Dapatkah Kreativitas Diajarkan?

Pertanyaan di atas sudah lama menjadi perbincangan para pendidik untuk waktu yang sangat lama. Cukup menarik bahwa beragam temuan dari studi menunjukkan jawaban: “Ya, bisa!”. Misalnya, Torrance (1974) menganalisis 142 studi tentang dampak dari pengajaran keterampilan berpikir kreatif. Disimpulkan bahwa 72% dari usaha tersebut berhasil. Beragam strategi pengajaran yang mendorong kreativitas pun dikembangkan. de Bono (1973) sebagai misal, menghadirkan persoalan yang tidak lengkap dan mendorong para siswa untuk mendaftar hal-hal yang positif, negatif, dan menarik dari solusi alternatif yang dihadirkan.

Bagi para guru, untuk benar-benar mampu mengembangkan serangkaian kegiatan instruksional yang mendorong kreativitas, diperlukan setidaknya dua pemahaman dasar tentang konsep kreativitas ini. Pertama mengacu pada makna dasar dari kreativitas tersebut. Kedua lebih terkait erat dengan konteks macam apa yang mesti dikembangkan.

Menurut Robert Sternberg (2000), makna dasar atau arti definisi dari kreativitas mengacu pada keputusan yang dapat diambil oleh seseorang sejauh dia memiliki keberanian untuk memakai caranya sendiri – dalam hal:

(1) mendefinisikan persoalan dengan cara yang unik,

(2) menganalisis cara terbaik yang dia bisa lakukan dalam proses pendidikannya sendiri (sehingga berani membuang yang tidak penting untuk dirinya sendiri),

(3) membujuk orang lain untuk menerima gagasan-gagasan yang telah ditolak sebelumnya (tidak mudah putus asa),

(4) mengatasi beragam kesulitan yang muncul di hadapannya, dan

(5) memahami sepenuhnya bahwa gagasan-gagasan yang lebih baik berasal dari mana saja dan sangat mungkin akan mengubah apa yang selama ini diyakininya.

Konteks macam apakah yang memungkinkan seseorang untuk selalu tumbuh kreatif bahkan sampai di masa tua mereka? Vera John-Steiner (1985) melalukan interview terhadap lebih dari 100 orang yang dinilai menunjukkan kreativitas tingkat tinggi. Mereka itu adalah para ilmuwan dan artis yang ternama. Kesimpulan yang diambil dari studi ini menunjukkan bahwa orang-orang macam ini mengenang masa-masa kanak-kanak mereka yang penuh kegembiraan dalam bermain: kesukaan alamiah terhadap buku, beragam peralatan, dan alam.

Tiap anak di seluruh muka bumi senantiasa terdorong oleh rasa ingin tahu alamiah mereka terhadap beragam hal yang ada di sekitar mereka. Seiring dengan pertumbuhan usia mereka, secara pelan dan pasti mereka kehilangan kendali atas hal-hal yang menyenangkan macam ini. Rasa kekaguman terhadap hal-hal yang semula sangat menyenangkan pelan-pelan kabur. Kunci dari kreativitas sebenarnya dari konteks macam ini.

Para guru semestinya memberi ruang yang cukup untuk terciptanya iklim kebebasan untuk berpikir macam ini. Saran macam ini tentu saja sangat bermanfaat bagi para guru di tingkat pendidikan usia dini. Kunci dasar dari sebuah kreativitas adalah kepedulian berkelanjutan pada satu pokok persoalan yang menimbulkan intensitas ketertarikan pada suatu hal tersebut pada masa kecil. Apa yang dimunculkan oleh seorang Einstein pada tahun 1905 (teori relativitas) merupakan cerminan atas apa yang senantiasa dipikirkan pada masa kecilnya.

sumber: rumaht4belajar.wordpress.com

1 komentar:

  1. bukan kreatifitasnya yang diajarkan tapi ajarkan bagaimana menjadi manusia yang kreatif...
    terima kasih kunjungannya ke http://www.anisfuad.com, silahkan mampir juga ke dwilovaniez.blogspot.com

    BalasHapus