Tidak jarang kita mengamati banyak sekali pelatihan-pelatihan motivasi spiritual hadir di negara kita. Selain melejitkan potensi keimnanan, ada pula yang mengaku bisa mendekatkan spiritualitas seorang hamba kepadaNya. Caranya simpel, anda hanya disuruh kosongkan pikiran, dengarkan hati nurani, ingat dosa-dosa anda dan rasakan ada titik Tuhan hadir disitu. Tak jarang para peserta menangis setelah itu.
Namun uniknya, sekalipun banyak memakai embel-embel Islam, training ini rupanya tidak cukup zuhud dan tawadhu. Ia banyak dijual lewat bandrol jutaan rupiah. Diisi oleh pengajar-pengajar berdasi. Panitianya rupa-rupa warnanya. Ada yang berjilbab ketat, kerudung selempangan, sampai yang tidak menutup aurat. Yang lelaki, apalagi: necis, wangi, gagah dengan jas menyelimuti punggungnya.
Pelatihan model seperti ini mencoba meredusir Islam dari ideologi ke spiritualitas belaka. Dari tauhid menjadi macam-macam tuhan serba ada. Makanya anda jangan kaget, jika ada orang Budha, Hindu, Nashrani, Konghucu hadir di pelatihan ini. Dalihnya, bahwa mereka sama-sama memiliki suara hati seperti orang Islam. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengidentifikasi mana suara hati dan mana suara setan?
Sejarah New Age Movement (NAM): Kamuflase Ide Kabbalah
Kasus diatas adalah satu kisah dari sekian banyak cacat inflitrasi New Age Movement (NAM) atau gerakan zaman baru dalam kehidupan kita. NAM sendiri di Barat sangat laku. Ia bukan lagi sekedar alternatif dari kekosongan nilai masyarakat, namun telah menjadi “agama” baru Barat persis setelah Frederich Nietszche membunyikan lonceng kematian Tuhan yang menggema di seluruh Eropa dan Amerika.
Anda penasaran seperti apa rupa NAM? Seperti dikutip di Wikipedia, New Age Movement (NAM) sendiri adalah gerakan spiritual non-agama Barat yang berkembang pada paruh kedua abad ke-20. Fokus utamanya berkisar pada penyatuan dunia Timur dan Barat pada tradisi spiritual metafisik semata. Upaya ini gencar dilakukan untuk menanamkan pengikutnya lewat pengaruh self-help, psikologi motivasi, kesehatan holistik, parapsikologi, penelitian kesadaran dan fisika kuantum.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan spiritualitas tanpa batas atau dogma yang lebih inklusif dan pluralistik dalam kehidupan. Karakteristik lain dari NAM sendiri adalah bagaimana doktrin ini amat berpegang teguh pada pandangan dunia holistik, dalam arti bahwa Pikiran, Tubuh dan Roh saling berhubungan dan bahwa ada bentuk Kesatuan dan persatuan seluruh alam semesta. Lebih lanjut daripada itu, NAM berupaya simultan untuk menciptakan sebuah pandangan dunia yang meliputi ilmu pengetahuan dan spiritualitas.
Tidak selsai disitu, yang menarik ialah di paragraf terakhir Wikipedia menulis, “The New Age movement includes elements of older spiritual and religious traditions ranging from atheism and monotheism through classical pantheism, naturalistic pantheism, and panentheism to polytheism combined with science and Gaia philosophy; particularly archaeoastronomy, astronomy, ecology, environmentalism, the Gaia hypothesis, psychology, and physics. New Age practices and philosophies sometimes draw inspiration from major world religions: Buddhism, Taoism, Chinese folk religion, Christianity, Hinduism, Islam, Judaism, Sikhism; with strong influences from East Asian religions, Gnosticism, Neopaganism, New Thought, Spiritualism, Theosophy, Universalism, and Western esotericism. The term New Age refers to the coming astrological Age of Aquarius”
Dengan begitu, di sinilah kedok NAM sejati terbuka lebar. Ia rupanya tidak lebih dari pengejawantahan dunia kemusyrikan, paganisme, dan theosofi sebagai prinsip dasar pergerakan.
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim patut waspada bahwa gerakan ini hanyalah peralihan wujud dari ide-ide kabbalah kuno dan misi Yahudi yang berlindung di kedok pelatihan kepribadian, spiritualitas, melejitkan potensi dan apalah namanya. Bahkan anda tahu, Nancy Percy, seorang pengkaji worldview dari Philadhelphia Biblical University, dalam tulisannya, Modern Islam And The New Age Movement menyatakan bahwa gerakan NAM hanyalah ekspresi yang lebih baru dari kecenderungan lama untuk mengimpor panteisme Timur ke dalam budaya Barat, yang dimulai dengan doktrinasi Plotinus dan neo-Platonisme.
JN Findlay, seorang teolog Kristen, juga mengatakan demikian. Ia beranggapan bahwa pengaruh pemikiran filsafat Yunani, khususnya Plato dan Neoplatonisme, pada perkembangan dalam Kabbalah telah lama diakui. Sejumlah Kabbalis mencatat ahwa ada hubungan erat antara Kabbalah dan filsafat Platonis. Dan fakta menunjukkan Kabbalah adalah sumber tunggal untuk ide-ide Platonis dan Neoplatonis yang kemudian akan berubah warna dari gagasan ancient wisdom kepada apa yang kita kaji sekarang ini (baca: NAM).
Plato sendiri adalah seorang peletak dasar etika filsafat Yunani yang kuat atas ide-ide penyatuan manusia dengan Tuhan. Oleh karena itu, David Livingstone, seorang pakar kajian Kabbalah, dalam tulisannya, Plato The Kabbalist, menyatakan bahwa menjadi keprihatinan kita semua bahwa gurita filsuf Kabbalis seperti Plato ini telah menjadi pilar banyak doktrin yang telah melanda abad kedua puluh. Dan konyolnya, satu-satunya alasan dia telah mencapai reputasi besar adalah bahwa dalam rimba sejarah Barat dan Timur, tradisi okultisme Plato telah dianggap sebagai “godfather” dari berbagai doktrin, dan sebagai wakil besar dari orang-orang yang berhubungan dengan tradisi kuno Kabbalah.
Plato dalam gagasannya mengatakan bahwa jiwa manusia tidaklah mati. Ketika kematian datang kepada tiap individu, ia akan bergabung kepada Sang Maha Baik. Doktrin ini mirip dengan Film yang banyak menyebarkan gagasan NAM, yakni Avatar. Dalam film berdurasi kurang lebih tiga jam dan menjadi top seller di Amerika ini, digambarkan bahwa bahwa jiwa insan manusia tidaklah mati, sebab mereka akan bergabung dengan Roh Eywa. Roh Eywa jangan kita tafsirkan adalah Allah. Sebab Eywa dalam mistisme Avatar, tidak lebih dari perwujudan Yahweh dalam agama Yahudi.
Peralihan doktrin dalam film Avatar ini sebelum menjadi pegangan NAM, sebenarnya bukan ide baru sebab ia telah diperkenalkan oleh Yahudi Mazhab Hasidik. Yudaisme Hasidik sendiri dipelopori oleh Baal Shem Tov pada medio 1600 hingga 1700 Masehi.
Menurut Michael Keene dalam bukunya “Agama-agama Dunia” menjelaskan bahwa Yudaisme Hasidik meninggalkan pendekatan orthodoks pada hal-hal ilmiah dan memuaskan perhatian pada tradisi ritual dan mistis Yahudi. Berbeda dengan mazhab Yahudi lainnya, pemimpin Yudaisme Hasidik (Rebbe) dipercayai memiliki karunia spiritual melebihi karunia yang diberikan pada rabbi pada umumnya. Gerakan Hasidik ini kemudian banyak menancapkan kuku baik di Israel maupun Amerika lewat penyatuan manusia dan Yahweh.
Oleh karena itu, ajaran NAM memang memiliki pandangan yang sejalan dengan ide-ide Kabbalah, Filsafat Plato, neo Platonisme, hingga theosofi. Akhirnya dengan begini kita bisa mengerucutkan pada garis umum tentang sifat sejati ajaran NAM sendiri yang berpijak pada lima elemen penting, yakni:
- Monisme, keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada, merupakan derivasi (penjabaran) dari sumber tunggal devine energy. Pada tingkat tertentu dapat digabungkan menjadi kesatuan dari semuanya.
- Pantheisme, yakni gagasan God is all and all is god, Allah adalah segala sesuatu dan segala sesuatu adalah allah. God within ourself atau Allah dalam diri kita. Bandingkan dengan God Spot ala Danah Zohar.
- Reinkarnasi, keyakinan bahwa jiwa manusia kembali pada eksistensi jas-maniah berulangkali, hingga mencapai keadaaan terbaik dan tertinggi dari Great Oneness atau keesaan agung alam semesta.
- Pencerahan, kepercayaan bahwa kita memiliki pengetahuan rahasia yang terkandung di alam bawah sadar kita. Sebagaimana disebutkan oleh Carl Gustave Jung, bawah sadar kolektif umat manusia memungkinkannya dapat memanipulasi energi dan zat [roh] dengan pikirannya, dan melaluinya dapat memperoleh kekayaan dan kesehatan.
- Spiritisme, keyakinan bahwa ada roh-roh yang dapat dihubungi oleh orang-orang mati sehingga dapat memberi wawasan kepada seseorang mengenai etika dan makna kehidupan di bumi.
Dengan menelisik data dan fakta yang ada, kita bisa menyimpulkan bahwa sejarah NAM adalah sejarah panjang sekaligus kelam dari kontinuitas ajaran Kabbalah yang ingin mewujudkan dunia ini dalam satu pandangan yakni Novus Ordo Seclorum. Pandangan ini tidak lebih ingin meredusir agama pada sisi spiritualitas belaka yang ujungnya akan menafikan peran Tuhan dalam agama tauhid, penyatuan manusia dengan tuhan, doktrin humanisme sekular, dan yang paling kita patut waspadai adalah membentuk kerajaan tunggal dimana dunia akan digerakkan oleh satu kekuatan, yakni Al Masihuddajal.
Invasi New Age Movement dan Kisah Tragis Kristen di Barat
Tulisan Maria Van Tiel seorang Doktor Antropologi Kesehatan yang menetap di Belanda. Dalam pengakuannya di harian Republika, tertanggal 21-01-2011, ia mencatat bahwa pada dewasa ini, buku bernapaskan NAM banyak bertebaran di toko buku di Indonesia. Harganya terjangkau.
Tak jarang dibumbui kata “best seller”. Judulnya menggiurkan. Sebut saja, Super Cerdas dengan Aktivasi Otak Tengah; Dahsyatnya Otak Tengah; The Power of Blessing; Unlimited the Potency of the Brain; Spiritual Company; atau Revolusi IQ/EQ/SQ. Yang luar biasa banyak jumlahnya, buku-buku hypnoparenting dan hypnotherapy.
Revolusi besar-besaran jalan pintas menuju bahagia dan sukses ala Barat ini mungkin cukup wajar terjadi. Kristen di Eropa memang habis dibantai oleh NAM. Dogma trinitas yang yang tidak memiliki basis Ketuhanan utuh gagal membendung arus modernisasi yang memberi ruang tajam terhadap rasionalisme.
Barat telah berkembang menjadi kubangan negeri-negeri dengan penafian luar biasa terhadap Tuhan. Gereja sebagai institusi dominan di Barat pun tidak mampu berbuat apa-apa. Ajaran Kristen yang cenderung dogmatis dan menumpukan akal menjadi musuh yang mudah ditaklukan oleh invasi NAM.
Sherry Shriner, penulis buku-buku konspirasi dan pengkaji Bible, sampai mengkaitkan tragedi ini dengan nubuwah dalam Bible. Dengan mengutip Matius, ia menulis tidak lebih sebagai seorang futurolog kristus ketika melihat kejadian yang sudah menjadi keniscayaan akhir zaman dalam tradisi Kristen.
Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. (Matius 24:24,25,26).
Sherry Shriner melanjutkan bahwa New Age tahu bahwa orang Kristen tidak bisa menerima serangan frontal doktrin okultism, sehingga mereka mengubah kata-kata sihir ke dalam istilah Kristen seperti "iman," "Tuhan," "Kristus," dan "kelahiran kembali" dan banyak gereja terkecoh.
Akhirnya, pendeta, pengurus gereja, dan sebagian umat Kristiani sekarang memasang kuda-kuda untuk membentengi teologi mereka dari serbuan NAM. Mereka memasang situs-situsnya bersamaan dengan judul-judul seperti Bahaya NAM, The New Age and Kabbalah, New Age Movement and Christianity dan segala macamnya.
Mereka sadar bahwa selama ini instansi keagamaan Kristen hanya sibuk pada hal-hal ritual liturgis belaka, sekaligus mengabaikan sisi esensial Kristen yakni perjumpaan dengan Tuhan secara logis bukan doktriner. Inilah rupanya yang menjadi dalang dibalik invasi NAM masuk ke gereja-gereja mereka. Dampak ini bukan main memilukannya.
Banyak anak-anak muda Amerika dan Eropa saat ini lebih rajin pergi ke paranormal ketimbang sekolah minggu. Mereka-para remaja itu-mulai mempelajari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan astrologi atau berguru di tempat sepi dan terpencil (esoterisme).
Saat itu pula, mereka mulai memperkenalkan gaya hidup baru seperti yang dilakukan kaum Hippies dari San Fransisco. Istilah God-Help sudah beralih ke Self Help. Manusia bisa memecahkan masalahnya tanpa bantuan Tuhan. Makanya di Perancis ada kasus unik, bahwa jumlah Paranormal bisa meningkat hingga mencapai ratusan tiap tahunnya, sedangkan jumlah Pastur hanya mengalami kenaikan dalam skala ribuan.
Bahkan di Inggris lebih gawat lagi, mereka tidak membayangkan situasi seperti ini. Gereja-gereja telah gulung tikar. Para pendeta gantung salib. Dan simbol trinitas telah digusur dengan sabda baru: Manchester United is my religion, and Old Trafford is my church. Jadi, Yesus sudah mati, seperti dikatakan Nietsczhe tadi bisa jadi betul dalam ranah Kristen.
Mewaspadai Fitnah New Age Movement Dalam Islam
Namun uniknya, tujuan NAM sebenarnya bukan saja menghancurkan Kristen. Musuh utama mereka adalah Islam. Islam lah lawan sepadan bagi mereka saat ini. Tauhid dalam Agama ini yang telah mapan dan sulit mereka hancurkan adalah target empuk untuk digasak oleh NAM sebagai korban berikutnya. Kita jangan lupa, kita sekarang sedang berhadapan dengan Zionisme.
Mereka memiliki banyak cara agar sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, Islam bergeser dari tapalnya, yakni Iman, Ilmu, dan Amal. Mereka boleh sulit memberangus faksi-faksi Jihad Islam. Namun mereka punya cara cantik, bagaimana memukul Islam melalui sendi vital dalam agama Islam itu sendiri, yakni tauhid.
Buktinya buku-buku New Age ala Islam laku keras di pasaran. Kata fitrah diredusir menjadi sekedar suara hati. Ideologi Islam mengalami perubahan makna menjadi spiritual Quotient. Visi peradaban yang dalam sejarah dibangun melalui ilmu dan jihad, kini ditegaskan cukup melalui paket-paket pelatihan. Bahkan kalimat Tauhid ditafsirkan dengan God Spot. Ya ide dari seorang Yahudi bernama Danah Zohar yang buku Spiritual Quotient-nya nyaris disetarakan sebagai Kitab Suci kaum New Age.
Gagasan Pluralisme Agama, Perenialisme Islam, Theosofi Islam, juga banjir proyek lewat kampus-kampus Islam yang ada. Lembaga Paramadina adalah kasus yang mewakili kekhawatiran ini. Sepengamatan penulis, buku “Agama Masa Depan Dalam perspektif Filsafat Perenial” karangan Komaruddin Hidayat terbitan Paramadina pada tahun 1995, termasuk buku awal yang menjelaskan pencampuran agama-agama lewat jalan perenialisme melalui ide yang sejatinya berasal dari theosofi (aliran kebatinan Yahudi) ini.
Bahkan kini di Jakarta telah berdiri Ibnu Arabi Society yang diketuai oleh Kautsar Azhari Noer seorang dosen filsafat UIN dan UI. Ibnu Arabi Society aktif menyelenggarakn seminar-seminar yang justru banyak mengaburkan pandangan-pandangan aseli Ibn Arabi tentang wahdatul wujud. Dalam salah satu seminarnya, yang saat itu penulis hadiri di salah satu Hotel, Kautsar Azhari Noer menjelaskan penyatuan manusia dengan Roh Allah.
Baginya Allah juga bagian dalam diri kita karena cahaya Allah ada dalam diri manusia. Karenanya amat mungkin kita adalah manusia sekaligus Tuhan. Bayangkan Kautsar Azhari Noer pada hari itu seperti membaptis ratusan peserta sebagai Tuhan: serentak, bersamaan! Baru kali ini sejarah, ada Tuhan berjumlah ratusan berada dalam satu hotel yang sama pula.
Tak berhenti disitu, Filsuf muslim abad 12 itu diboncengi namanya dengan faham-faham kesatuan agama-agama. Padahal Ibn ‘Arabi tegas menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang sah di dalam pandangan Allah SWT. Menurut Ibn Arabi setelah Nabi Muhammad SAW diutus, maka pengikut agama-agama para Nabi sebelumnya, wajib beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan mengikuti syariatnya.
Sebab, dengan kedatangan sang Nabi terakhir, maka syariat agama-agama sebelumnya otomatis tidak berlaku lagi. Bahkan Dr Mohd Sani bin Badrun, alumnus ISTAC-IIUM, dalam tesisnya berjudul “Ibn al-‘Arabi’s Conception of Religion”, menegaskan bahwa menurut Ibn Arabi, Kaum Yahudi wajib mengimani kenabian Isa AS dan Muhammad SAW. Kaum Kristen juga wajib beriman kepada kenabian Muhammad SAW dan Alquran.
Jika mereka menolaknya, maka mereka menjadi kafir. Bahkan, Ibn Arabi pun berpendapat, para pemuka Yahudi dan Kristen sebenarnya telah mengetahui kebenaran Muhammad SAW, tetapi mereka tidak mau mengimaninya karena berbagai faktor, seperti karena kesombongan dan kedengkian. Kitab al-Futûhât al-Makkiyyah yang beredar sekarang ini pun diduga banyak dipalsukan, bahkan sejak penulisnya masih hidup sudah dibelokkan dan kemudian diisi ajaran wihdatul wujud (akidah hulûl dan ittihâd).
Itu baru pada ranah filosofis. Selain itu, masih tak lupa dari ingatan kita mengenai kasus ESQ yang kemudian difatwa sesat oleh Ulama-ulama Malaysia. Ini juga adalah bagian tanda tanya dalam diri kita bahwa, sudahkah NAM betul-betul menguasai masuk ke sendi agama kita? Tanpa bermaksud mendeskriditkan maksud dari penggagas ESQ, namun fakta tak bisa dipungkiri.
Dalam buku “Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ” dinyatakan bahwa suara hati manusia memiliki suara hati yang sama. Ini sama saja mengakui entah ia Yahudi, Konghucu, Budha, hingga Atheis sekalipun memiliki suara hati yang sama pula. Padahal Islam tidak berhenti di fitrah tapi juga Iman, termasuk pada keyakinan nubuwah akhir zaman.
Alhasil saya bingung, bagaimana nanti ketika Dajjal turun tepat bersamaan dengan pelatihan ESQ. Para peserta berhamburan, peserta dari Yahudi dan Nashrani masuk ke barisan Dajjal, sedangkan peserta muslim bergeser ke dalam pasukan Al Mahdi. Ternyata mereka mengambil jalan berbeda. Lho katanya suara hati tiap manusia sama?
Inilah sedikit saja kerancuan metode dakwah dalam pelatihan kepribadian yang tidak sadar telah terinflitrasi NAM. Karenanya, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, beliau berpesan; "Kamu akan mendatangi kaum dari ahli kitab, maka yang pertama kali harus kamu dakwahkan agar mereka mentauhidkan Allah Ta'ala." (HR. Al Bukhari).
Wallahua’lam bishshawab
Penulis:
Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi,
Konselor Muslim, Aktif di Kajian Zionisme Internasional (KaZI)
sumber: eramuslim.com
Terima kasih infonya, memang keberagaman pemikiran dalam keyakinan harus disikapi dengan hati-hati khususnya bagi anak-anak muda yang sedang mencari jati diri dan mencari hal-hal baru. Ada juga satu paham yang dianut oleh Tom Cruise yaitu Scientology bisa baca di http://en.wikipedia.org/wiki/Scientology
BalasHapusKuncinya tentu saja Tauhid dan ini harus berawal dari pendidikan di rumah yaitu orang tua.