Jangan frustrasi ! ingatlah pada nasehat klasik : “Kalau anda mau merubah orang, rubahlah diri anda sendiri dulu. Kalau anda mau didengarkan, cobalah mendengarkan terlebih dahulu”.
Ya mendengarkan, merupakan kunci untuk didengarkan, kunci untuk mempengaruhi orang lain. Namun sayang, kebanyakan orang merasa sudah mendengarkan, padahal dia belum benar-benar mendengarkan….. maka yang terjadi seperti judul tulisan dan alinea pertama tulisan ini.
Seperti apa sih tingkatan kemampuan mendengarkan itu ? dan anda bisa introspeksi berada dimana kemampuan mendengarkan anda ? coba simak berbagai tingkatan mendengarkan seperti berikut ini.
1. Tidak mau mendengarkan
Ini paling parah…. Kalau tidak ada niat, bagaimana kita bisa mendengarkan. Orang yang menolak mendengar keterangan/penjelasan orang lain, sangat-sangatlah berbahaya…. Selain menyakiti orang lain, juga bisa terjebak dalam kesombongan yang akhirnya membodohi diri sendiri.
2. Berpura-pura mendengarkan
Ada yang menganggap ini lebih parah dari yang pertama. Tidak usah dipermasalahkan… ini bukan urutan baku. Tapi intinya, disini sudah ada niat untuk tidak menyakiti orang lain, tapi kesombongan/ ke “sok tau”an nya masih tinggi. Dampaknya sama saja dengan yang pertama, menyakiti dan membodohi diri sendiri.
3. Mendengarkan dengan selektif
Kebanyakan orang berada disini. Sayangnya, kebanyakan orang di golongan ini sudah merasa mendengarkan, sehingga tidak sadar akan kekurangannya. Sifat ini memang berhubungan dengan sifat dasar manusia pada umumnya yaitu adanya Ego-Defense mechanism (mekanisme perlindungan ego). Artinya, kita cenderung menolak sesuatu yang tidak nyaman, dengan kata lain hanya menerima yang nyaman bagi diri kita. Jadi dalam mendengarkan, kita biasanya hanya mendengar yang cocok dengan pendapat kita, sedangkan yang berbeda atau yang tidak kita sukai … kita abaikan. Contoh : Saat mendengar feeback, kita cenderung menolak negative feedback… dan menganggap : “ah…. Mereka tidak kenal dengan saya…. Itu nggak bener… itu data ekstrim… sebaiknya diabaikan saja”.
4. Mendengarkan sambil dalam hati berargumen
Ini sebenarnya mirip dengan no tiga di atas…… dan sering kita juga tidak menyadarinya. Padahal ini hambatan terbesar dalam kemampuan mendengarkan. Saat lawan bicara menyampaikan pendapatnya….. kita sudah sibuk dengan argument kita sendiri…. Gawatnya biasanya kita berfikir dalam hati ”ah…. Kamu salah…..”, atau “ah… bukan begitu…”, dll. Jadi kuping kita mendengar, tapi hati dan pikiran kita sibuk dengan argument kita sendiri….. kita mendengar tetapi sambil mendebat dalam pikiran kita. Hal ini terjadi karena kesombongan kita juga, kita sudah merasa mengerti maksudnya dan kita juga merasa lebih benar darinya. Jadi haslinya bisa sama dengan mendengarkan selektif atau bahkan sama saja dengan tidak mendengarkan, karena saat teman kita bicara, kita juga berbicara sendiri dalam hati dan pikiran kita. Alhasil….. salah persepsi, silang pendapat.
5. Mendengar dengan Empati.
Nah, yang paling tinggi tingkatan mendengarkan adalah mendengar dengan Empati. Kita benar-benar mendengarkan, mencoba mengerti konteksnya secara utuh. Kita hilangkan dulu argument kita, totally focus pada apa yang disampaikan. Cermati kata-katanya, bahasa tubuhnya, maksud kalimatnya, konteks pembicaraannya. Fokus mendengarkan….hilangkan pikiran yang lain. Tapi, kita juga tidak boleh larut dalam emosi pembicara. Jangan terpancing emosi bila lawan bicara kita emosi (menangis, marah, dll). Kita mengerti keadaannya. Ini penting, agar kita tetap bisa berusaha obyektif/rasional.
Sedikit tips agar bisa mendengar dengan empati antara lain sbb :
- Dengarkan semua kata-kata
- Lihat juga bahasa tubuh.
- Pahami maksudnya, dengan bertanya bila ada yang kurang mengerti atau ragu-ragu
- Ulangi kata-kata penting ybs sebagai langkah konfirmasi dan bukti mendengarkan. Sedapat mungkin dengan mengulang kata-katanya, jangan merubah.
- Jangan menyimpulkan, Jangan menghakimi (kamu salah, or kamu benar)….. dengarkan… dengarkan ….. sekali lagi fokus mendengarkan.
- Jangan cepat-cepat menasehati
- Jangan sok tahu atau sok yakin bahwa kita punya pengalaman yang sama…..(oh saya juga pernah……) dan malah balik mendominasi cerita pengalaman kita
- Dengarkan sampai ybs merasa sudah selesai menyampaikan maksudnya
Nah, bagaimana pengalaman dan kemampuan mendengarkan anda ? Atau mau menambahkan tips mendengar yang baik ? Silahkan……
sumber: progoharbowo.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar