Bagaimana Mengelola & Merintis Taman Bacaan Anak

Penyusun: Azimah Rahayu
www.1001buku.org

Pengantar

Taman Bacaan. Perpustakaan. Rumah Baca. Apapun namanya, semua berkaitan dengan buku dan kegiatan membaca. Sayangnya buku dan kegiatan membaca kurang populer di kalangan anak-anak dibanding televisi dan play station. Ditambah lagi dengan ketiadaan akses terhadap buku karena ketidakmampuan membeli serta langkanya perpustakaan yang menyediakan koleksi buku anak.

Kondisi di atas telah menimbulkan keprihatinan bagi banyak pihak, yang akhirnya bergerak membangun taman bacaan- taman bacaan anak dengan berbagai alasan/latar belakang, model dan gaya. Santi Soekanto misalnya. Ia memulai Stasiun Buku karena sebuah rasa cemburu. Waktu itu ia ditakdirkan bermukim di sebuah negeri yang sangat jauh dari tanah air. Di negeri itu perpustakaan- perpustakaan tersedia bagi seluruh warga kota, tua-muda, miskin-kaya. Gratis. Setiap hari Rabu siang ada waktu mendongeng untuk anak-anak. Pendongengnya profesional, dibayar oleh pemerintah. Lha, anak-anak kita di tanah air bagaimana? Kalau menunggu pemda kapan terwujudnya? Rasa cemburu terbakar. Lalu diresmikanlah Stasiun Buku di ruang tamu rumah kontrakan, yang ukurannya hanya 4 x 4 meter persegi, plus garasi yang cukup teduh.

Pondok Baca Arcamanik (PBA) merupakan hasil gotong royong warga komplek Arcamanik yang memang sudah melek baca dan sangat paham arti penting sebuah perpustakaan bagi warganya dan anak-anak di Bagaimana Mengelola dan Merintis Taman Bacaan Anak sekeliling komplek yang tak punya akses terhadap buku. Awalnya Ida Sitompul, salah satu pendirinya, juga memiliki pengalaman dan keprihatinan yang hampir sama dengan Santi Soekanto. Ketika kembali ke Indonesia dan tinggal di komplek Arcamanik, ia melihat anak putus sekolah di mana-mana; menjadi pemulung, tukang sampah maupun sekedar berkeliaran. Sedangkan ia melihat kalangan warga Arcamanik rata-rata memiliki tingkat akademis yang cukup tinggi dan memiliki perhatian yang kuat dalam masalah ini. Karena itu Ida pun bergerilya door to door mengkampanyekan idenya mendirikan perpustakaan komunitas. Dari warga, oleh warga dan untuk warga serta masyarakat umum.

Pustakaloka Rumah Dunia bermula dari kecintaan Gola Gong dan istrinya Tias Tatanka pada buku dan kegiatan membaca. Pada Maret 2002, terbersit pikiran untuk ‘berbagi’ apa yang mereka punya tersebut kepada anak-anak di lingkungan mereka. Maka jadilah perpustakaan kecil- kecilan di kebun belakang rumah keluarga Gola Gong yang kini telah berkembang menjadi Pustakaloka Rumah Dunia (PRD).


Lain lagi dengan Azimah. Gadis ini memulai perpustakaannya sebagai pilihan alternatif, Taman Pendidikan Alquran (TPA). Ia tadinya ingin mendirikan TPA di Paseban, tetapi karena anak-anak sudah sekolah agama, akhirnya ia memilih buku untuk dapat beraktifitas bersama anak-anak. Menurutnya, buku dan perpustakaan komunitas tak kalah pentingnya dari TPA sebagai media pendidikan alternatif bagi anak-anak. Dia bermimpi, suatu saat, taman bacaan anak akan dapat ditemui hampir di semua gang, kota dan pelosok desa, menjamur sebagaimana halnya TPA.

Sementara itu beberapa perpustakaan yang dibangun di desa-desa, kampung-kampung dan pelosok dilatarbelakangi usaha untuk meningkatkan wawasan dan cinta buku dari anak-anak desa yang tidak terbiasa dengan buku karena mereka lebih biasa bermain di luar rumah: sungai, sawah atau nongkrong. Sedangkan budaya masyarakatnya tidak kondusif untuk peningkatan minat baca. Ditambah lagi kondisi perekonomian keluarga dan pendidikan orang tua yang rata-rata kurang atau dibawah standar.

Demikianlah, beberapa latar belakang pendirian perpustakaan/taman bacaan anak dari anggota jaringan 1001buku. Bisa jadi Anda juga mengalami atau melihat kondisi serupa di sekeliling Anda yang menginspirasi untuk membuka dan mengelola taman bacaan. Tips-tips di bawah semoga bisa membantu Anda.

Bagaimana Mengelola dan Merintis Taman Bacaan Anak

Langkah 1: Menentukan Model Perpustakaan
Langkah pertama dalam memulai Taman Bacaan Anak adalah menentukan model perpustakaan yang akan di bangun. Apakah perpustakaan yang akan dibangun merupakan perpustakaan pribadi yang dibuka secara gratis untuk umum atau perpustakaan yang ditopang oleh yayasan? Apakah anda bergerak sendirian atau bersama teman-teman satu organisasi? Seberapa banyak sumber daya (waktu, tenaga, pikiran) yang bisa diberdayakan untuk mengelola perpustakaan tersebut? Anda perlu memikirkan ini dari awal karena hal ini akan sangat berpengaruh pada jalannya perpustakaan nantinya.

Langkah 2: Mengumpulkan Buku
Langkah berikutnya adalah mengumpulkan buku sebagai materi utama taman bacaan. Buku-buku ini bisa diperoleh dari koleksi pribadi (termasuk di dalamnya sisa-sisa masa kecil kita, milik anak-anak, sepupu, keponakan yang sudah tak terpakai) atau membeli buku baru maupun bekas, dan meminta bantuan teman-teman. Santi Soekanto mendapatkan buku-buku bekas ketika sedang menempuh pendidikan di luar negeri dengan menempelkan pengumuman di pojok-pojok kampusnya. Ia juga berburu buku anak ke pasar loak dan toko-toko buku bekas di sana. Maka terkumpulah 7 kardus besar penuh sesak dengan buku. Buku-buku berbahasa Inggris itu digabungkan dengan koleksi buku dan majalah anak-anak Santi yang memang sudah bertumpuk-tumpuk di tanah air. Perpustakaan Cindelaras Rembang yang digagas oleh Trini koleksinya mendapat bantuan dari PUJS, P.DATA Bdg, dari temen-temen SMA Trini, dari lingkungan tetangga, dari saudara saudara yang mendukung, dari SMAnya dulu yang sepakat akan memberikan satu eksemplar dari 2/3/4 eksemplar setiap buku yang diterima dan dari 1001 buku serta dari dermawan lainnya. Perpustakaan Cindelaras memiliki program gerakan OLEH OLEH BUKU, yaitu bahwa setiap yang merantau kalau pulang kampung diminta membawa OLEH OLEH BUKU dan nama penyumbang akan dicantumkan dalam buku yang disumbangkan. Pengelolaan dan kegiatan Perpustakaan Cindelaras sepenuhnya diserahkan ke karang taruna dengan arahan dari Trini di Jakarta. Pustakaloka Rumah Dunia (PRD) dimulai dari koleksi pribadi keluarga Gola Gong sedang PBA memulai dari sumbangan gotong royong warga penghuni komplek Arcamanik.

Langkah 3: Menentukan Lokasi
Di tempat yang bagaimana sebaiknya menyelenggarakan Taman Bacaan? Tempat apapun pasti mengasyikkan bagi anak-anak kalau bukunya banyak, dan pemilik/pengelolanya ramah serta penuh cinta pada anak-anak. Berikut beberapa alternatif yang bisa dipertimbangkan: Jika ada fasilitas, bisa seperti Gola Gong yang membangun saung di tengah pekarangannya sebagai lokasi PRD. Atau menyewa tempat di lokasi strategis (banyak anak-anak kurang mampu/pemukiman kumuh) Bagaimana Mengelola dan Merintis Taman Bacaan Anak seperti Yessy Gusman. Atau menggunakan rumah/gedung warga seperti PBA milik warga Komplek Arcamanik, Bandung. Jika bergerak secara kelompok/komunitas, taman bacaan bisa meminjam pos kamling/tempat nongkrong/ gedung olah raga, ruang RT/RW, maupun ruangan di masjid/TPA. Taman Baca Tegal Gundil menggunakan kebon kosong, membuat rumah-rumahan dari bambu hasil minta ke tetangga. Taman baca Cindelaras menggunakan balai desa. Perpustakaan Tegal Gundil – terbuat dari rumah bambu. Jika bergerak secara pribadi: garasi, ruang tamu, teras rumah atau halaman samping rumah pun BISA digunakan. Jangan menunggu sampai ada ruangan yang besar. Percaya deh, anak-anak itu kalau sudah tenggelam dalam buku, biar disamber gledek juga asik saja.


Langkah 4: Mempersiapkan Materi
Materi apa saja yang harus disiapkan?
Pertama, sudah pasti buku-buku dan majalah. Silakan ditentukan sendiri segmen usia berapa yang mau Anda bidik. Di Stasiun Buku menyediakan buku-buku untuk Pra-TK,TK, SD, maupun SMP. Dari jenisnya, bisa buku pelajaran (geografi, sosial, IPA dlsb). Buku cerita, komik, ensiklopedi, buku keagamaan, buku berbahasa Indonesia, Inggris dan daerah. Usahakan buku- buku tersebut diberi nomor atau kode baik dengan stiker maupun stempel. Hal ini untuk memudahkan pendokumentasian dan tanda pengenal buku.
Kedua, rak-rak buku. Yang murah meriah saja, rotan boleh, plastik oke, kayu juga lebih kuat. Buku yang selalu tersusun rapi akan mensugesti anak untuk ikut menjaga kerapiannya. Tapi jika buku koleksi perpus/taman bacaan masih sedikit, dan belum ada dana untuk membeli/membuat rak, kardus besar, bangku pendek, kotak plastik dan bekas tempat parcel pun bisa digunakan untuk meletakkan buku-buku tersebut.
Ketiga, buku tulis atau file untuk operasional taman bacaan Buku pertama/file pertama berisi daftar anggota perpustakaan. Kolomnya terdiri dari nama, nama ibu, nama bapak, alamat lengkap, nomor telefon, alamat sekolah, pokoknya data apa saja yang bisa digunakan untuk referensi jika ada yang terlambat mengembalikan buku. Jika diperlukan, buat juga kartu anggota seperti di PBA dan PRD. Buku kedua/file kedua berisi catatan pinjam-meminjam buku. Nama, nomer anggota, judul buku, kapan buku dipinjam, kapan dikembalikan, paraf petugas. Atau bisa juga dibuat satu anggota satu lembaran, dengan demikian histori peminjaman dia bisa terekam dengan baik. Ini juga untuk menjaga agar jika ada buku tak kembali bisa dilacak.
Keempat, barang-barang non buku yang bisa membuat betah anak-anak. Crayon, cat air, spidol, pinsil warna, kertas-kertas berwarna, kertas gambar, manik-manik, dan benda-benda kerajinan tangan lain. Jadi kalau mereka bosan membaca, mereka bisa bikin apa saja sesuka mereka. Agar kepercayaan dirinya berkembang, bagaimanapun rupa karya mereka sediakan tempat untuk menggelar karya mereka, bisa dialbum atau di dinding ruangan. PRD menjilid gambar dan mendokumentasikan puisi dan prosa anak-anak anggota perpustakaan dalam bentuk antologi. Bisa juga disediakan mainan edukatif dan fisik seperti bola, balok dan puzzle.
Kelima, tempat untuk membaca Bisa berupa tikar, karpet, bangku-bangku kecil, bangku panjang atau apa saja yang membuat anak-anak merasa nyaman untuk membaca.

Langkah 5: Mempersiapkan hal2 Non-Material
Apa yang mesti disiapkan secara non-material?
• Persediaan cinta sebanyak mungkin pada buku dan anak-anak.
• Komitmen untuk meluangkan waktu bagi mereka.
• Kerelaan untuk diganggu setiap waktu meskipun anda sedang capek
• Siap sedia dengan inovasi dan kreasi jika ada masa-masa pengunjung dankegiatan taman bacaan menurun.
Pokoknya kesediaan untuk ‘all out’ dan tidak setengah-setengah. Jangan pernah berharap, taman bacaan kita siapkan, anak-anak diminta datang berkunjung, kemudian semuanya akan berjalan dengan sendirinya. Indonesia memiliki tingkat baca dalam jajaran terendah negara- negara di dunia. Anda harus siap-siap bekerja keras bahkan ‘gila-gilaan’ untuk menjaga stamina dan gairah para pengunjung.

Buku koleksi, apakah dipinjamkan?

PRD membuat kebijakan buku hanya bisa dibaca di tempat dan tidak dipinjamkan untuk menghindari resiko kehilangan. Hal ini bisa dilakukan karena seluruh anggota keluarga turut menjadi pengelola dan memiliki waktu untuk terjun langsung. Selain itu tempat yang dipergunakan untuk juga memadai dan cukup luas serta nyaman untuk anak-anak bisa bersantai berlama-lama membaca buku. Perpustakaan Anak Paseban lebih memilih untuk meminjamkan buku karena tidak ada pustakawan full timer dan anak-anak memang lebih suka meminjam untuk dibaca di rumah.

Perpustakaan Cindelaras meminjamkan bukunya dengan tarif 100 rupiah per buku untuk satu periode peminjaman. Bayaran ini semata-mata untuk meningkatkan koleksi dan pemeliharaan buku. Stasiun Buku juga meminjamkan koleksi bukunya.

Apa saja kendalanya?

Pustakawan full-timer.
Seringkali pengelola perpustakaan tidak ada di rumah. Kasihan anak-anak yang datang untuk membaca, tapi rumah/tempat perpus tutup. Mengatasi ini ada beberapa cara:
Mengangkat seorang pustakawan yang di bayar, seperti Stasiun Buku, PBA Bandung dan “NAMIRA” milik Yessy Gusman. Pustakawan yang bertugas tidak hanya berfungsi mencatat pinjam-meminjam buku, tapi juga mendampingi anak-anak mengarungi lautan buku. Pustakawan ini boleh seorang yang profesional, anak putus sekolah yang cinta buku, atau terserah, sesuai pertimbangan anda, ditambah relawan yang bisa datang membantu sewaktu-waktu. Melibatkan seluruh anggota keluarga, taman bacaan di buka pada jam tertentu. Gola Gong melibatkan istri, ibu dan anak- anaknya sebagai pengelola rutin PRD.
Membuat jadwal jaga dengan melibatkan semua anggota komunitas/pengelola.

Kebosanan akan koleksi buku yang itu-itu saja.
Anak-anak adalah pelahap buku yang baik. Apalagi jika bukunya lebih banyak gambar dari tulisannya atau buku komik, dalam sehari mereka bisa menghabiskan lima buku sekaligus. Untuk mengatasi hal ini ada beberapa cara:
• Menambah koleksi baru dengan berburu buku murah/bekas di pameran buku, Senen, Kwitang, Jatinegara, Palasari dan lain-lain.
• Azimah meminjamkan buku-buku dewasanya dengan imbalan si peminjam mencarikan buku-buku bekas untuk pembaca kecilnya.
• Sumbangan buku dari teman-teman atau instasi tertentu seperti, Yayasan Obor, Ford Foundation, Coca Cola Foundation, redaksi majalah anak dan penerbit buku anak.
• Saling menukar koleksi buku dengan perpustakaan sejenis.
• Menjadi anggota jaringan 1001buku. Ada beberapa keuntungan menjadi anggota jaringan 1001buku, di antaranya mendapat jatah rutin sesuai prioritas dari sumbangan yang berhasil digalang oleh 1001buku, mendapat promosi gratis melalui website 1001buku dan di kenal oleh mitra 1001buku sehingga bisa mendapat sumbangan langsung dari para mitra tersebut.

Kebosanan anak-anak dengan kegiatan membaca
Betapapun dunia anak adalah dunia bermain. Selain itu anak-anak selalu menyukai hal baru. Maka jangan patah semangat ketia di awal sambutan anak-anak sangat antusias, namun kemudian dengan mudah juga anak-anak bosan untuk membaca. Begitulah anak-anak. Kuncinya ada pada kreatifias kita untuk membuat kegiatan tambahan yang menyenangkan. Gola Gong memmbuat jadwal kegiatan tertentu. Misalnya Senin wisata baca, Selasa wisata gambar, Rabu wisata dongeng dan Kamis wisata tulis. Dengan demikian, tiap hari fokus kegiatan berganti. Selain itu kemampuan anak juga diapresiasi lewat penilain atas penampilan mereka. Azimah tiap seminggu sekali mengadakan lomba, baik lomba mengarang, membaca puisi, membaca hafalan, menggambar, mencari jejak dlsb. Sementara Stasiun buku mengadakan pemutaran VCD, mendongeng, omba dan bazaar. PBA menyelenggarakan kegiatan yang lebih asyik seperti Astro Camp dan Festival Baca.


Masih ada lagi kendalanya?
Oh banyak, diantaranya buku-buku yang tak kembali maupun rusak. Karena itu usahakan buku- buku disampul supaya tidak gampang rusak. Apalagi majalah yang covernya tipis, baru pindah dua peminjam biasanya sudah ‘buyar’. Tentu saja yang tak boleh lupa adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak/pengunjung melalui peraturan dan nasihat. Selain itu catatan nomor telpon dan alamat yang berguna untuk menjemput buku yang telah dipinjam dalam jangka waktu tertentu namun tidak kembali.

Namun perlu diingat pengelola perpustakaan harus siap dengan ‘buku tak kembali’ terutama untuk taman bacaan yang menggunakan metode ‘buku dipinjamkan’. Anak-anak pada dasarnya berjiwa jujur, namun kadang-kadang mereka ceroboh, pelupa dan belum tahu artinya ‘meminjam’ harus mengembalikan.

Strategi pengembangan perpustakaan

Strategi yang paling utama adalah pembaruan dan peningkatan koleksi buku sehingga anak-anak tidak bosan dengan koleksi yang itu-itu saja. Bagaimana caranya? Anda bisa melihat kembali ke poin kendala 2. Yang paling gampang meskipun berat dilaksanakan adalah merogoh kocek pribadi setiap bulan untuk membeli koleksi baru. Yang kedua, menjadi anggota jaringan 1001buku. Komunitas 1001buku berusaha memback up taman bacaan anak yang telah ada dengan memfokuskan kegiatannya pada pengumpulan buku bacaan anak melalui Book Drop Box (BDB) maupun kegiatan lainya. Taman bacaan yang menjadi anggota jaringan telah dan akan mendapat sumbangan buku secara rutin sesuai prioritas.

Berikutnya adalah menyebarluaskan kegiatan perpustakaan tersebut ke media maupun kenalan anda sehingga akan menarik donatur. Bisa juga anda mengirimkan proposal ke penerbit, majalah maupun Yayasan-yayasan yang bergerak di bidang perbukuan. Namun yang paling penting adalah usaha dan kreatifitas anda untuk menjadikan taman bacaan anak yang dikelola bukan hanya sekedar menjadi ‘tempat membaca dan meminjam’ buku tetapi juga menunjukkan kegiatan kreatifitas lain dan menampakkan hasil yang terus meningkat. Kombinasi prestasi kegiatan dan publikasi yang baik akan membawa perkembangan yang gradual pada taman bacaan sehingga tidak mandeg atau mati.

Bagaimana prosedur & syarat bagi Taman Bacaan untuk menjadi anggota jaringan 1001buku?

Syarat utama:
a. Perpustakaan itu haruslah perpustakaan untuk anak atau memiliki bagian khusus untuk anak.
b. Perpustakaan itu secara riil ada, yanga akan dibuktikan dengan kunjungan relawan penilik secara random.
c. Perpustakaan itu memiliki tempat tersendiri dan tetap, tidak berpindah-pindah, kecuali ada hal-hal tertentu.
d. Perpustakaan itu buka sedikitnya satu hari dalam satu minggu agar anak-anak bisa duduk dan membaca di sana.
e. Perpustakaan itu dijalankan secara sosial, bukan perpustakaan komersial.
f. Perpustakaan itu mempunyai seorang pengelola atau penanggung jawab yang menjadi contact person dalam berhubungan dengan 1001BUKU.
g. Perpustakaan itu mendapat dukungan sedikitnya dari satu orang anggota relawan 1001buku selaku sponsor pertama yang terhubung ke internet.
h. Pengelola atau penanggungjawab perpustakaan itu bersedia ikut hadir dalam kegiatan-kegiatan 1001buku seperti membantu kegiatan sortir dan packing buku, atau kontribusi lain yang dapat membantu perkembangan dan kemajuan 1001BUKU.

Prosedur:
a. Menjadi anggota 1001buku
b. Mendaftarkan perpustakaan pada Koordinator Perpustakaan Anak: perpustakaan@1001buku.org, untuk mendapatkan nomor registrasi. Nomor registrasi diperlukan untuk mendata jaringan perpustakaan anak.
c. Sertakan nama penanggungjawab, lokasi dan alamat, jadwal buka, jenis perpustakaan, buku dan bahan bacaan yang menjadi minat utama (wish list)
d. Sertakan alamat e-mail yang dapat dipublikasikan secara luas.
e. Memenuhi syarat yang telah ditetapkan 1001buku.

1 komentar:

  1. saya ingin bergabung dengan 1001buku, bagaimana dan syarat untuk menjadi anggota? terima kasih.

    email nadya_elektro@yahoo.co.id

    BalasHapus