Membacakan Buku untuk Anak

Salah satu cara agar anak usia dini tertarik membaca adalah dengan menjadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan. Bagaimana jika mereka belum bisa membaca?

Pengalaman keaksaraan yang kaya yang sengaja dihadirkan oleh orangtua dan guru merupakan pintu pertama anak tertarik membaca.

Selain sedari dini memperkenalkan anak dengan buku, membacakan buku untuk anak merupakan peluang anak belajar membaca. Terlebih jika orangtua dan guru memiliki kemampuan untuk tidak sekedar membaca tapi membuat anak belajar membaca sambil mengalirkan nilai-nilai positif dalam bacaan mereka.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua/ guru sebelum membacakan buku untuk anak:

1. Siapkan mental
Temuilah anak dalam keadaan siap. Pastikan niat anda ingin membaca buku atau bercerita hanya untuk mengalirkan nilai positif pada anak. Orang yang sedang galau, sakit, gelisah, takut, khawatir; sebaiknya menenangkan dirinya dulu sebelum menemui anak. Anak usia dini sangat akurat dalam memberikan penilaian. Jangan pernah berfikir memberikan pesan positif pada anak jika bahkan sebelum bicara, bahasa wajah dan tubuh anda sudah memberi pesan bahwa anda sedang memikirkan yang lain, bukan anak yang ada dihadapan anda. Pesan di wajah dan tubuh anda (nonverbal) lebih mudah dimengerti anda daripada pesan yang anda ucapkan (verbal).

2. Memilih buku
Saat ini semakin banyak terdapat buku anak-anak di toko buku. Namun banyak buku yang tercantum untuk balita tapi belum layak untuk balita. Diantaranya karena huruf yang tercetak masih terlalu kecil, menggunakan model huruf yang terlalu variatif di saat anak balita masih belajar mengenal bentuk masing-masing huruf. Untuk buku yang semacam ini dimana anak balita belum bisa membacanya, sebaiknya orang dewasa membacakan untuk anak.

3. Memilih tema
Pilihlah buku dengan tema yang dekat dengan keseharian anak atau menceritakan pengalaman yang sekiranya dialami anak seusianya, tentang benda-benda yang sering ia temui, tentang kebiasaan-kebiasaan anak.

4. Pengalaman nyata
Sebaiknya, hidupkan isi buku dengan mengajak anak mengalami apa yang terjadi atau pesan yang terdapat dalam buku. Misalnya buku yang bercerita tentang semut yang suka bergotong royong, kita dapat mengajak anak melihat parade semut yang berjalan saling salam, menyapa, bergotong royong membawa makanan. Lebih asyik jika melihat menggunakan kaca pembesar.

5. Bahasa Anak
Tidak semua buku anak memiliki bahasa yang dipahami anak. Pembaca buku harus dapat menerjemahkan bahasa yang asing bagi anak menjadi bahasa yang mudah ia pahami. Dapat dengan sebuah perumpamaan, menjelaskan dengan bahasa keseharian anak dan sebagainya. Misalnya buku tentang keutamaan sholat jamaah, kita dapat memberi perumpamaan tentang sebuah permainan yang mensyaratkan adanya pemimpin dimana para pemain harus patuh pada pemimpin agar tim tersebut memenangkan permainan.

6. Visualisasi
Anak usia dini masih berada dalam tahap operasional simbolik, mereka membutuhkan simbol-simbol visual untuk memudahkan kerja otak mereka dalam menangkap pesan atau informasi. Namun orang dewasa harus hati-hati, simbol yang terlalu variatif dan tidak fokus membuat pengetahuan yang didapat anak tidak utuh dan kabur. Hal ini berlaku bukan hanya pada buku. Kelas yang terlalu ramai dengan ornamen lucu, dan penuh warna justru membuat anak tidak bisa belajar banyak.

7. Libatkan anak
Membacakan buku atau bercerita pada anak bukan berarti anak di posisi yang pasif. Ingat bahwa pembaca sedang berusaha mengalirkan pengetahuan pada anak, semakin anak dilibatkan semakin dirinya merasa dihargai dan semakin besar pintu memorinya terbuka untuk menampung pengetahuan. Namun keterlibatan anak juga perlu aturan yang jelas. Anak usia 4-6 tahun sudah bisa diberi aturan. Misalnya: boleh bertanya dengan mengangkat tangan lebih dulu, jika sudah dipersilahkan guru, baru bertanya. Guru juga harus memberi anak kesempatan menggali pengalaman dan pengetahuan anak dengan cara bertanya, meminta pendapat dan ide anak.

8. Hidupkan situasi
Membaca atau bercerita memang bukan mendongeng. Tapi tidak ada salahnya jika intonasi suara pembaca lebih hidup dengan menambahkan ekspresi tentang bagaimana sedih, senang, takut, terkejut dll.

9. Baca dengan benar
Bacalah perlahan dengan nada yang teratur. Usahakan setiap huruf yang keluar dari mulut pembaca adalah berasal dari asal suara yang tepat. Misalnya jangan sampai membaca “a” terdengar seperti “ae” atau membaca “d” terdengar seperti “t”. Pengucapan aksara yang terdengar oleh anak berpotensi besar menjadi pembaca yang benar.

10. Recalling
Selalu beri kesempatan anak untuk bercerita dengan bahasanya sendiri setelah anda selesai membaca atau bercerita. Amati kemampuan otaknya menyerap dan menggali informasi yang telah anda berikan. Ini juga dapat menjadi ukuran kesuksesan anda membaca atau bercerita.

Sumber : Musrifah, M.Med Kom di : www.alummahgresik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar