
Keberhasilan pelaksanaan model pembiayaan grameen bank yang dijalankan oleh Profesor Muhammad Yunus di Bangladesh telah menginspirasi dan menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya untuk membuka akses pembiayaan untuk masyarakat yang tergolong kedalam katagori miskin.
Persyaratan perbankan pada umumnya yang mengharuskan adanya agunan, pembiayaan yang tidak bisa diberikan untuk usaha yang baru akan dimulai, kebutuhan plafond pembiayaan yang dianggap terlalu kecil serta prosedur pembiayaan yang panjang dan berbelit belit, menyebabkan masyarakat miskin mengalami kesulitan untuk mengakses pembiayaan dari perbankan umum. Sehingga pada akhirnya, masyakat yang tergolong miskin kesulitan untuk bisa melepaskan diri dari jeratan kemiskinannya.
Namun konsep grameen bank telah membuktikan kepada kita, bahwa masyarakat miskin yang selama ini selalu diidentikan sebagai golongan masyarakat yang pemalas, hidupnya hanya bertumpu pada pemberian orang, mempunyai karakter yang jelek serta tidak mempunyai kemampuan dalam mengembalikan pembiayaan, ternyata dengan pemberian pola pendampingan yang baik, dihargai dan diberikan kepercayaan untuk mendapatkan pembiayaan modal usaha, mereka bisa membuktikan bahwa mereka dapat menjaga amanah tersebut dengan baik.
Secara garis besar beberapa prinsip operasional grameen bank dapat di jelaskan sebagai berikut :

Kedua, skema dan plafond pembiayaan serta jadwal angsuran dibuat sefleksibel mungkin, disesuaikan dengan kemampuan bayar nasabah. Nasabah bisa melakukan angsuran pembiayaan secara harian, mingguan atau bulanan.

Keempat, sebagai salah satu instrumen pengamanan dalam pembiayaan, maka pihak grameen bank menerapkan aturan tanggung renteng di dalam kelompok. Misalkan saja kalau dalam satu kelompok yang mengajukan pembiayaan terdiri dari 5 (lima) orang anggota, maka dalam proses pencairannya tidak akan langsung dilakukan secara sekaligus, tapi memakai mekanisme 2-2-1. Pada tahap pertama dua orang anggota kelompok dulu yang akan dicairkan, kemudian tahap berikutnya dua orang lagi, dan tahap terakhir satu orang. Biasanya penunjukan siapa yang akan mendapatkan pencairan tahap pertama dan tahap berikutnya merupakan hasil kesepakatan dari semua anggota kelompok. Biasanya ketua kelompok sebagai pemimpin akan mendapatkan jadwal terakhir pencairan pembiayaan. Kalau misalkan terdapat kemacetan pembayaran cicilan, maka proses pencairan pada tahap berikutnya akan ditunda terlebih dahulu, sampai kemudian kelompok bisa menyelesaikan permasalahan kemacetan anggotanya.

Keenam, untuk membantu masyarakat miskin agar suatu saat bisa mempunyai asset sendiri, maka pihak grameen bank akan mewajibkan kepada nasabahnya agar menyisihkan sebagian keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha untuk dijadikan sebagai tabungan. Bahkan bagi para nasabah yang telah meminjam dan usahanya terus berkembang diberikan kesempatan untuk membeli sebagian saham grameen bank, sehingga kepemilikan grameen bank diharapkan pada suatu saat merupakan kepemilikan nasabah.
Demikian sekilas gambaran mengenai konsep Grameen Bank yang begitu sangat terkenal itu.
Wassalam
sumber: ekonomi.kompasiana.com
Untuk mempelajari sedikit lebih mendalam tentang seluk-beluk usaha perbankan bisa membaca dokumen file PDF di link berikut: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A674-0073B0A6168A/26602/KajianModelBisnisPerbankanSyariah.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar