Tapi apa daya apabila keadaan tidak memungkinkan untuk diubah, saya yang harus mengupayakan komunikasi sepositif dan seefektif mungkin dengan anak saya dengan waktu yang terbatas agar ia mempunyai karakter yang baik.
Oleh karena itu perkenankan saya membagikan apa yang saya baca di majalah Parents Guide yang sudah menjadi berkat buat saya, tentunya isi dan gaya bahasa berbeda sesuai pesan yang saya tangkap tanpa mengubah pesan yang dikandung.
Pada dasarnya ada 2 bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal dan non-verbal (misalnya melalui bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik, dan lain-lain). Keduanya harus sejalan untuk kita bisa menyampaikan pesan dengan baik. Apalagi untuk anak di bawah 1 tahun dimana bahasa non-verbal yang lebih banyak ditangkap.
Saat berkomunikasi dengan anak, orang tua harus turun ke tingkat anak-anak, artinya bahasa yang kita pakai juga mudah dimengerti oleh anak, lalu saat kita berbicara hendaknya tinggi kita sama dengan anak, misalnya kita bicara dengan berlutut atau membungkuk sehingga kontak mata menjadi sejajar dan anak tidak merasa diintimidasi.
Dan perlu dipahami bahwa komunikasi itu sifatnya 2 arah, jadi sebagai orang tua kita juga harus bisa menjadi pendengar yang baik, dengan begitu anak bisa terbuka dengan kita.
Inilah beberapa kiat komunikasi produktif:
1. Jadilah teladan. Anak belajar dari hal-hal yang konkret. Mereka lebih mudah belajar dari teladan orang tuanya daripada dari apa yang kita ucapkan. Percuma saja bila kita minta mereka untuk merapikan mainan bila kita pun membiarkan buku, laptop, cangkir kita berantakan.
2. Anak itu seperti busa. Otaknya menyerap segala apa yang dilihat dan didengarnya. Oleh karena itu kita sebagai orang tua harus mengendalikan informasi apa saja yang boleh masuk ke otak anak karena itu pula yang akan mempengaruhi sifat, dan perilaku si anak.
3. Gunakan kata-kata yang positif. Jangan gunakan kata-kata yang negatif yang mematahkan semangat anak. Dampak komunikasi yang negatif sangatlah parah, anak bisa kehilangan sifat lembutnya, menjadi keras hati, dan suka pada kekerasan. Akibat lainnya anak juga menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya saat ada orang yang ingin berbuat baik terhadapnya anak justru akan berpikir negatif. Ia tidak bisa lagi membedakan kapan ia salah dan benar. Karena segala yang ia lakukan seolah-olah dinilai negatif oleh orang lain. Misalnya saat sang anak sedang tiduran di karpet sementara sang ibu sedang menyapu lantai, sang ibu menyindirnya, ”Sudah tahu Ibu sedang menyapu, kok kamu bukannya membantu malah tidur-tiduran saja.” Tapi saat si anak mencoba membantu menyapu, apa jadinya bila si Ibu berkomentar, ”Tumben kamu mau bantu Ibu.” Si anak tentu akan bingung apa yang sebenarnya harus mereka lakukan. Mereka merasa apapun yang dilakukan akan salah, tidak ada yang benar.
4. Hukum dengan cinta. Anak membutuhkan batasan pada setiap kegiatan agar tidak kebablasan, tapi disiplin yang diterapkan harus atas dasar cinta, bukan dendam atau benci. Anak harus mengerti bahwa hukuman itu ada karena mereka dicintai orang tuanya agar menjadi orang yang lebih baik. Beban hukuman hendaknya disesuaikan dengan kapasitas si anak dan jangan melebihi perbuatannya.
5. Dengarkan dia. Ada beberapa tips menjadi pendengar yang baik:
- Pelihara kontak mata. Dengan kontak mata anak merasa bahwa orang tua tertarik dengan cerita mereka.
- Hilangkan gangguan. Saat anak menyatakan keinginan untuk berbicara, segera tinggalkan kegiatan yang sedang kita lakukan. Berikan perhatian penuh agar anak merasa ia sesuatu yang penting untuk kita.
- Jangan memotong saat anak berbicara. Usahakan seminim mungkin melakukan interupsi. Bahkan kita dapat memberikan dorongan melalui senyuman dan sentuhan.
- Bila ia sulit untuk bercerita, pancinglah dengan pertanyaan terbuka misalnya apa, bagaimana, siapa.
- Terbukalah pada anak. Semakin banyak orang tua bersikap terbuka, semakin terbuka pula anak pada orang tua.
- Bila perlu jadwalkan secara berkala. Buat kegiatan bersama secara berkala misalnya seminggu sekali. Yang terpenting bahwa setiap anggota keluarga diberi waktu untuk bicara dan didengar oleh anggota keluarga lain.
- Jujurlah bila kita tidak tahu. Kita tidak mungkin menjadi orang tua sempurna yang tahu segala hal. Jadi bila kita tidak bisa jawab pertanyaan jawab, katakan saja tidak tahu dan minta waktu pada si kecil untuk mencari jawabannya.
6. Masuklah dalam dunia si anak. Misalnya terlibat dalam kehidupannya di sekolah. Biarkan anak-anak mengajak temannya main ke rumah kita dan jadilah teman yang menyenangkan bagi mereka.
7. Makan malam bersama. Waktu makan malam merupakan saat yang tepat untuk mendengarkan ungkapan kebahagiaan atau kesedihan anak sambil kita memahami apa yang dilakukan anak.
8. Biarkan anak mandiri. Anak punya naluri untuk ingin mencoba sendiri. Jadi kita jangan terlalu cepat ingin membantu. Jadi beri ia kesempatan untuk mencoba. Misalnya biarkan ia memakai baju atau sepatu sendiri, walaupun berantakan dan butuh waktu lama. Kita boleh mengarahkan tapi jangan mengambil alih. Setelah ia mendapatkan kenyataan bahwa ia dapat melakukannya sendiri, itu akan menambah rasa percaya dirinya.
9. Positive thinking. Pikiran yang positif akan banyak membantu pekerjaan kita termasuk dalam menghadapi si kecil.
Berkomunikasi dengan anak bukanlah sesuatu yang sulit asalkan kita mau berlatih dan mempraktekkannya mulai sekarang. Kita memang tidak akan menjadi orang tua yang sempurna tapi yang penting kita selalu berusaha untuk berkomunikasi positif dengan anak sedini mungkin.
Ini dia hasil yang akan kita dapatkan bila kita bisa menerapkan komunikasi yang baik dengan anak:
1. Hubungan dengan anak semakin dekat.
2. Diberi kepercayaan.
3. Anak mau melakukan apa yang diinginkan orang tua.
4. Anak akan semakin hormat pada orang tua.
5. Anak merasa didengarkan orang tua.
6. Merasa nyaman berada di dekat kita.
7. Mudah bekerjasama.
sumber: mybabynmom.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar