Melatih Disiplin pada Anak

Sikap disiplin sangat penting di tanamkan sejak dini. Kedisiplinan bisa di tanamkan sejak dini dengan cara membiasakan sesuatu sesuai tepat pada waktu dan tempatnya. Medidik disiplin bukan berarti harus bersikap keras pada anak. Orang tua harus bisa memahami karakter anak yang senantiasa ingin mencoba hal-hal baru yang terkadang dianggap di luar jalur atau tidak sesuai dengan aturan. Berikut ada beberapa tips-tips bagaimana mengajarkan disiplin pada anak, diantaranya[1]:

1. Belajar mengatakan “tidak” secara tegas tapi dengan, penuh kasih sayang, berwibawa, dan tanpa nada marah. Kemampuan ini akan menolong Anda dalam mendidik anak sehingga mereka mengetahui, ada batasan dalam berbuat sesuatu.

2. Selalu bersikap konsisten. Jika Anda telah mengatakan akan ada tindakan akibat dari perilakunya yang salah, terapkan “hukuman” tersebut sehingga anak tidak akan pernah mencobanya untuk memainkan Anda. Sikapnya yang tidak konsisten akan menghancurkan aturan dan disiplin.

3. Fokus dan targetkan satu atau dua perilaku yang harus ditaati dengan baik pada waktu yang bersamaan. Misalnya, makanan harus dihabiskan, makanan jangan dibuat mainan. Umumnya akan lebih efektif untuk mengajarkan anak pada satu atau dua bidang yang terfokus daripada mencoba untuk mengajarkannya sedikit-sedikit tapi dengan berbagai macam bidang yang berbeda.

4. Berlakulah seperti “bos” dan jangan malu untuk menjadi bos dalam membina hubungan dengan anak. Jika tidak, anak cenderung bertindak semaunya bagaikan anak ayam kehilangan induk dan akhirnya akan berprilaku negatif. Anda dapat mengatakan pada anak bahwa anda adalah “bos” mereka. Tentu saja sebagai bos Anda tidak bertindak otoriter dan semena-mena.

5. Ajarkan anak disiplin, dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan cinta kasih.

6. Berikan anak pilihan-pilihan kecil, semisal baju apa yang ia sukai, mau wortel atau kacang polong. Setelah menentukan plihan, anak harus konsisten dengan pilihannya tersebut.

7. Ingat disiplin yang konsisten merupakan hal yang aman dan baik. Kepatuhan anak merupakan salah satu jaminan agar ia selamat dari bahaya. Waktu yang terbaik untuk menyiapkan diri dari dalam keadaan bahaya adalah sebelum Anda berada dalam bahaya.

8. Untuk langkah awal, ajarkan anak dengan cara memfokuskan mereka agar menurut pada aturan atau disiplin yang Anda buat. Anak sudah cukup mengerti untuk mempelajari konsep ini.

9. Jika Anda menerapkan peraturan, jelaskan dengan bahasa yang bisa dimengerti si kecil dan apa yang Anda harapkan darinya. Serta mengapa ia harus dihukum.

10. Ketika si kecil mendapatkan hukuman, segeralah netralisir suasana. Jangan berlama-lama mengingat-ingat kesalahannya atau justru membayar hukuman yang Anda tetapkan pada anak dengan reward yang berlebihan. Ini justru membuat si kecil berpikir bahwa Anda menyesal telah menghukumnya.

Dalam memberikan suatu aturan orang tua harus memberikan contoh bagi anaknya. Sehingga anak akan merasa bahwa aturan itu juga berlakuk bagi siapapun termasuk orang dewasa. Misalnya ketika sang anak di larang untuk makan-makanan tertentu ataupun sebaliknya harus makan sayur dan buah , maka orang tua harus memberikan contoh di depan anaknya. Pemberian hukuman haruslah di pandang sebagai jalan terakhir yang itupun harus di pertimbangan secara matang oleh orang tua dalam arti memberikan hukuman yang dirasakan mendidik daripada hukuman fisik.

Namun demikian mengajarkan kedisiplinan pada anak bukan berarti harus menjadi suatu hal yang kaku dan tidak fleksibel. Beberapa orang tua mengeluhkan bahwa ternyata penerapan disiplin pada anak hanya membuat anak menjadi seorang yang kaku dan tidak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Bagaimanapun, dalam menerapkan disiplin, orangtua harus tetap konsisten. Kalau tidak konsisten atau berubah-ubah justru dapat menimbulkan kebingungan dan membuat anak merasa tidak nyaman. Hanya saja dalam pembiasaan yang konsisten tersebut selipkan juga variasi ritual yang dapat orangtua berikan dalam momen-momen tertentu. Sesekali, ajaklah anak makan sambil piknik di halaman. Tapi kalau anak tidak mau, ya jangan dipaksa. Biarkan saja dia tetap melakukan ritualnya sambil diberikan penjelasan mengenai variasi ritual yang bisa ia lakukan[2].

Pada dasarnya mengajarkan anak disiplin juga berarti mengajarkan kemandirian sejak dini. Hal ini sangat penting untuk memberikan bekal hidup bagi anak kelak di masa mendatang. Karena disiplin tidak hanya mengajarkan ketertiban dan keteraturan tetapi juga mengasah kepekaan dan kepedulian, menumbuhkan kepatuhan dan kepercayaan diri serta membantu perkembangan otak. Diantara contoh mengajari anak disiplin adalah[3]:

  • Saat bayi, anak memiliki jam minum susu atau makan, tubuhnya seolah memiliki jam biologis untuk lapar
  • Pengaturan jam tidur, ini baik karena akan mempengaruhi kesehatan anak
  • Menginjak usia lebih besar (2 tahun ke atas), anak akan lebih banyak bereksplorasi. Kenalkan mereka akan bahaya di sekitarnya. Seperti listrik, air yang tergenang agar tidak terpeleset, kaca, pisau yang tajam. Hal ini tentunya dilakukan dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
  • Orangtua sebaiknya memiliki pola hidup yang teratur, misalnya bangun pagi lalu beribadah, mandi pagi, merapikan rumah, makan makanan sehat, makan di meja makan dan berkomunikasi dengan bahasa yang baik. Dengan mengamati keteraturan yang ada setiap hari, seorang anak pada usia ini akan lebih mudah memiliki disiplin diri.
  • Ajari anak-anak mengenai kebersihan dan kerapihan sejak dini. Misalnya, mengambil dan meletakkan mainan pada tempatnya. Apabila setelah bermain anak terbiasa merapikan mainannya, dengan sendirinya selain akan membentuk kedisiplinan dirinya, hal itu akan mengajarinya rasa tanggung jawab. Biarkan mereka mencoba melakukan semuanya itu sendiri, sambil diawasi oleh orang tua.
  • Mengajarkan kebersihan ketika buang air (toilet training). Akan mendidik anak untuk memiliki kontrol untuk kebersihan dirinya . Dan biasakan berganti pakaian pada tempatnya. Atau didalam kamar. Pisahkaan pakaian yang kotor dengan pakaian yang bersih. Pakaian yang kotor letakkan pada keranjang tersendiri.
  • Sang ayah perlu dilibatkan juga dalam hal mengatur anak-anaknya. Karena, dalam sebuah rumah tangga, yang dibutuhkan adalah sebuah kerjasama, serta kekompakan dalam segala hal. Dan dalam kegiatannya apapun, selalu ajak mereka untuk berkomunikasi dan memberi pengarahan dengan baik
  • Ketika dimana si ayah dan ibu sedang berselisih pendapat, usahakan jangan diperlihatkan di depan anak-anak. Anak-anak sebaiknya melihat orang tuanya selalu kompak. Dengan begitu mereka tidak akan merasa khawatir dan selalu merasa aman di dekat orang tua mereka.
  • Kedua orang tua perlu tegas dalam membimbing dan mengajar anak-anak. Baik itu dalam hal sopan santun, kebersihan dan kerapihan, serta kemandirian. Jangan cepat ‘kalah’ ketika anak mulai menangis disaat keinginan mereka tidak dituruti. Terkadang, biarkan mereka seperti itu untuk melatih emosi mereka. Jadi, menangis tidak selamanya buruk.

sumber: zunlynadia.wordpress.com

1 komentar: