20 Cara Memicu Perkembangan Otak Bayi

Antara ibu dan bayi yang baru lahir, dibutuhkan hubungan yang erat sehingga perkembangan otak dan penalaran bayi terpacu dengan kondisi yang ada disekitar. Berikut ini 20 cara yang dapat dilakukan, saat bayi masih berusia di bawah enam bulan:

1. Lakukan pijatan-pijatan lembut pada tubuh bayi. Ada banyak buku, panduan dan kursus yang patut anda baca atau ikuti.

2. Lakukan sesi regangan pada bayi. Luruskan kaki dan tangan bayi dengan lembut. Sebagai permulaan jangan paksa sampai lurus karena dapat menyakiti bayi. Lakukan dengan selembut mungkin dan anda berdua akan menikmati kebersamaan yang terjalin.

3. Saat mengganti popok atau menggendongnya, bicaralah padanya. Ceritakan apa yang sedang Anda lakukan padanya. Sehingga bayi akan belajar mengenai komunikasi dan bahasa. Anda juga akan mengajarkan sejak dini bagaimana cara bicara dan nada bicara yang digunakan.

4. Beberapa ibu/ayah berbicara dengan nada yang didramatisir saat bicara dengan bayinya. Ini yang disebut parentis (parentese) dan banyak dipraktekkan untuk menstimulasi otak bayi dan mengajar kemampuan bahasa lebih cepat.

5. Bernyanyilah pada bayi. Dengan pengulangan lirik atau pengulangan lagu akan membuat bayi belajar tentang kemampuan prediksi.

6. Tunjukkan pada bayi gambar-gambar sederhana, terutama dengan warna-warna yang mencolok dan tak lebih dari dua atau tiga obyek dalam satu gambar agar bayi tidak malah terpana/bengong.

7. Ciluk ba akan membantu bayi belajar mengenai obyek permanen. Jadi meski bayi anda tak dapat melihat Anda, ia merasakan bahwa Anda masih berada di sekitarnya. Ini akan membantu kepercayaan diri bayi yang merupakan hal mendasar pada setiap orang.

8. Meniru ekspresi muka dan suara bayi akan membuat bayi merasa bahwa dirinya memiliki pengaruh pada lingkungan sekitarnya.

9. Ubahlah posisi bayi sekurangnya setengah jam sekali, saat ia bangun. Letakkan ia di pangkuan, baringkan atau tengkurapkan ia. Sesekali biarkan ia duduk di ayunan dan ayunkan, sehingga membantunya mengetahui perbedaan di sekitarnya dan membuatnya tidak bosan.

10. Untuk melatih pendengarannya stimulasikan dengan suara disekelilingnya secara bergantian. Si kecil akan belajar untuk memfokuskan diri pada pendengaran dan menemukan obyek yang ia cari.

11. Beri bayi beberapa obyek untuk dipegang. Pastikan barang yang diberikan halus dan lembut (tidak kasar dan keras). Bantu bayi merasakan sentuhan atas tekstur suatu benda atau kain.

12. Saat bayi terlentang, gantung mainan anda sekitar 30 sentimeter dari wajahnya. Biarkan ia belajar memfokuskan mata pada obyek tertentu dan menikmati kesenangannya.

13. Saat dalam pangkuan, sesekali goyang-goyangkan kaki Anda perlahan. Banyak bayi yang menyukainya dan akan membantunya memahami pergerakan.

14. Beri bayi beberapa mainan yang dapat digigit. Pilihlah mainan yang aman dan tidak mudah tertelan.

15. Saat mulai besar, ajak ia bermain tepuk tangan dan menyanyi secara aktif.

16. Tunjukkan beberapa jenis binatang yang ada di sekelilingnya seperti, cicak, kucing atau kupu. Sebutkan dan beritahukan apa namanya. Si kecil mungkin akan menirukan satu suku kata dengan ucapan panjang, sebelum ia sendiri dapat mengucapkannya dengan lebih jelas.

17. Sesekali biarkan ia termenung atau terdiam karena sesuatu yang tidak kita ketahui. Biarkan ia menikmati ruangan yang sedikit gelap, ayunan dan suasana yang hening. Ini merupakan salah satu teknik relaksasi baginya.

18. Ajak si kecil jalan-jalan pagi untuk menghirup udara yang segar dan matahari pagi dan perkenalkan ia pada pengalaman baru.

19. Bercerita dapat membantunya mengenal ritme dan pola bicara.

20. Bisikkan kalau Anda sangat mencintai dan menyayanginya. Ia akan segera belajar apa arti cinta dan sayang sebelum ia dapat membalas ungkapan cinta dan sayang anda.

Sebagai tambahan berikut tips mengajak bicara bayi:

1. Jangan Gunakan Kata Ganti
Bayi kecil masih sulit memahami “aku”, “saya”, “kamu”, atau “dia”. Itu bisa berarti ayah, ibu, atau nenek, atau bahkan dirinya sendiri, tergantung dari siapa yang mengajaknya berbicara. Jadi, sebut diri Anda sebagai “Ibu”, “Mama”, atau “Bunda”, tergantung sebutan yang Anda pakai untuk membahasakan diri Anda kepada si bayi. Begitupun sebutan “Ayah”, “Kakek”, “Nenek”, dan lainnya. Anda dan orang lain pun harus menyebut atau memanggil si bayi dengan namanya.

2. Ajukan Banyak Pertanyaan
Penelitian menunjukkan, anak yang orangtuanya banyak berbicara “dengan” mereka dan bukan “kepada” mereka, akan belajar bicara lebih dini. Jadi, beri kesempatan si bayi untuk mengeluarkan suara, apapun jenis suaranya. Salah satunya dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaannya bisa macam-macam dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Diamkan sebentar setelah Anda mengajukan satu pertanyaan. Tunggu bagaimana reaksinya yang ditunjukkan dengan mengeluarkan berbagai suara. Kala ia merespon, balas kembali. Jikapun ia tak memberi respon, Anda tak usah kecewa. Ajukan saja pertanyaan yang lain.

3. Gunakan Bahasa/Kata Sederhana
Anda boleh menggunakan bahasa bayi seperti “pus” untuk kucing atau “guk guk” untuk anjing, dan lainnya. Yang penting, nantinya Anda menggunakan kata yang sebenarnya. Bahasa bayi, menurut Adi Tagor, tetap bahasa. Hanya artikulasinya lebih sederhana. “Word atau kata bayi tak harus sempurna. Asal ia bisa mengidentifikasikan pada satu benda,” terangnya. Jadi, jangan paksa si bayi mengucapkan kata yang sulit. Kata “mama” dan “papa”, misalnya, lebih mudah bagi bayi ketimbang “ibu” dan “ayah”. Baik dari segi linguistik maupun fungsi susunannya. Berbicaralah lebih lambat dan jelas dengan lagu/intonasi yang menyenangkan. Sehingga, si bayi mendapat kesempatan untuk menangkap kata-kata itu dan memahaminya. “Karena semua panca indera baru mengenal, kita beri dosis pelan-pelan. Bicaralah lembut dan jangan bertengkar di depan bayi. Paling cepat usia 2 minggu bayi sudah punya keinginan berkomunikasi. Reaksinya ketawa, dia menangkap dan mencoba meniru, lalu mengoceh. Malah usia sebulan ia sudah bisa mengoceh,” papar Adi Tagor.

4. Beri Rasa Tenang
Bayi memiliki bahasa suara instinctual. Artinya, secara naluri ia bisa tahu suara-suara kasih sayang atau bukan. Umumnya ini berhubungan dengan keras-lembutnya suara. Karena itu, jangan bicara pada bayi dengan mengolok atau mengejek, marah, dan kasar. Tapi berilah pujian dengan tulus.“Kemampuan instinctual sudah ada pada usia 1,5 – 2 bulan. Lewat kedekatan, misalnya dalam gendongan ibu dan lewat suara-suara,” terang Adi Tagor. Perasaan ketenangan yang diperoleh saat ini memberi sumbangan pada kemahiran berbahasa atau kemampuan berbahasa yang tumbuh pesat setelah usia setahun.

5. Pusatkan Pada Kata-kata Tunggal
Setelah si bayi makin besar, mulailah memberi tekanan pada kata-kata tunggal. Misal, “Sekarang Mama akan mengganti popok Adit,” sambil Anda mengangkat dan menunjukkan popok kepadanya, “Popok, ini popok Adit.” Atau saat Anda berkata, “Sekarang Mama mau membuat jus melon untuk Adit,” lalu angkat melon itu dan tunjukkan, “Melon. Ini buah melon.”Tetaplah berbicara dengan bahasa sederhana, jelas, dan lambat. Beri tekanan pada kata-kata yang sering dipakai dalam hidup bayi sehari-hari. Selalu berhenti sebentar sebelum Anda mengatakan kata selanjutnya, agar bayi punya banyak waktu untuk mengendapkan kata-kata Anda.

6. Kalimat Perintah
Penting bagi bayi untuk belajar mengikuti perintah sederhana. Misalnya, “Cium Mama,” atau “Lambaikan tangan,” atau “Tolong berikan boneka itu pada Mama,” dan sebagainya. Tentu ia tak akan segera melakukan perintah Anda. Dengan pengulangan sambil memberi contoh, lama-lama ia akan melakukannya. Tapi kalau ia sudah “mahir”, sebaiknya Anda jangan tergoda untuk memperlakukan ia bak “ikan lumba-lumba” yang sudah dilatih dan meminta ia untuk melakukan “pertunjukan” mutakhirnya setiap kali ada pengunjung.

sumber: http://puskesmassimpangempat.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar