Homeschool di Tahun Pertama

Tahun pertama selalu saja menjadi tahun tersulit bagi keluarga yang baru memulai homeschooling. Apa yang terjadi di tahun pertama ini biasanya akan sangat menentukan apakah sebuah keluarga akan terus melakukan homeschooling atau menyerah di tengah jalan. Ada beberapa hal yang sering kali dibuat orangtua (ehm..iya orang tua bukan anak- anak) yang menyebabkan homeschooling hancur lebur di tahun pertama dan menjadi mimpi buruk dalam keluarga seumur hidup.

1. Homeschooling dianggap sebagai "memindahkan sekolah ke rumah"

Homeschooling dibuat sebagai replika sekolah dan kadang tanpa sadar karena merasa kewalahan, orangtua mulai memperlakukan anak seperti sebagian besar guru memperlakukan murid murid di sekolah. Orangtua cuma memberikan tugas bertumpuk tumpuk dan berharap anak bisa dengan segera menguasainya. Orangtua tidak pernah lagi memotivasi, mengapresiasi, menggugah hati, menginspirasi, menjadi teman diskusi atau bahkan sekedar teman curahan hati.

2. Anak hanya dinilai dari kemampuannya menghafal dan mengerjakan matematika.

Walaupun dalam homeschooling anak lebih memiliki kebebasan untuk merasakan menjadi manusia yang utuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bukan "half human" karena ketidakmampuannya, orang tua cenderung cuma menghargai anak kalau mereka cepat menghafal, pandai mengerjakan matematika dan kalau mereka bisa mengerjakan soal-soal dengan baik. Natural interest anak-anak misalnya pada binatang, sepak bola, bersepeda, atau bahkan memasak tidak dipupuk malah diremehkan.

3. Ijasah menjadi satu satunya tujuan

Orangtua yang telah melakukan homeschoolingpun banyak yang tidak percaya bahwa apabila kita sebagai orang tua menciptakan lingkungan dimana anak bisa tumbuh menjadi "independent learner" maka ujian macam apapun juga dari dalam atau luar negeri tidak akan menjadi kendala. Orangtua yang hanya menganggap ujian dan ijasah sebagai hal terpenting melupakan banyak hal yang seharusnya lebih penting ditanamkan misalnya, tanggung jawab, determinasi, persistensi dalam berkarya, sikap tidak menyerah, percaya diri, mampu menerima kegagalan, bangkit dari depresi, dll. Orangtua yang hanya menanamkan bahwa ijasah adalah satu-satunya tujuan pembelajaran akan memangkas segala potensi yang dimiliki anak dan menghapus cakrawala berpikir mereka.

4. Melakukan homeschooling hanya karena sekolah mahal

Walaupun memang dengan homeschooling banyak sekali biaya yang bisa dihemat tanpa mengurangi kualitas belajar anak, orangtua yang melakukan homeschooling dengan "mentality" bahwa "seandainya saya punya uang saya tidak akan homeschooling" tanpa sadar menanamkan rasa rendah diri kepada anak-anak. Anak-anak akan melihat homeschooling sebagai tanda ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan dan selama mereka masih di-homeschool selama itu pula mereka tahu mereka adalah masyarakat KELAS DUA. Ini sangat TIDAK BENAR. Jangan tanamkan "Kita homeschooling karena kita tidak punya uang" tetapi "Kita homeschooling karena kita sadar bahwa pendidikan yang berkualitas tidak ada hubungannya dengan seberapa banyak kita menghambur hamburkan uang"

5. Melakukan homeschooling dengan obsesi menjadikan anak 'SUPER KID'

Setiap anak lahir baik dan memiliki talenta yang berbeda beda. Orangtua yang terobsesi menjadikan anaknya yang "TER-" dengan homeschooling biasanya tidak akan bertahan di tahun pertama dan homeschooling akan menjadi sejarah. Karena bukannya 'celebrating my child as a unique human being with his own strengths and weaknesses' orangtua akan menghabiskan hari demi hari marah, tidak puas dan frustasi.

6. Mengaitkan homeschooling dengan cinta dan perhatian

Cinta dan perhatian adalah hak anak betapapun buruknya kinerja mereka di mata orangtua. Orangtua yang tidak menyadari ini dan malah mengancam /mengucilkan / merendahkan anak apabila tidak bisa mengerjakan soal tertentu misalnya, akan mempercepat bubarnya homeschooling. Sebaliknya orang tua yang tetap menunjukkan cinta, penerimaan dan perhatiannya kepada anak meskipun mereka gagal akan terus bertahan.

7. Tidak menerima anak apa adanya

Setiap anak belajar tetapi tidak pada waktu yang sama, kecepatan yang sama atau hal yang sama. Ada anak yang membaca pada usia 2 tahun ada yang baru mulai membaca umur 9 tahun. Ada anak yang sangat mencintai bermain musik tetapi merasa tersiksa kalau harus melukis. Ada anak yang tidak menyukai matematika di usia SD tetapi sangat menonjol matematikanya di usia SMU. Ada anak yang memiliki kemampuan bermain bola tetapi tidak menyukai science. Orangtua yang ingin bertahan dalam homeschooling harus belajar menerima anak-anak seperti adanya mereka, memupuk dan menumbuh kembangkan apa yang ada di diri mereka bukannya malah mencekoki mereka dengan berbagai hal yang sebenarnya hanya untuk memuaskan ego orang tua .

8. Mengharapkan kesempuranaan

Homeschooling seperti segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sangat jauh dari kesempurnaan. Orangtua yang berharap terlalu besar bahwa dalam homeschooling segalanya adalah indah dan sempurna akan lebih mudah putus asa. Harus disadari bahwa baik orangtua dan anak-anak tidak terhindar dari perasaan-perasaan negatif seperti capai, stress, bosan, marah, sedih, kecewa, dll. Orangtua yang lebih terbuka dengan perasaan-perasaan tersebut akan lebih berhasil dalam homeschooling.

Happy Homeschooling!

sumber: http://freehomeschoolindonesia.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar