Antara Ada dan Tiada

Angka/bilangan nol mempunyai sifat yang khas dan unik. Bilangan ini secara aritmatika merupakan lambang KETIDAKADAAN. Nilai ini akan dijumpai manakala seseorang mengurangi suatu bilangan dengan dirinya sendiri.

5 – 5 = 0
9 – 9 = 0
1000 – 1000 = 0
Dan seterusnya…..

Kata “TIDAK ADA” secara ilmu hitung tidak memiliki arti apappun, karena memang tidak ada nilainya. Tetapi secara filosofi, ia mempunyai makna yang sangat berarti dalam kehidupan ini.

Mengapa?

Karena adanya ADA, ia didahului oleh TIDAK ADA. Hal ini berlaku pada semua benda dan pada semua peristiwa apa saja di dunia ini. Baik keberadaan benda kecil maupun besar, juga berbagai macam peristiwa yang ada di dunia ini : langit, bumi, planet, galaksi. Atom, udara, air, tumbuhan, hewan, manusia, malam, siang, sedih, gembira, semua berawal dari tidak ada. (kecuali keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam). Dia ada dengan sendirinya. Karena Dialah : AL-AWAL yang mengawali segala sesuatu yang ada di dunia ini.

Demikian juga dengan suatu nilai/ bilangan. Nilai satu, dua dan tiga menjadi bermakna, karena kita mengerti dan mengetahuinya. Jika satu, dua dan tiga tidak ada, maka ‘ada’ menjadi penting keberadaannya.

Seseorang yang memiliki kesehatan misalnya. Jika dia menyadari, tentu akan merasakan betapa bahagianya saat melihat orang lain yang sakit. Artinya nilai ADA baru terasa bermakna dan patut disyukuri ketika kita berada dalam keadaan TIDAK ADA. Dengan kata lain, kondisi ‘tidak ada’ menjadi sangat penting dan sangat ‘mahal’ nilainya. Berangkat dari kondisi inilah, seseorang menjadi sadar betapa nikmat yang sudah dikaruniakan Allah kepadanya.

Tetapi sangat disayangkan, banyak sekali diantara kita yang lupa untuk mensyukurinya.

  • Seseorang baru bisa merasakan betapa nikmatnya minum ketika berada pada saat kehausan.
  • Seseorang baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai sehat ketika berada saat sakit.
  • Seseorang baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai rezeki ketika berada saat miskin.
  • Seseorang baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai kesempatan ketika berada pada saat kesempitan.
  • Seseorang baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai umur ketika berada sudah saat berusia tua.
  • Seseorang baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai hidup ketika sudah berada saat sakaratul maut..
Sekarang sebagai orang yang beriman bagaimana dengan diri kita?
  • Apakah harus menunggu kehausan baru bisa merasakan betapa nikmatnya minum?
  • Apakah harus sakit dahulu baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai sehat?
  • Apakah harus menunggu miskin baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai rezeki?
  • Apakah harus menunggu kesempitan baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai kesempatan?
  • Apakah harus menunggu tua baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai umur?
  • Apakah harus menunggu sakaratul maut baru bisa merasakan betapa mahalnya nilai hidup dan taubat?

Na’uzubillah

Seperti apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw :

“Jalani hidup di dunia ini seolah-olah kamu adalah orang asing atau orang sedang dalam perjalanan. Apabila kamu berada pada waktu sore janganlah menunggu pada waktu pagi. Jika kamu berada pada waktu pagi janganlah kamu menunggu pada waktu sore. Manfaatkanlah hidupmu di dunia ini untuk hidupmu sesudah mati.” (HR. Bukhari)

Islam begitu indah dan mahal nilainya. Jangan sia-siakan hidayah Allah yang telah kita terima berupa iman dan islam ini.

Dengan kata lain, dengan memahami hakikat ‘ketiadaan’ kita akan sangat membutuhkan keberadaan Allah dalam semua aspek kehidupan kita.

Semua yang ada pada hakikatnya diadakan oleh Allah SWT, dan tentu Allah akan menjaganya……Karena Dia adalah Al-Haffiizh (Yang Maha Menjaga). Maka sebagai makhluk ciptaanNya mari kita menghamba kepadaNya………

sumber: ibramuko2.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar