkasa, dia tidak kaget lagi. Dia sudah siap dan kuat menghadapi kenyataan hidup.
Hm, sepertinya sih itu saja. Terlalu mudah ya? Memang mengontrol anak kecil itu tidak sulit kok. Cuma, godaannya itu yang terlalu besar. Memanjakan yang tidak baik untuk mereka, mudah berjanji, dst. Perlu disiplin dan keteguhan “iman” dalam menjalankan ini semua :)
Oh ya, ini tips untuk anak kecil ya. Untuk anak yang sudah beranjak dewasa; yang sudah punya kemauan sendiri, punya pendapat sendiri, dst; pendekatannya perlu agak berbeda. Tetap tegas, namun komunikasi harus lebih intens lagi.
Secara ringkas – teman terbaik mereka haruslah Anda. Bukan yang lainnya.
sumber: harry.sufehmi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar