Nabi-Nabi Palsu

Oleh: Abduh Zulfidar Akaha


Allah subhanahu wata'ala berfirman:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab: 40).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي .

“Sesungguhnya akan ada tiga puluh orang pendusta di tengah umatku. Mereka semua mengaku nabi. Padahal, aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.”

Takhrij

Hadits ini diriwayatkan Abu Dawud (3710), At-Tirmidzi (2145), Ibnu Majah (3942), Ahmad (21361), Al-Baihaqi dalam Dala`il An-Nubuwwah (2901), Ibnu Wadhdhah dalam Al-Bida’ (249), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (8509), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (7361), dan Ath-Thabarani dalam Musnad Asy-Syamiyyin (2623); dari Tsauban bin Bujdud radhiyallahu 'anh. At-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih.” Al-Hakim berkata, “Hadits ini shahih menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim, namun mereka berdua tidak mengeluarkannya.” Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Tahqiq Misykat Al-Mashabih (5406), Shahih Sunan Abi Dawud (4252), Shahih Sunan At-Tirmidzi (2219), dan Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir (2654). Dengan matan sedikit berbeda, hadits tentang akan munculnya nabi palsu juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3340), Muslim (7526), At-Tirmidzi (2144), Ahmad (6930), dan Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (199); dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anh.

Rahasia “Penutup Para Nabi”

Fakta akan munculnya nabi-nabi palsu, jauh-jauh hari sudah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Demikianlah yang tersirat dari sabda beliau, “Aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.” Dan, demikian pula yang difirmankan Allah subhanahu wata'ala, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (Al-Ahzab: 40)

Kata “penutup para nabi,” menyiratkan makna bahwa akan muncul nabi-nabi palsu, baik itu pada masa hidup Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam maupun pasca beliau wafat. Fakta pun berbicara di kemudian hari, dimana sabda Nabi ini menemukan buktinya. Dan, kebenaran sabda ini tentu saja adalah sebagian dari mukjizat beliau.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Secara tekstual hadits ini menyebutkan bahwa tiga puluh orang tersebut semuanya mengaku nabi. Inilah dia rahasia sabda Nabi pada akhir hadits sebelumnya, ‘Dan sesungguhnya aku adalah penutup para nabi.’ Hal ini juga bisa berarti bahwa yang mengaku sebagai nabi di antara mereka hanya tiga puluh orang, sementara selebihnya adalah para pendusta saja namun mereka menyeru kepada kesesatan.”

Nabi Palsu Pada Masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan Khulafaur Rasyidin

Pada masa Nabi, muncul Nabi palsu di Yaman bernama Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts Al-Kadzdzab, atau yang lebih dikenal sebagai Al-Aswad Al-Ansi. Al-Aswad pernah mengirim surat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, “Hai orang-orang yang membangkang kepada kami, kembalikanlah tanah kami yang telah kalian rampas. Berikan kepada kami apa yang telah kalian kumpulkan, karena kami lebih berhak memilikinya. Adapun kalian, cukuplah kalian dengan apa yang kalian miliki.”

Al-Aswad mati dibunuh oleh istrinya, Idzan, yang bekerja sama dengan pasukan kaum muslimin dalam strategi yang jitu. Berita matinya Al-Aswad sampai ke Madinah pada pagi hari wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Namun, ada juga riwayat yang mengatakan bahwa kabar tersebut sampai Madinah ketika Khalifah Abu Bakar baru saja selesai mempersiapkan pasukan Usamah.

Di Yamamah, juga muncul nabi palsu bernama Musailimah bin Tsumamah bin Habib Al-Kadzdzab. Musailimah (bukan Musailamah) pernah datang kepada Nabi bersama rombongannya dari Bani Hanifah. Dia berkata, “Jika Muhammad menyerahkan perkara ini kepadaku setelah dia meninggal, aku akan mengikutinya.”

Mendengar apa yang dikatakan Musailimah, Nabi bersabda, “(Jangankan kenabian), kamu minta tongkat ini dariku saja tidak akan aku berikan. Sungguh, jika kamu pergi, niscaya Allah akan menyembelihmu. Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku apa yang akan terjadi padamu.”

Nabi benar. Musailimah mati oleh Wahsyi bin Harb. Dia lempar Musailimah dengan tombak, Musailimah mati pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Masih pada masa Nabi, dari Bani Asad muncul nabi palsu bernama Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal. Pada tahun sembilan Hijrah, dia datang bersama kaumnya kepada Nabi dan menyatakan keislamannya. Ketika Nabi sakit keras, dia memproklamirkan dirinya sebagai nabi. Dia ingin menggantikan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sepeninggal beliau.

Thulaihah dan pasukannya pernah beberapa kali bertempur dengan kaum muslimin dan selalu kalah. Bersama istrinya, dia kabur ke Syam (sekarang Suriah). Dia mendapatkan hidayah dan kembali ke pangkuan Islam. Thulaihah mati syahid dalam Perang Nahawand tahun 21 H.

Ada juga nabi palsu bergender perempuan. Sajah binti Al-Harits bin Suwaid namanya. Dia berasal dari Bani Tamim. Dia memproklamirkan kenabiannya setelah Nabi wafat dan ketika kaum muslimin sedang sibuk memerangi kaum murtaddin. Sajah tidak pernah terlibat peperangan langsung dengan kaum muslimin. Justru dia ‘bersaing’ dengan sesama nabi palsu, yakni Musailimah, yang sempat memperistrinya selama tiga hari. Dia tinggal di tengah-tengah kaumnya hingga masa kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan, sebelum akhirnya dia diusir oleh Muawiyah.

Nabi Palsu Pasca Khulafaur Rasyidin

Dalam ‘Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, Imam Abu Ath-Thayyib Abadi menyebutkan sebuah atsar dari Ibnu Abi Hatim dari Abu Zumail; Ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anh, “Hai Ibnu Abbas, sesungguhnya Al-Mukhtar bin Abi Ubaid mengaku bahwa tadi malam dia mendapatkan wahyu.” Ibnu Abbas berkata, “Dia benar.” Abu Zumail yang saat itu berada di dekat Ibnu Abbas langsung tersentak. Dia bangun dan berkata, “Ibnu Abbas mengatakan Al-Mukhtar benar telah mendapatkan wahyu?”

Kata Ibnu Abbas, “Sesungguhnya wahyu itu ada dua macam; wahyu dari Allah dan wahyu dari setan. Wahyu Allah diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sedangkan wahyu setan diturunkan kepada kawan-kawannya.” Lalu, Ibnu Abbas pun membaca ayat, “Sesungguhnya setan itu memberikan wahyu kepada kawan-kawannya untuk membantah kalian.” (QS. Al-An’am: 121)

Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi, juga ada nabi palsu bernama Al-Harits bin Said Al-Kadzdzab. Dulunya, ia adalah seorang zuhud yang ahli ibadah. Namun sayang, ia tergelincir dari jalan Allah dan mengikuti jalan setan. Ia didatangi iblis dan diberi ‘wahyu.’ Ia bisa membuat keajaiban2 laksana mukjizat seorang nabi. Saat musim panas, ia datangkan buah-buahan yang hanya ada pada musim dingin. Dan ketika musim dingin, ia datangkan buah-buahan musim panas. Sehingga, banyak orang yang terpesona dan mengikuti kesesatannya.

Al-Harits ditangkap oleh Khalifah Abdul Malik. Ia disuruh bertaubat dan diberi kesempatan untuk bertaubat. Sejumlah ulama didatangkan untuk menyadarkannya. Tapi ia enggan. Ia tetap dalam kesesatannya. Akhirnya, Abdul Malik pun menjatuhkan hukuman mati padanya. Al-Ala` bin Ziyad berkata, “Aku tidak iri sedikit pun pada kekuasaan Abdul Malik. Tapi aku iri dengan vonis matinya terhadap Al-Harits. Sebab, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum muncul tiga puluh orang dajjal pendusta yang semuanya mengaku nabi. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengaku nabi, maka bunuhlah ia. Dan barangsiapa yang membunuh salah seorang dari mereka, maka ia akan masuk surga’.” (HR. Ibnu Asakir)

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Artinya: "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Ali Imran: 19).

sumber: hidayatullah.com

Tambahan: Ringkasan beberapa nabi palsu yang sempat tercatat sejarah

  1. Abhalah bin Ka'ab bin Ghauts Al Kadzdzab alias Al Aswadi Al Ansi. Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Berasal dari Yaman dan dia berhasil dibunuh oleh istrinya sendiri yang bekerjasama dengan kaum muslimin.
  2. Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal. Pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Berasal dari Bani Asad. Dia bersama istrinya kabur ke Syam, hingga dia akhirnya kembali ke pangkuan Islam.
  3. Musailamah bin Tsumamah bin Habib Al Kadzdzab. Berasal dari Yamamah. Dia mati sesudah dilempar tombak oleh Musilamah bin Harb pada kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
  4. Sajah binti Al Harits bin Suwaid. Pada Masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Seorang perempuan yang berasal dari Bani Tamim. Dia diusir oleh sang khalifah.
  5. Al Mukhtar bin Abi Ubaid. Berasal dari Thaif, penganut Syiah yang mengaku nabi. Dia adalah saudara ipar Abdullah bin Umar bin Khattab. Mati dibunuh oleh Mush'ab bin Az-Zubair.
  6. Mirza Ali Mohammad. Pada abad 19. Pendiri agama Babisme. Dihukum mati oleh pemerintah Iran pada 1843.
  7. Mirza Husein Ali. Pendiri agama Bahaisme, penganut syiah. Mati pada tahun 1892. Dilanjutkan oleh anknya yang bernama Abbas Efendy yang bermarkas di Chicago, USA.
  8. Mirza Ghulam Ahmad. Berasal dari India. Mati terkena penyakit kolera. Pendiri agama Ahmadiyah, tapi kitabnya bukan Al Qur'an melainkan Tadzkirah.
  9. Rashad Khalifa. Dari Mesir 1835-1908. Mati dicincang oleh pengikutnya sendiri dengan pisau dapur.
  10. Asy Syaikhah Manal Wahid Manna. Seorang wanita mengaku nabi. Dipenjari oleh pemerintahan Mesir.
  11. Tsurayya Manqus. Seorang wanita dari Yaman. Mati dibunuh oleh pengikutnya sendiri dan disalib.
  12. Muhammad Abdur Razak Abul 'Ala. Dari sudan. 
Dialog Nabi Muhammad (shallallahu 'alaihi wasallam) dengan nabi palsu

Ibnu 'Abbas bercerita: "Musailamah Al Kadzdzaab (Si Pendusta) mengunjungi (Madinah) pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hidup dan dia berkata; "Seandainya Muhammad menyerahkan urusan ini (maksudnnya kekuasaan) kepadaku sepeninggalnya maka aku akan mengikutinya". Lalu dia menda'wahkan hal ini kepada orang banyak dari kaumnya. Kemudian Rasulullah beserta Tsabir bin Qais bin Syammas menemuinya sementara di tangan Rasulullah ada selembar daun, lalu beliau berhadapan dengan Musailamah dan teman-temannya seraya berkata: "Seandainya kamu meminta selembar pelepah kurma ini, aku pasti tidak akan memberinya kepadamu dan sekali-kali urusan Allah tidak akan diserahkan kepadamu. Dan jika kamu berpaling (menolak kebenaran) pasti Allah akan membinasakannmu. Sungguh aku melihat kamu sebagaimana aku melihatnya dalam mimpiku tentang kamu". Kemudian Abu Hurairah mengabarkan kepadaku bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika aku sedang tidur aku melihat di tanganku ada dua gelang terbuat dari emas dan kebagusan barang tersebut menggiurkan aku lalu aku diberi wahyu dalam tidurku, agar aku meniupnya. Aku pun meniupnya hingga keduanya terbang (lenyap). Maka aku menta'wikan mimpiku itu sebagai dua orang pendusta (yang mengaku sebagai nabi) yang akan timbul sepeninggalku. Yang pertama adalah Al 'Ansiy dan yang lainnya adalah Musailamah Al Kadzdzaab, seorang penduduk Yamamah". [HR. Bukhari]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar