Buku Secrets of Buccaneer-Scholar: How Self-Education and the Pursuit of Passion Can Lead to a Lifetime of Success. Penulisnya bernama James Marcus Bach. Mau tahu siapa dia? Bach adalah pemuda drop-out dari SMA. Dia kemudian belajar secara otodidak dan berhasil bekerja di Apple Computer.
Apa yang dilakukannya di Apple Computer? Mari kita dengarkan sendiri cerita Bach: “Usia saya 24 tahun dan bekerja sebagai seorang manajer penguji perangkat lunak di Apple Computer, di Sillicon Valley.” Waktu berusia 24 tahun itu, dia diminta bicara di sebuah sekolah khusus untuk “anak-anak bermasalah.
Bach diminta berbicara di sekolah itu karena Bach dianggap “berhasil” sebagai seorang pelajar putus sekolah. “Saya belajar, tapi saya tidak sekolah. Sekolah hanya sementara. Pendidikan tidak. Jika kalian ingin berhasil dalam hidup: temukan sesuatu yang membuat kalian takjub dan pelajarilah,” demikian pesan Bach kepada anak-anak yang putus sekolah.
Buku Secrets of Buccaneer-Scholar memang merekam ide-ide gila Bach tentang bagaimana mendudukkan belajar mandiri dan belajar di sekolah. “Pendidikan memang penting. Sekolah tidak penting. Saya tidak membutuhkan sekolah,” katanya. Ketika seorang pelajar bertanya, "Bagaimana Apple bisa mempekerjakan Anda padahal Anda tidak memiliki gelar?", Bach dengan enteng menjawab: "Saya bisa memprogram komputer karena saya mendidik-diri-saya-sendiri dengan membaca dan mempelajari manual-manual teknis. Saya membuat program video-games secara profesional setelah meninggalkan bangku sekolah. Saat itu, seorang manajer perusahaan Apple menyukai pengalaman dan semangat saya. Sesudah itu, saya hanya perlu menunjukkan bahwa saya bisa belajar cepat dan bekerja dengan baik."
Ide-ide gila Bach tentang pendidikan memang mudah disalahpahami. Saya banyak menemukan hal-hal baru ketika membaca buku karya Bach ini. Seakan-akan saya diberi banyak "teropong" oleh Bach untuk memandang dunia pendidikan dari sisi yang lain sama sekali. Sekali lagi, ide-ide Bach mudah sekali disalahpahami. Namun, bukankah untuk menjadi hebat, kita perlu disalahpahami?
Ijazah adalah sebuah “mata uang” yang sangat penting di dunia kerja. Itulah sebabnya, hampir semua orang mengumpulkan mata uang jenis ini sebanyak-banyaknya. Terkadang, pengejaran terhadap ijazah itu dilakukan dengan cara apapun, termasuk cara-cara haram dan mengorbankan integritas anak/diri.
Bagi mereka yang ingin melihat alternatif jalan lain selain “jalan ijazah”, ada kisah menarik dari James Marcus Bach, seorang putus sekolah yang tidak tamat SMA. Gurunya meremehkannya dan menganggapnya akan gagal kalau dia tidak bersekolah dengan baik. Tetapi Bach memilih untuk menjadi pembelajar mandiri (otodidak) yang menekuni bidang pemograman hingga kemudian direkrut Apple Computer sebagai ahli software testing dan dikenal sebagai software tester yang diakui di dunia.
Pengalaman Bach itu dituangkan dalam buku berjudul “Tinggalkan Sekolah sebelum Terlambat, Belajar Cerdas Mandiri dan Mraih Sukses dengan Metode Bajak Laut”, diterbitkan oleh penerbit Kaifa. Judul aslinya “Secrets of Buccaneer-Scholar: How Self-Education and the Pursuit of Passion Can Lead to a Lifetime of Success”.
Dalam buku ini, Bach menceritakan tentang pengalaman hidupnya dan usahanya membangun credential/reputasi/akreditasi sebagai “mata uang” pengganti ijazah. Semuanya berawal dari proses panjangnya menggeluti bidang yang disukainya, ditekuninya dengan belajar keras, dan dibuktikannya melalui portofolio karya dan prestasinya. Buku ini juga menggambar strategi belajar Bach yang dinamakannya metode Bajak Laut (buccaneer).
Dalam konteks homeschooling, James Marcus Bach adalah salah satu contoh profil yang menempuh model unschooling, pendidikan yang didasarkan pada minat/passion, bukan berdasarkan model sekolah (dengan mata pelajaran, jenjang dan struktur yang melekat padanya).
Model yang dijalani oleh Bach ini memang sangat berbeda dibandingkan model sekolah. Tapi bukankah pendidikan itu tak hanya sekedar sekolah? Kegagalan di sekolah bukan berarti kegagalan kehidupan. Menempuh model pendidikan yang berbeda dengan sekolah juga bukan berarti kebodohan. Jalan-jalan pendidikan lain pun bisa menjadi pintu menuju keberhasilan sebagaimana yang ditunjukkan secara nyata oleh Bach.
Sebagian besar ketakutan orang untuk menempuh jalan non-sekolah dipicu oleh kekhawatiran terhadap dunia kerja. Sebagaimana hal itu juga ditanyakan kepada Bach: “Banyak majikan/perusahaan sama sekali tidak akan melirik Anda jika Anda tidak memiliki setumpuk ijazah formal.”
Dan Back menjawabnya dengan sudut pandang yang menarik. “Barangkali itu benar. Memangnya kenapa? Saya tidak mencari pekerjaan ke banyak majikan/perusahaan. Satu majikan sudah cukup buat saya. Selalu ada orang yang menghargai sesuatu yang benar-benar bermanfaat, seperti keahlian teknis dan kemampuan untuk bekerja sama dengan baik di dalam tim. Temukan orang-orang seperti itu.”
Ya... orang-orang yang belajar secara otodidak itu biasanya unique. Mereka sering mempunyai sudut pandang, cara berfikir, dan pendekatan-pendekatan yang berbeda. Mereka berbeda dari produk sekolah yang relatif memiliki pola pikir dan sikap yang sejenis. Keunikannya ini adalah kekuatan yang sering diperlukan untuk memicu inovasi-inovasi di dalam perusahaan. Para pembelajar mandiri ini biasanya juga akan sukses di bidang-bidang yang memang berorientasi output, yang lebih menghargai karya daripada sekedar formalitas ijazah.
Disarikan dari tulisan: Hernowo dan Sumardiono (rumahinspirasi.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar