Monopoli Sebuah Permainan Pendidikan Kapitalis Sejati

Oleh: Anita Rachmat Putri

Permainan juga mempengaruhi mental seorang anak.
Tulisan ini saya buat atas kegelisahan perkembangan mental adik saya kedepannya.


Ilham, nama adik saya yang berusia 10 tahun, sedang asik memainkan sebuah permainan dengan temannya ketika saya pulang. Sebenarnya, pemandangan ini sudah sering saya lihat. Namun makin lama saya mengkhawatirkan perkembangan mental adik saya akibat memeinkan permainan ini. Bagaimana tidak, setelah saya perhatikan beberapa saat, adik saya sangat bahagia karena memiliki uang yang sangat banyak. Sebaliknya, teman-teman sepermainannya sangat miskin, bahkan ada yang berhutang padanya. Pada saat itu, adik saya sangat puas karena berhasil memenangkan permainan. Dia menjadi pemilik modal dengan menguasai asset-asset penting. Dia bahkan tidak mempedulikan nasib teman-teman sepermainannya yang mengalami kebangkrutan luar biasa.

Apa yang dialami adik saya ini tidak berbeda dengan pengalaman saya sewaktu kecil. Bermain permainan monopoli dengan kakak-kakak maupun teman saya sungguh sangat menyenangkan. Sewaktu kecil, saya tidak pernah merasakan sesuatu yang ganjal dalam permainan ini. Mengingat kemampuan indrawi saya belum cukup untuk mengetahui makna dsri setiap permainan. Namun seiring berjalannya waktu, saya menemukan berbagai keganjalan, terlebih setelah mengetahui sedikit demi sedikit sistem ekonomi kapitalistik. Berbagai kondisi pada sistem kapitalisme digambarkan secara komprehensif oleh permainan ini.

Monopoli merupakan sebuah permainan yang dipatenkan oleh Charles Darrow pada abad ke-20. Sejarah panjang menghiasi perebutan hak cipta karena permainan ini sudah sangat mendunia. Permainan monopoli ini memerlukan sebuah kecerdikan, kejeniusan dan strategi khusus agar memperoleh kemenangan. Salah satu strateginya adalah rela memiskinkan diri untuk dapat membeli sebidang tanah strategis sebagai investasi awal.
Seperti sebuah kehidupan nyata, permainan monopoli ini dipimpin oleh Bank sebagai pemilik asset utama. Bank memiliki asset-asset berupa; kartu dana umum dan kesempatan; berbagai surat kepemilikan komplek properti; dan yang pasti memiliki kekayaan utama (kas). Permainan ini juga dikendalikan oleh dua buah dadu layaknya alat perjudian. Secara tidak langsung dadu ini dimiliki pula oleh Bank, berikut papan permainannya.

Permainan dimulai untuk mencari pemain pertama yang memulai. Bank memberikan modal awal senilai US$150.000 kepada tiap pemain. Permainan ini membutuhkan sekali putaran untuk melakukan berbagai transaksi. Setelah satu kali putaran, ketika melewati komplek di wilayah putaran awal, pemain akan memperoleh uang sebesar US$20.000. Sedikit apes jika pemain tidak melewati berbagai komplek itu dan terhenti kocokannya pada start maupun pajak jalan. Pada awal-awal permainan, pemain cenderung menghindari pembelian asset murahan. Berharap dapat membeli asset yang total investasinya lebih besar. Sasaran utama pemain adalah pembelian komplek terakhir, yaitu Afrika dan Australia.

Pemain memperhitungkan hal ini karena keuntungan yang akan diperoleh kedepannya. Investasi awal pemain dengan membeli tanah negara, membangun rumah, bahkan membuat hotel di negara tersebut. pemain terus berusaha berinvestasi pada keseluruhan komplek. Pada saat ini, kemiskinan tidak terelakkan. Namun pemain lebih menyukai pengambilan resiko dengan harapan kas pribadinya terganti dengan lebih banyak jika ada pemain-lain terjebak dalam komplek tersebut.

Selain mengharapkan kas masuk akibat penyewaan tanah hingga hotel, pemain juga menginginkan keuntungan akibat memperoleh kartu dana umum dan kesempatan. Jika mereka singgah pada tempat-tempat dengan tanda-tanda tersebut, mereka dapat memilih kartu yang paling atas. Namun kita semua sudah tahu, bahwa sebelum permainan dimulai kartu-kartu tersebut telah dikocok. Jika mereka memiliki nasib baik, mereka akan memperoleh kartu yang menambah pundi-pundi materi. Semisal kartu dengan pendapatan bunga, bonus, komisi, dll hingga kartu ajaib "Bebas dari Penjara". Para pemain sepenuhnya berharap memperoleh kartu jenis ini. Sebaliknya, jika pemain tidak beruntung, mereka akan memperoleh kartu-kartu yang mengecewakan, seperti membayar iuran sekolah, rumah sakit, perbaikan rumah/hotel, hingga denda akibat mabuk di muka umum.

Yang menggelikan dari permainan ini yaitu "kartu bebas dari Penjara" dengan Jargon khusus 'Kartu Bebas dari penjara; kartu ini dapat disimpan, digunakan bila perlu, atau boleh dijual.' Seperti kita ketahui, kartu keramat ini dapat disimpan untuk berjaga-jaga, digunakan sebagai penjamin ketika pemain masuk penjara, dan dijual dengan nominal yang cukup banyak. Pada saat hal ini, pemain yang mengalami kebangkrutan dapat menjual kartu ini pada Bank sehingga dia akan menjadi kaya kembali. Namun jika pemilik kartu ini adalah pemain yang memiliki modal besar (sang kapitalis), dia akan menyimpannya untuk keperluan tertentu. Selain kartu bebas dari penjara, ada area bebas parkir. Pemain bebas melakukan apapun dengan membeli sebuah asset atau memperoleh uang dari pajak jalan.

Inti dari permainan ini adalah keberuntungan, kecerdikan, pantang menyerah, kejahilan, kejeniusan, kelicikan, hingga mental untuk tidak berperikemanusiaan. Pemenang dalam permainan ini dapat saja menang jika dia meninggalkan sikap peduli pada lawannya. Dia haruslah tidak memiliki sikap ini untuk bertahanhidup. Karena menurutnya dalam sebuah permainan harus ada pihak yang kalah dan yang menang. Permainan monopoli ini akan dihentikan jika kas yang dimiliki Bank telah menipis, berpindah tangan pada salah satu pemain, bahkan pemain sudah tidak sanggup membayar utang-utangnya dengan penjualan asset yang dia miliki.

Hal inilah yang membuat saya khawatir dengan perkembangan mental adik saya. Saya khawatir bila kedepannya adik saya ini menjadi manusia yang selalu mengejar materi. Dia menjadi materialis, disatu pihak dia juga tidak memiliki rasa peduli atas kesulitan orang lain. Dia membiarkan kehidupan orang lain menderita asalkan dia bahagia. Saya juga takut dengan berbagai riba yang telah dia pelajari sejak kecil menjadikannya tidak kenal ampun mengambil hak orang lain atas dasar kepentingan diri sendiri.

Sesungguhnya permainan ini menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam sistem ekonomi kapitalis. Bank, digambarkan sebagai pemegang kontrol permainan ekonomi dunia. Bunker memiliki berbagai lembaga boneka. Tidak lain berfungsi sebagai pengontrol negara-negara jajahan mereka. Lembaga-lembaga ini dapat digambarkan dengan The Fed (terletak di Amerika) sebagai kapitalis sejati yang membawahi lembaga lainnya. Semua sistem ekonomi kapitalis berpusat pada lembaga ini.

Dalam sistem kapitalisme, pemegang modal selalu memperoleh hak penuh terhadap kaum yang marginal. Karl Marx menggambarkannya dengan penindasan kaum borjuis terhadap kaum proletar. Kaum borjuis tidak mengenal ampun mengambil keuntungan sebesar-besarnya kepada kaum proletar. Apa yang dilakukan kaum borjuis semata-mata untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dalam setiap usaha mereka.

Betapa mengerikannya permainan ini untuk adik dan anak-anak saya nanti. Tidak mengherankan jika pada saat ini dengan mudah kita menemukan sekelompok orang kaya yang tidak berperikemanusiaan menginjak-injak segolongan orang yang pas-pasan..

sumber: cintasejarahislam.blogspot.com

Catatan Webmaster:
Permainan berikut ini mungkin bisa jadi alternatif pengganti permainan Monopoly:
http://blog.kepikemas.com/permainan-monopoli-niaga-islami/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar