Menjalani keseharian bagi keluarga pesekolah rumah tak ada bedanya dengan keluarga lain. Hanya saja, intensitas bertemu kami lebih sering, dan oleh karena sebab itu pula salingketergantungan dan membutuhkannya juga lebih tinggi. Ahad kemarin akhirnya kami berkumpul kembali dalam suasana sehat dan segar, alhamdulillah. Setelah dua minggu satu per satu dari kami sakit, akhirnya kami 'kembali' segar dengan suasana favorit kami.
Aisyah segera membuka majalah bekas-tapi barunya. Mengerjakannya dengan semangat, sampai habis. Lem, krayon, gunting, pensil, spidol kembali berantakana. Inilah yang kurang selama 2 minggu ini. Suasana dimana anak-anak bersemangat dengan proyeknya masing-masing. Sayang, Jita harus menyelesaikan Ujian Akhir Semester PKn nya, yang dia anggap sebagai hal teraneh di dunia. Setelah itu, meluncurlah dia ke rak buku besar kami.
Sejak dulu saya sering heran, bagaimana para pesekolah rumah menghadapi kondisi di luar dugaan, misalnya saat harus melahirkan, terbaring sakit, atau ada anggota keluarga yang sakit. Sebenarnya saya sudah mengalaminya beberapa kali. Dari pengalaman inilah terpikir untuk menuliskan kisah di blog ini.
Seorang ibu yang 4 anaknya HS memberikan masukan hendaknya membuat persiapan-persiapan belajar anak-anak bila menjelang persalinan. Jadi walau sang ibu berjuang melahirkan anak ke 5, anak-anak yang lain sudah tau apa yang harus mereka lakukan. Ini berkaitan dengan sesuatu yang sudah bisa diprediksikan. bagaimana dengan kondisi si ibu sakit, atau ada anggota keluarga lain yang sakit, padahal fasilitator HS di rumah itu hanyalah si ibu? Kalau pengalaman saya, kami memilih untuk 'reses'.
Dalam masa istirahat itu, prioritas adalah merawat anak-anak yang sakit. Bahkan bukannya tak belajar sama sekali, anak-anak malah mengetahui hal baru dalam masa ini. Biasanya kalau masa reses seperti ini anak-anak saya biarkan istirahat di atas tempat tidurnya, sambil saya bercerita. Qodarulloh, kami bertiga kena diare. Jita bertambah pengetahuannya tentang diare. Kenapa saat kita diare tak boleh minum susu? Kenapa tak boleh makan buah-buahan? lalu saya pun bercerita tentang asam, serat dan sebagainya.
Beberapa orang tua merasa khawatir HS mereka berhenti di tempat saat si ibu sakit, atau saat mengalami hal-hal di luar dugaan yang mengharuskan si ibu tidak berada di rumah untuk waktu tertentu. Salah satu karakteristik pesekolah rumah adalah dorongan untuk belajar mandiri. Di saat giliran saya yang lemas karena diare, anak-anak mencari sendiri kegiatan mereka. Yang kecil menonton VCD, kakaknya membaca buku, mereka merasa rumah telah menjadi tempat belajar siap saji dengan pelayanan sendiri. Mereka sudah mengetahui tempat kertas, karton, gunting, lem. Mereka bisa dengan mudah meraih buku yang ingin mereka baca, dan sebagainya. Pembiasaan ini tentu terbangun sekian lama, dan biasanya akan mudah diikuti oleh anak ke dua, tiga, dan seterusnya.
Maka, Ibu-ibu yang harus melahirkan, yang sedang sakit, atau ada keperluan mendadak dan harus meninggalkan anak-anak, tak perlu terlalu khawatir. Insya Alloh anak-anak yang terbiasa belajar dengan motivasi besar dari dalam dirinya, dilandasi atas dasar kengintahuan, akan segera mencari kegiatan yang bermakna bagi dirinya, selama ada orang dewasa yang mengontrolnya.
sumber: catatan-ummujita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar