Klinik Asuransi Sampah: Warga Sehat, Lingkungan Bersih


Pejuang-pejuang lingkungan terus bermunculan. Kali ini pejuang baru muncul dari Kota Malang, Jawa Timur. Selain mengumpulkan sampah, pejuang lingkungan ini sekaligus membantu warga sekitarnya. Dokter Gamal Albinsaid memilih membuka Klinik Asuransi Sampah sebagai bentuk dedikasinya terhadap kemanusiaan. Pak Dokter mendorong masyarakat di sekitarnya untuk mengumpulkan sampah-sampah non-organik seperti botol plastik, kardus dan kertas, maupun organik seperti daun-daunan, untuk ditukarkan dengan kartu berobat.

“Warga cukup menyerahkan sampahnya kepada Klinik Asuransi Sampah dan mereka bisa menikmati berbagai fasilitas pelayanan kesehatan primer. Sampah yang mereka bawa –dapat berupa sampah kering apa saja yang dapat didaur ulang- dan kami hargai Rp10.000,” kata Gamal.

Sampah yang biasanya dibiarkan mengotori lingkungan sekarang bisa untuk berobat. Dalam situsnya, banggamal.com, Dokter Gamal menjelaskan sistem yang digunakan Klinik Asuransi Sampah.

“Klinik Asuransi Premi Sampah adalah program asuransi kesehatan dengan premi sampah sebagai pembiayaan program kesehatan. Dengan program ini warga cukup menyerahkan sampahnya kepada Klinik Mawar Husada. Sampah yang dikumpulkan warga diolah menjadi uang sebagai “Dana Sehat” melalui dua cara, untuk sampah organik dijadikan pupuk dengan Metode Takakura, sedangkan untuk sampah anorganik  dijual ke pengepul.”

“Dana yang terkumpul digunakan untuk pelayanan kesehatan secara holistik, yaitu pengobatan jika pasien sakit (kuratif), melakukan program peningkatan kualitas kesehatan (promotif, ex: penyuluhan, konsultasi gizi, pembagian buku, dll), mencegah terjadinya sakit (preventif), dan rehabilitatif (home visit, kontrol diabetes, dll),” demikian penjelasannya.

Fasilitas yang dimaksud Dokter Gamal berupa pemeriksaan dokter, pemeriksaan gula darah sampai obat. Menurut dokter berusia 24 tahun itu, saat ini sudah terdapat lima Klinik Asuransi Sampah. Klinik ini sebenarnya sudah muncul sejak 2010 lalu lewat organisasi Indonesia Medika. Tapi, baru berjalan enam bulan, klinik ini berhenti beroperasi. Baru sejak Maret 2013 lalu, Dokter Gamal mengaktifkan kembali klinik ini untuk keluarga kurang mampu dengan fokus menjaring banyak anggota. Gamal mengatakan sistem ini dilakukan berdasarkan asuransi mikro sehingga yang difokuskan saat ini adalah menambah jumlah anggota untuk mempertahankan keberlangsungan.

Klinik ini tentu sangat membantu mereka yang kurang mampu. Karena itu, tak heran jika jumlah anggotanya terus bertambah. Saat ini, jumlah anggotanya mencapai 500 orang di lima klinik dan direncanakan akan dikembangkan di klinik-klinik lain tidak hanya di Malang dan Jawa Timur namun juga di kota-kota lain di Indonesia. Untuk saat ini volume sampah yang dibawa warga tidak ditentukan beratnya guna menarik anggota baru, kata Gamal. Anggota klinik asuransi sampah ini bertambah sekitar 50 orang setiap minggu melalui berbagai sosialisasi termasuk pengobatan gratis.

Dengan kartu klinik asuransi sampah, warga dapat memiliki akses pelayanan kesehatan primer dengan berobat maksimal dua kali dalam satu bulan, kata Gamal. "Namun bilapun tidak berobat, warga tidak akan rugi karena mendapatkan berbagai fasilitas lain seperti penyuluhan serta rehabilitasi untuk yang baru sembuh sakit dan jaringan telepon khusus pasien ke dokter untuk berkonsultasi," tambah Gamal. Mereka yang datang lebih dari dua kali, diterapkan pembayaran namun ditekan seminimal mungkin, kata dokter berusia 24 tahun ini.

Ada sejumlah pihak yang mendorong Dokter Gamal dan rekan-rekannya untuk mengganti sampah sebagai alat pembayaran dengan uang tunai 10 ribu Rupiah. Namun ide ini ditolak. Alasannya, tidak ada edukasi seputar lingkungan jika sistem pembayaran dengan sampah itu dihilangkan. “Konsep edukasi lingkungan ini yang juga ingin kami tanamkan, dengan menjaga kebersihan lingkungan dan memanfaatkan sumber daya yang terbuang,” katanya.

sumber: greensmile.or.id dan lain-lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar