Menjadi seorang ibu merupakan salah satu dari sekian anugerah besar bagi saya.
Bagaimana tidak, menjadi seorang ibu tak ubahnya menjadi wanita pilihan Allah yang dititipkan untuk mengandung, melahirkan, dan mendidik titipanNya yaitu anak.
Saya selalu tak habis pikir dengan kenyataan adanya ibu-ibu yang tega menggugurkan kandungan, ataupun membuang bayinya di kotak sampah!
Saya juga tak bisa menerima kenyataan bahwa anak-anak diperlakukan dengan tidak berperi-keanakan (ini istilah saya sendiri, hehe..)
Saya juga tak bisa mendakwa anak-anak yang sudah mengenal rokok sejak usia empat tahun sebagai pihak yang bersalah.
Karena sejatinya anak tidak bisa disalahkan atas apapun perbuatannya yang dianggap salah. Anak belum bisa menggunakan akal dan pikirannya, belum bisa memilah baik dan buruk apatah lagi menimbangnya.
Semua kesalahan yang dilakukan anak adalah murni 100% kesalahan orangtuanya.
Anak sejatinya adalah peniru atau pembelajar yang terbaik.
Mereka hanya belajar dari orangtua dan lingkungannya.
Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya, maka orangtuanyalah yang menjadikan dia seorang Majusi, Nasrani, atau yahudi.
Jika anak diasuh oleh orangtua yang merokok, terbiasa melihat orang dewasa merokok , itu sama artinya kita telah mengajarkannya merokok.
Jika anak diasuh oleh orangtua yang (maaf) binal, terbiasa melihat ibu dan wanita-wanita di lingkungannya berpakaian tidak sopan, itu sama artinya mengajarkannya untuk berpakaian dan berlaku tidak senonoh.
Jika anak diasuh oleh orangtua yang menyukai kerapihan, kebersihan, keteraturan, itu sama artinya mengajarkan anak peduli terhadap lingkungan.
Jika anak diasuh oleh orangtua yang taat beribadah, beradab sopan santun, itu sama artinya mengajarkan anak untuk mengedepankan nilai-nilai spiritualnya.
Dengan demikian, hendaknya kita jangan pernah menyalahkan anak-anak atas kesalahan apapun yang mereka perbuat.
Karena sebetulnya tak lain tak bukan itu adalah semata kesalahan orangtuanya.
Anak adalah cerminan prilaku orangtuanya. Maka jadilah orangtua pembelajar, orangtua yang selalu punya waktu untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya dengan cara yang benar.
Anak adalah investasi terbesar bagi setiap orangtua, sehingga dalam sebuah hadits disebutkan : “Jika orangtua memiliki anak yang menjadi penghafal Al-quran maka di akhirat nanti orangtuanya akan diberikan mahkota terbuat dari emas”.
Betapa agung pemuliaan terhadap orangtua yang dianggap telah sukses mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
Anak adalah amanah, maka jadilah orangtua yang bisa menjaga amanah.
Betapa beruntungnya jika kita bisa memberikan pola asuh yang benar kepada anak-anak kita, mengukir mereka dengan pahatan terbaik dan terindah.
Seperti apa pahatan terbaik dan terindah ?
Yaitu jika orangtuanya telah tiada maka tetap mengalir doa-doa yang dipanjatkan dari anak-anaknya, yang selalu teriring dalam setiap sujud dan doa untuk memohonkan ampunan dan keselamatan bagi orangtuanya di alam barzah.
Inilah sebaik-baik bekal bagi setiap orangtua, bukanlah bekal harta yang berlimpah ruah, ataupun tahta kedudukan yang tinggi di mata manusia.
Tapi sebaik-baik bekal adalah anak-anak yang sholih, yang akan selalu menyertakan nama orangtua dalam setiap munajatnya.
Maka sebagai orangtua yang baik, kita harus mampu untuk menegur kesalahan anak, memberitahunya, menunjukkan kekeliruannya. Tentunya dengan cara yang disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak.
Jangan merasa sungkan melakukannya hanya dengan alasan “maklum” masih anak-anak.
Justru anak-anak lebih mudah diajari karena mereka adalah pembelajar terbaik. Berikan pemahaman dan alasan mengapa mereka tidak boleh melakukan ini dan itu, sehingga mereka tidak akan mengulangi bahkan bisa menegur temannya jika melakukan kesalahan yang sama.
Maka cukuplah kita menjadi orangtua pembelajar, yang menjadikan anak sebagai cerminan perilaku kita sehingga kita selalu belajar dari kesalahan kita, dan belajar mengasuh anak dengan cara yang semestinya, semua itu karena anak adalah amanah dan setiap orangtua akan ditanya bagaimana mengemban amanahnya.
sumber: penikmatkopi30.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar