Dua Catatan dari Praktisi Homeschooling: Survival dan Ingin Seperti Hamka

Survival

Akhir-akhir ini saya sering memikirkan tentang hal-hal berbau survival. Bagaimana anak-anak nanti bisa bertahan hidup di tengah hiruk-pikuk manusia yang mencari kerja, mempertahankan kerja, dan juga mencari peluang usaha.

Bukan lagi rahasia jika saat ini lebih banyak jumlah pencari kerja ketimbang lapangan kerja. Kebayang kan, bagaimana lebih beratnya 'perjuangan' anak-anak kelak. Mereka akan dihadapkan pada perhelatan bertahan hidup yang jauh lebih keras. Apalagi jika anak-anak tak mengenyam bangku sekolah, apa jadinya mereka nanti?

Tapi, kekhawatiran itu kemudian menipis saat saya akhirnya percaya satu hal. Kemandirian tidak datang dengan sendirinya. Kemandirian adalah produk pendidikan. Jika anak-anak tidak bisa mandiri pada saat mereka seharusnya sudah mandiri, maka model pendidikan-lah yang harus dievaluasi. Dan kami punya kesempatan untuk menerapkan model pendidikan yang berbeda dengan menjalankan home-education (pendidikan rumah).

Andai pendidikan di bangku sekolah memberi ruang untuk anak-anak belajar tentang survival dan hal itu menyatu sebagai sebuah muatan pendidikan, pasti ada sesuatu yang berbeda bisa dihasilkan dari produk sekolahan. Bukan hanya bisa baca-tulis-hitung, bukan hanya mendapat selembar kertas ijazah, tapi juga membawa serta mentalitas seorang yang mampu bertahan, yang suka berjuang, yang berkehendak kuat untuk mandiri.

Tanpa sadar, anak-anak sekolah terlalu 'dimanjakan' dengan suasana rutin teratur yang mematikan kreatvitas. Mereka harus berada dalam jadwal yang tak boleh dibantah. Pada waktu-waktu produktif, mereka harus melakukan hanya hal-hal yang diperintahkan dan bukan apa yang mereka minati untuk dipelajari.

Suasana-suasana seperti itu adalah miniatur dunia kerja. Dan jika pendidikan model seperti itu dirasakan anak-anak selama hampir 12 tahun jika sampai SMU dan 16 tahun jika sampai lulus PT, maka bisa dimaklumi jika akhirnya lulusan sekolah akan mencari situasi yang sudah mendarah-daging dalam dirinya yaitu BEKERJA.

Tentu saja tidak ada yang buruk dari bekerja, tapi jika anak-anak memiliki mentalitas mandiri, ia tak akan mengandalkan BEKERJA sebagai satu-satunya jalan untuk bertahan hidup. Apalagi jika lapangan kerja ternyata sudah terlalu sesak untuk dimasuki. Go Survive!
Ingin Seperti HAMKA

Tadi siang kami berangkat keluar untuk membeli beberapa keperluan. Saat bersiap-siap, Azkia berceloteh, "Mama, kebanyakan anak kan bersekolah, sedangkan kakak dan Ade kan tidak sekolah."

"Memangnya Kakak ingin sekolah ya?" tanya saya. "Boleh kok kalau Kakak mau sekolah," lanjut saya.

"Tidak. Cuma Kakak baca di buku, Si Malik itu hanya sekolah sampai kelas dua SD, terus berhenti," katanya.

"Terus bagaimana akhirnya setelah dia besar?" tanya saya.

"Dia tetap rajin belajar, senang membaca, sampai akhirnya dia bisa pergi ke Mekkah," kata Azkia lagi disambung juga Luqman menimpali.

"Memangnya buku apa sih yang Kakak maksud?" tanya saya. Benar-benar saya belum 'ngeh!' buku yang dia ceritakan.

"HAMKA!" jawab Azkia dan Luqman.

"Ooooh HAMKA ya. Terus jadi apa HAMKA setelah dia dewasa?" tanya saya lagi.

"Dia jadi penulis besar Mama! Dan dia pernah dipenjara, tapi dia tetap saja membaca dan menulis waktu dia dipenjara".

"Ade mau Mama!" seru Luqman.

"Mau apa?" tanya saya

"Mau seperti Hamka! Rajin belajar, suka membaca, dan jadi orang yang baik"

Ups!

Saya terkejut sekaligus bangga dengan anak-anak dan juga penulis buku biografi Hamka. Yang paling saya salut, tampilan buku itu sebenarnya tidak menarik kalau dibandingkan buku anak-anak saat ini yang full color dan indah, sebagiannya malah sudah robek karena cetakan lama. Tapi ternyata, ketika anak-anak membacanya, buku itu mampu membuat mereka memiliki impian yang mulia.

Tampilan buku anak memang perlu menarik untuk menggaet para pembaca cilik menyukai kegiatan membaca. Tapi, isi buku anak juga sebaiknya memuat sesuatu yang berbobot untuk mensuplai kebutuhan 'gizi' akal dan ruhani mereka. Tantangan besar bagi para penulis buku anak.


Penulis: Maya A. Pujiati (pendidikan-rumah.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar