Pada hakekatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur tersebut yaitu sumber pesan, saluran, dan penerimaan, disamping masih terdapat pula unsur pengaruh (effects) dan umpan balik (feed back). Bagaimanapun juga setiap komunikasi yang dilakukan senantiasa menambah efek yang positif atau efektivitas komunikasi. Komunikasi yang tidak menginginkan efektivitas, sesungguhnya adalah komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima (komunikan atau khalayak), sebagai akibat pesan yang diterima baik langsung maupun tidak langsung atau maupun media massa jika perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi ini disebut efektif (Anwar Arifin; 1984).
Komunikasi yang Efektif
Komunikasi tentu saja mempunyai tujuan tertentu. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila:
a) Komunikasi dapat dimengerti. Indikasinya adanya kesepahaman antara pengirim dan penerima.
b) Merangsang individu untuk melakukan tindakan yang diharapkan oleh pengirim pesan.
c) Membuat penerima berpikir dengan cara lain. Komunikasi merangsang kreatifitas penerima.
Agar proses komunikasi dapat mencapai sasarannya, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut;
a) Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
b) Periksa tujuan komunikasi
c) Periksa lingkungan fisik dan manusia sebelum berkomunikasi
d) Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
e) Dalam merancang komunikasi, berkonsultasilah kepada pihak lain agar memperoleh dukungan
f) Berkomunikasilah hal-hal yang berharga saja
g) Komunikasi yang efektif perlu tindak lanjut
h) Komunikasikan pesan-pesan secara singkat
i) Tindakan komunikator harus sesuai dengan yang dikomunikasikan
j) Jadilah pendengar yang baik.
Adapun karakteristik komunikasi yang efektif yaitu:
a) Memberikan informasi yang praktis
b) Memberikan fakta dan bukan sekedar kesan
c) Informasi yang disampaikan bersifat Jelas dan padat
d) Menyatakan tanggungjawab secara jelas
e) Dapat meyakinkan pihak lain
Komunikator dan Komunikan yang Baik
Komunikator yang Baik
Jika individu akan menyampaikan suatu pesan, informasi ataupun gagasan kepada individu lain secara baik, maka diperlukan suatu niatan dan motivasi yang baik pula. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a) Adanya kesiapan, artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, waktu penyampaian dan salurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
b) Kesungguhan, artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan oleh komunikan dari bahasa verbal maupun non-verbal.
c) Ketulusan, artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada individu lain, pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang akan disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk individu tersebut.
d) Kepercayaan diri, artinya jika individu mempunyai rasa percaya diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya dan bagi penerimanya.
e) Ketenangan, artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, individu harus bersikap tenang, tidak emosi maupun memancing emosi penerima, karena dengan adanya ketenangan maka informasi akan lebih jelas, baik, dan lancar.
f) Keramahan, artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang, dan aman bagi penerima.
g) Kesederhanaan, artinya didalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan, dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan lengkap maka memberikan kejelasan dan kefahaman.
Komunikan yang Baik
Pada suatu ketika bisa menjadi individu akan berdiri sebagai komunikan atau yang menerima pesan dan informasi. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a) Dapat menerima masukan dari individu lain, artinya setiap masukan yang diberikan individu lain harus dapat diterima secara terbuka dan tenang. Meskipun kadangkala masukan tersebut sangat menyakitkan atau kurang enak, namun masukan tersebut harus diterima.
b) Mampu memahami secara baik pesan-pesan atau masukan yang diberikan.
c) Mampu menyeleksi atau memilih pesan atau informasi yang akan memberikan manfaat dan kegunaan.
d) Mampu menggabungkan informasi atau pesan yang diberikan dengan pengetahuan, kemampuan dan pendapat pribadi.
e) Mampu menyampaikan kembali pesan-pesan yang masuk, setelah diolah, kemudian disampaikan kembali kepada individu atau komunikan.
Komunikan dapat dan akan menerima sebuah pesan apabila terdapat empat kondisi berikut ini :
- Dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi;
- Pada saat mengambil keputusan, sadar sesuai dengan tujuannya;
- Pada saat mengambil keputusan, sadar keputusannya bersangkutan dengan kepentingan pribadi
- Mampu menepatinya baik secara mental maupun fisik.
Hambatan Komunikasi yang Efektif
Dalam melakukan komunikasi tidak selamanya berjalan mulus, sehingga dapat menimbulkan salah komunikasi. Terdapat beberapa hambatan komunikasi yang efektif, diantaranya:
a. Perbedaan Persepsi
Pengalaman kita di masa lalu seringkali menentukan bagaimana kita akan memberikan reaksi pada pesan komunikasi tertentu. Manakala sesuatu yang sama disampaikan ke orang-orang yang berbeda dalam hal usia, latar belakang budaya, dan suku bangsa, mereka akan mempersepsikannya secara berbeda-beda. Mereka menggunakan apa yang telah mereka pelajari, budayanya, serta pengalaman mereka untuk menafsirkan apa yang mereka lihat / dengar. Sebenarnya, bukan saja kita memahami sesuatu secara berbeda dibandingkan orang lain. Bila kita mendengar sebuah kalimat / pernyataan saja, kita bisa menafsirkannya secara berbeda. Komunikasi yang efektif tidak akan mungkin tercapai bila setiap orang yang terlibat dalam komunikasi mempersepsikan pesan komunikasi yang dilihat / didengarnya secara berbeda. Penyebabnya adalah karena setiap orang secara mental memvisualisasikan situasi yang berbeda. Akibatnya, orang-orang yang terlibat dalam sebuah proses komunikasi akan mendiskusikan situasi / pemahaman yang berbeda pula.
b. Kurang / Tidak Adanya Minat / Perhatian
Bila kurangnya perhatian terdapat pada orang-orang yang terlibat proses komunikasi, baik itu pada komunikator maupun pada komunikan, maka hal itu akan menjadi sebuah penghambat yang serius bagi diterimanya gagasan yang sedang dikomunikasikan. Pada komunikator, hal itu adalah masalah motivasi, sedangkan pada komunikan, masalahnya adalah pada bagaimana
komunikator mampu menarik minat / perhatian mereka. Dua cara untuk menarik perhatian komunikan adalah, pertama, dengan menggunakan provokasi di awal komunikasi. Ini bisa dengan menggunakan penarik perhatian, misalnya dengan meminta para pendengar untuk berdiri, berbicara keras, ditampilkannya gambar yang menarik, dan sebagainya. Yang kedua, dengan cara membawakan pesan kita yang diposisikan bagi keuntungan para pendengar. Maksudnya, apa yang kita sampaikan kita tonjolkan manfaat / kegunaannya secara praktis bagi mereka.
c. Kurangnya Pengetahuan Dasar (Lack of Fundamental Knowledge)
Yang dimaksud dengan Kurangnya Pengetahuan Dasar di sini adalah adanya kesenjangan pengetahuan antara komunikator dan komunikan. Pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagian besar adalah hasil dari pendidikannya. Ketika seseorang yang berpendidikan tinggi melakukan komunikasi dengan seseorang yang pendidikannya rendah, besar kemungkinan terjadi kesenjangan tersebut. Tidak adanya pengetahuan dasar yang sama di antara pihak-pihak yang melakukan komunikasi dapat menjadi hambatan komunikasi yang cukup serius.
e. Emosi
Pengertian emosi di sini bukanlah sekedar marah, tapi segala macam kemungkinan perasaan yang bisa ada pada manusia. Dapat dibayangkan bila seseorang yang sedang sedih, lalu diajak berbicara oleh orang yang sedang gembira. Jelas, keduanya tidak akan bisa mengapresiasi dan / atau memahami pesan komunikasi dengan semestinya. Namun demikian, kadang-kadang emosi juga dapat membantu komunikasi. Sebagai contoh, orang yang begitu antusias mengenai sesuatu mungkin akan menyampaikan pesannya dengan bersemangat, sehingga para pendengarnya mendapat gambaran yang jelas mengenai maksud yang terkandung di dalam pesannya.
f. Kepribadian
Bila emosi munculnya bersifat sementara, maka kepribadian adalah faktor penghambat yang wujudnya relatif tetap ada pada manusia. Ada orang yang memang pendiam, periang, tertutup, bisa bicara apa adanya, pemurung, mudah tertawa, serius, dan sebagainya. Adanya macam-macam kepribadian menjadi tantangan tersendiri pada komunikasi kelompok, karena orang-orang dalam kelompok tentu memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pesan dalam komunikasi kelompok barangkali harus dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga tidak menjadi sulit diterima bagi orang yang kepribadiannya berbeda dari rata-rata orang.
g. Penampilan Komunikator atau Cara Pesan Disajikan
Yang kita terima pada proses komunikasi adalah pesannya, namun demikian seringkali perhatian kita tidak hanya tertuju pada pesannya saja, namun juga pada pembawa pesan itu. Bila seorang komunikator berpenampilan buruk maka apapun yang disampaikannya, meskipun pesannya adalah penting atau bermanfaat, besar kemungkinan orang akan kurang berminat untuk mendengarkannya. Selain penampilan komunikator, bagaimana pesan disajikan juga berperan penting. Mungkin sebuah buku mengandung informasi yang sangat penting, namun bila sampul depannya tidak menarik, maka orang pun akan segan untuk membuka, apalagi untuk membacanya. Hal yang sama berlaku pula untuk bentuk yang lain, seperti desain surat, pengumuman, pemilihan huruf, dan sebagainya.
h. Prasangka
Dari semua hambatan yang mungkin ada pada proses pengkomunikasian gagasan, barangkali prasangka adalah jenis yang paling sulit untuk diatasi. Prasangka adalah persepsi yang tidak tepat yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu atau orang lain sebelum komunikasi dilakukan, yang sangat mewarnai pemahamannya terhadap pesan komunikasi. Prasangka bisa muncul karena tidak adanya toleransi, pengalaman buruk yang berulang di masa lalu, atau karena adanya semangat kelompok yang terlalu berlebihan sehingga memandang rendah kelompok lain (terutama dalam situasi di mana terjadi persaingan).
i. Pengalih Perhatian (Distraction)
Faktor penghambat ini mengacu pada tempat dilakukannnya komunikasi. Bila kita melakukan komunikasi di tempat yang bising atau di mana terdapat beraneka macam suara atau gangguan lainnya, dapatlah dipahami bahwa komunikan akan mudah teralih perhatiannya dari upaya komunikasi yang sedang kita lakukan.
j. Penyusunan Gagasan Yang Kurang Baik
Inti dari faktor penghambat komunikasi ini adalah tidaknya upaya untuk mensistematisasikan penyampaian gagasan. Pesan komunikasi harus disampaikan dengan terperinci, barangkali bisa dimulai dari pengantar, penjelasan umum, pengertian istilah yang digunakan, dimulai dari penjelasan yang mendasar, hingga ke yang mendetil. Semua harus disajikan secara berurutan secara berurutan dan terperinci, sehingga memudahkan komunikan untuk memahami pesan secara keseluruhan. Pada umumnya kita selalu berniat menyusu gagasan kita dengan baik, namun karena terburu-buru seringkali kita tidak melakukannya sebagaimana mestinya.
k. Tidak Mendengarkan Dengan Baik
Seringkali kita berpikir bahwa komunikasi adalah tentang berbicara, membaca, atau menulis saja, padahal ternyata 60 persen dari kegiatan komunikasi kita digunakan untuk mendengarkan. Tentu saja dengan demikian mendengarkan adalah suatu kegiatan yang tidak dapat diremehkan dalam proses komunikasi. Tidak-mendengarkan-dengan-baik seringkali merupakan hasil yang wajar dari adanya jeda yang ada antara waktu yang diperlukan untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan waktu yang diperlukan untuk menangkap / memahaminya. Kebanyakan dari kita berbicara dengan kecepatan 140 kata per menit, namun kita dapat menangkap 500 kata per menit. Perbedaan yang ada ini seringkali membuat pikiran pendengar cenderung untuk melangkah lebih maju dari apa yang akan disampaikan si komunikator. Bahkan mungkin malah mengalihkan perhatiannya ke yang lain. Akibatnya, kegiatan mendengarkan menjadi tidak fokus kepada yang berbicara. Mendengarkan ternyata tidak mudah. Diperlukan usaha tersendiri untuk melakukannya dengan baik. Bila kita mencoba, kita dapat mendengarkan seseorang secara aktif, mengkonsentrasikan diri pada apa yang sedang dikatakan, mendengarkan gagasan yang sedang dikomunikasikan dengan cara melampaui kata-kata yang didengar, serta memberikan penghargaan kepada keinginan dan kebutuhan yang ada pada si pembicara.
l. Prioritas Perhatian
Di zaman ini, kita mengalami over informasi, bahkan over komunikasi. Begitu banyak perhatian yang harus kita bagi pada banyak sumber informasi yang mengarah pada kita, entah kita sengaja mengarah diri pada informasi tersebut (seperti berlangganan koran, berlangganan TV kabel) atau yang mungkin tidak kita sengaja mengarah pada kita (selebaran, spam pada email, iklan, dan sebagainya). Akibatnya kita menjadi selektif. Komunikasi yang kita lakukan, oleh karenanya, harus kita buat sedemikian rupa sehingga bisa mendapatkan prioritas perhatian dari pada pendengar. Kita buat pesannya dengan sebaik mungkin, sejelas mungkin, menarik, mudah, dan sederhana, sehingga mampu bersaing dengan begitu banyak kemungkinan sumber informasi lain yang mungkin dirasakan oleh pendengar sebagai yang lebih penting.
m. Bahasa
Fokus dari masalah yang ditimbulkan oleh bahasa sebagai faktor penghambat komunikasi adalah soal semantik. Semantik berkenaan dengan makna dari kata, frase, atau kalimat yang kita ucapkan. Masalah muncul karena orang bisa menafsirkan sebuah pernyataan yang sama secara berbeda-beda. Ini bisa dari penggunaan istilah, adanya konotasi tertentu yang berbeda dari sebuah kata, penggunaan idiom yang tidak tepat, pemilihan kata yang keliru untuk mengungkapkan maksud tertentu, atau bahkan penggunaan tingkat bahasa (bahasa halus, kasar, umum).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar