Neo-Modernisme Islam dalam Sorotan

(Tanggapan ats Tulisan Dr Barsihannor)

Oleh: Muh. Said Abd. Shamad, Lc (Anggota Komisi Dakwah MUI Makassar)
Semua orang boleh diterima dan ditolak pendapatnya kecuali pemilik kuburan ini, yaitu Rasulullah SAW (Imam Malik). Inilah sikap penulis menanggapi tulisan di opini Fajar, 2 Januari 2010 oleh Dr.Barsihannor berjudul Gus Dur; Pemikir Neo-Modernisme Islam.

Tulisan itu memotret pemikiran Neo-Modernisme Islam dan menganggapnya sebagai aliran yang merekonstruksi Islam, mem-pribumisasi-nya dengan tata nilai dan paradigma kekinian. Dengan demikian muncullah paham pluralisme dan aliran progresivisme dalam Islam.

Inilah aliran Islam yang katanya teduh, toleran, dialogis dan rahmatan lil'alamin. Dalam praktiknya, golongan ini membela Ahmadiyah, menganggap semua agama sama (benarnya), sehingga bersedia didoakan oleh pendeta dan pemeluk agama lain.

Aliran ini juga sangat menentang penerapan syariat Islam di berbagai daerah karena dianggap tidak toleran. Betulkah demikian? Sesuaikah faham ini dengan Islam. Islam adalah tatanan Allah, yang disampaikan kepada Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, pembawa agama terakhir yang harusnya dipeluk dan dianut oleh seluruh manusia.

"Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan.

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah dia (Muhammad), supaya kamu dapat petunjuk" (Q.S. Al-a'raf, 7:158).

Nabi Shallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang pun dari manusia ini yang mendengar tentang saya (Muhammad sebagai Rasul Allah), apakah ia Yahudi atau Nasrani, lalu tidak beriman kepada saya, maka ia akan masuk neraka (H.R Muslim)

Di dalam surat-surat Nabi shallahu 'alaihi wasallam kepada para penguasa non-muslim, beliau menegaskan "Aslim, taslam". Islamlah maka kamu selamat. Jika kamu enggan, maka kamu yang memikul dosa rakyat yang kamu pimpin. Dengan semangat dakwah inilah Islam telah disebarkan ke seluruh dunia, hingga ke Indonesia dengan cara baik dan bijaksana tanpa paksaan dan kekerasan.

Islam disebarkan dan didakwahkan dengan ramah sehingga diterima oleh masyarakat dengan tulus dan senang hati, karena menyadari tanpa ber-Islam maka tidak akan ada keselamatan di dunia dan di akhirat.

Islam tidak menindas dan memaksa pemeluk agama lain (Yahudi atau Nasrani, misalnya) untuk masuk Islam. Sesuai ayat "Tidak ada paksaan dalam (memasuki) islam" (Q.S Al-Baqarah, 2:256) Islam hanya ditawarkan, mereka yang memilih, menerima atau tidak.

Dalam Islam hidup bersama ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) diatur dengan ajaran-ajaran yang sangat luhur dan manusiawi, diantaranya:

1. Tetap berbuat baik dan adil terhadap mereka."Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berbuat adil terhadap orang orang yang tiada memerangi kamu dan tidak mengusir kamu dari kampung halaman kamu" (Q.S. Mumtahanah, 60:8).

2. Boleh berbelas kasih kepadanya dengan belas kasih secara umum seperti memberi makanan dan minuman, mengobati atau menyelematkan mereka dari bahaya. "Belaskasihilah siapa yang ada di bumi, niscaya engkau dikasihi oleh (Allah) yang ada dilangit" (H.R. Thabrani)

3. Boleh memberi hadiah, menerima hadiah pemberiannya, boleh memakan makanannya yang halal sesuai firman Allah: "Dan makanan (sembelihan) orang yang diberi kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah halal bagi kamu" (QS. Al Maidah, 5 : 5). Di dalam riwayat yang shohih dari Rasulullah SAW beliau pernah diundang makan oleh orang Yahudi di Madinah, maka beliau makan hidangannya.

4. Tidak mengganggunya baik hartanya, darahnya maupun kehormatannya. Di dalam hadits disebutkan: "Wahai hamba-hambaku sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan aniaya terhadap diri Ku dan Aku mengharamkannya di antara kamu, maka janganlah saling kamu berbuat aniaya" (HR. Muslim).

Dalam hadits disebutkan "Barang siapa yang mengganggu Dzimmy (ahli kitab yang dilindungi), maka saya (Rasulullah) menjadi musuhnya (penuntutnya) nanti dihari kemudian (Abu Bakar Al-Jazairi, Minhajul Muslim:174-178)

Meskipun demikian, karena mereka tidak memeluk Islam, maka mereka disebut sebagai orang kafir dan musyrik, dimana kaum muslimin diwajibkan untuk :

1. Tidak boleh mengakui kebenaran ajaran mereka dan tidak boleh menunjukkan suatu sikap yang menunjukkan bahwa ia mengakui kebenaran ajaran mereka, Firman Allah SWT :" Agama disisi Allah hanyalah Agama Islam" (QS. Al Imran 3 : 19) firmannya yang lain :" Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam tidak akan diterima dari padanya dan dihari akhirat termasuk orang-orang yang merugi" (QS. Al Imran 3 : 85).

2.Tidak boleh meridai kekafiran karena Allah tidak meridai kekafiran itu. Seorang Muslim mencintai dan meridai apa yang dicintai dan diridai Allah serta membenci apa yang dibenci oleh Allah, Allah berfirman : "Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan kamu, dan Allah tidak meridai kekafiran bagi hamba Nya" (QS. Az Zumar 39 : 7).

Nabi Ibrahim berlepas diri (tidak mendoakan keselamatan) terhadap bapaknya yang musyrik. Begitupu Nabi SAW dilarang Allah untuk mendoakan (memohonkan ampunkan) terhadap keluarga terdekatnya sekalipun, jika mereka orang itu kafir dan musyrik (QS. At Taubah 9 :113-114).

3. Tidak boleh mencintai dengan mereka secara mendalam, sebagaimana seorang muslim mencintai saudaranya sesama muslim secara mendalam, Allah SWT, berfirman : " Kalian tidak mendapati sesuatu dari kaum yang beriman kepada Allah dan hari kemudian saling berkasih sayang dengan orang - orang yang menentang Allah dan Rasul Nya, meskipun bapak-bapak mereka, anak-anak, saudara-saudara, dan keluarga-keluarga mereka" (QS. Al Mujadilah 58 : 22).

4. Tidak boleh menikahkan mereka dengan wanita muslimah, adapun wanita ahlul kitab pada dasarnya boleh dinikahi dengan membayar mahar. (Namun hal ini diharamkan oleh MUI karena pertimbangan mudharat yang tampak dalam masyarakat) (Abu Bakar Al-Jazairi, Minhajul Muslim:174-178).

Dengan membandingkan paham Neo-Modernisme Islam seperti di atas dengan penjelasan para ulama tentang adab-adab Islam terhadap orang kafir, maka nampaklah perbedaan yang sangat besar. Sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa paham Neo-Modernisme Islam, tidak bersumber dari sumber Islam yang murni yaitu Alquran dan Hadits yang shohih, tapi semata-mata bersumber dari hasil pemikiran segelintir orang yang mengaku Islam. Mereka mengutak-atik ajaran Islam untuk disesuaikan dengan selera masyarakat dan menyenangkan orang-orang non-muslim.

Ajaran Islam ini diturunkan oleh Allah untuk menjadi aturan yang wajib dipatuhi, sehingga pola hidup manusia disesuaikan dengannya, bukan Alquran yang disesuaikan dengan selera manusia. Jika Alquran menyatakan hanya Islam agama yang benar, mereka mengatakan semua agama benar.

Kalau Alquran menyatakan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, mereka membela golongan yang percaya ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Kalau Alquran menyatakan wajib untuk kita menegakkan dan menerapkan Syariat Islam, maka mereka menolak dengan berbagai alasan yang dibuat-buat.

Syariat Islam jika diterapkan akan menjadi obat bagi penyakit-penyakit masyarakat. Contohnya, tahun 2005 yang lalu, saat diadakan kongres umat Islam di Bulukumba, kota yang terkenal dengan penerapan beberapa perda syariat Islam, ada spanduk warga China di Bulukumba yang mengucapkan selamat atas penerapan perda syariat islam.

Setelah diselidiki mengapa mereka bergembira dengan penerapan syariat Islam, mereka mengakui bahwa sejak perda miras diberlakukan mereka telah aman dari pemuda-pemuda yang biasa datang kepada mereka dalam keadaan mabuk, lalu memaksa agar diberi uang.

Ini baru contoh kecil betapa banyaknya kebaikan yang terjadi apabila syariat islam diterapkan, Firman Allah: "Andaikata penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa niscaya Kami akan bukakan bagi mereka(pintu-pintu) berkat dari langit dan bumi.Sayang mereka mendustakan sehingga Kami siksa mereka lantaran perbuatannya "(Q.S. Al-A;raf,7;96) Dengan demikian ajaran Neo-Modernisme Islam adalah ajaran Islam tiruan, bukan Islam murni, ibarat emas imitasi, bukan emas murni.

sumber: fajar.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar