Setiap hari kita harus mengambil keputusan. Ada keputusan yang rutin, misalnya: keputusan tentang menu makan siang, rute perjalanan ke tempat kerja, atau baju yang akan kita kenakan. Ada pula keputusan yang nonrutin, hadiah ulang tahun untuk orang terkasih, pilihan sekolah untuk anak-anak, atau keputusan membeli kendaraan untuk kegiatan sehari-hari.
Sekali waktu kita juga harus mengambil keputusan yang sulit bagai memakan buah simalakama: diambil salah, tak diambil sepertinya juga salah. Nah, jika keputusan yang seperti ini yang harus kita ambil, apa yang harus kita lakukan?
Tetap Tenang
Takut, khawatir, waswas adalah hal yang wajar ketika kita harus mengambil keputusan yang sulit. Apalagi jika kita harus menghadapi risiko yang tinggi pula. Mungkin kita bisa belajar dari skenario yang dipaparkan dalam sebuah mini-seri Commander-In-Chief.
Pada satu episode tertentu, sang Presiden harus mengambil keputusan sulit: Ia dihadapkan pada dilema untuk menyelamatkan kru kapal selam yang kandas di perairan antara Korea Utara (yang posisinya sedang tidak bersahabat dengan negara sang presiden), China, dan Jepang (namun lebih dekat ke Korea Utara).
Upaya penyelamatan ini bisa memicu perang nuklir, karena tim penyelamat yang harus mendekat ke perairan Korea Utara bisa dianggap memasuki kawasan otoritas negara lain tanpa izin. Apalagi jika diperlengkapi dengan peralatan perang. Apa yang dilakukan oleh sang Presiden?
Ternyata sang Presiden, sebagai manusia biasa juga panik, apalagi dihadapkan pada kemungkinan terpicunya perang nuklir dengan sebuah negara yang sedang tidak bersahabat. Tetapi, ia berhasil menguasai kepanikannya, ia tetap tenang. Ketenangannya ini memicunya untuk tetap berpikir jernih, rasional, dan tidak terbawa emosi.
Kondisi inilah yang diperlukan sebagai modal dalam mengambil keputusan di saat sulit, agar kualitas keputusan yang diambil tetap prima. Dalam ketenangan, ia dapat memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil.
Analisis Situasi
Dalam ketenangan pikiran, sang Presiden lalu menganalisis situasi saat itu: siapa saja yang terlibat dalam keputusan yang akan diambil tersebut, apakah hanya pimpinan negara Korea Utara, atau juga negara-negara lain yang bertetangga dan berkepentingan dengan keputusan tersebut.
Siapa saja yang ahli mengenai kawasan tersebut, dan siapa saja yang berpengalaman dalam menyusun strategi pada kondisi sulit serupa dengan yang dihadapi saat itu?
Analisis ini diperlukan untuk memahami betul kekuatan dan kelemahan kita saat itu, serta kekuatan dan kelemaham pihak-pihak lain yang harus kita hadapi dalam pengambilan keputusan sulit tersebut, bagaimana reaksi mereka terhadap berbagai kemungkinan alternatif keputusan yang akan diambil.
Selain analisis terhadap personel, kita juga perlu menganalisis lokasi, sarana, prasarana, dan kondisi kemampuan keuangan. Pendeknya, kita perlu menganalisis segala aspek yang terkait dengan keputusan yang harus kita ambil tersebut.
Misalnya, jika keputusan sulit yang harus kita ambil terkait dengan keputusan untuk pensiun dini, alih profesi, atau memulai usaha baru, kita harus mengukur keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang saat ini kita miliki, dan kekuatan keuangan kita saat ini (apakah bisa bertahan terhadap skenario terburuk yang mungkin terjadi). Kita juga harus mengukur dampak keputusan kita bagi orang-orang di sekitar kita, tidak hanya dampaknya bagi diri sendiri.
Berbagai Alternatif
Setelah situasi sudah kita pahami dengan benar dan kenali dengan baik, kita bisa menyusun berbagai alternatif skenario yang bisa kita ambil. Alternatif skenario ini penting agar kita bisa mengantisipasi dampak baik ataupun buruk tiap skenario keputusan yang kita ambil.
Misalnya, apakah kita akan menunda untuk memulai usaha sendiri? Jika ya, apa dampaknya? Apakah kita akan memutuskan untuk berhenti dari tempat kerja dan memulai usaha sendiri dalam enam bulan ke depan? Jika memang demikian, skenario apa yang mungkin terjadi, adakah yang perlu kita siapkan dari sekarang?
Berapa dana yang kita dapatkan, berapa dana yang kita miliki, berapa dana yang diperlukan? Apa saja yang harus dipersiapkan: jenis usaha yang akan dijalankan, lokasi usaha, fasilitas dan perizinan yang diperlukan. Adakah alternatif lain dari memulai usaha sendiri: berkolaborasi, membeli franchise, atau sekadar menanamkan modal dalam bentuk investasi saham, properti?
“Kondisi Terburuk”
Sering kali dalam mengambil sebuah keputusan sulit, kita dihadapkan pada kemungkinan terjadinya risiko terburuk. Untuk itu, kita perlu memikirkan skenario terburuk yang mungkin saja terjadi. Ini penting untuk kita lakukan. Alasan pertama adalah agar kita bisa memikirkan strategi terbaik untuk menghindari terjadinya skenario terburuk tersebut.
Alasan kedua adalah untuk meminimumkan risiko yang mungkin timbul jika skenario terburuk ini yang harus diambil. Selain itu, dengan mengantisipasi adanya skenario terburuk, kita bisa mempersiapkan diri lebih matang untuk menghadapi skenario terburuk tersebut, dan mencari celah lain untuk menghindari terjadinya skenario terburuk ini.
Cari Dukungan
Dalam menghadapi keputusan yang sulit, setelah kita menganalisis kondisi dan opsi yang ada, serta mengantisipasi skenario terburuk yang mungkin harus kita ambil, kita bisa mencoba menganalisis dukungan apa yang bisa kita dapatkan atau yang bisa kita cari.
Siapa saja orang-orang yang bisa kita hubungi untuk dukungan, saran, dan nasihat. Dukungan ini penting, karena dengan berbagai dukungan, beban kita terasa lebih ringan, dan kualitas keputusan yang kita ambil juga bisa lebih baik dan lebih matang.
Dengan sumbangan berbagai pikiran, dampak negatif dari keputusan sulit tersebut bisa lebih dikelola dengan baik, sehingga hasil negatifnya minimum, dan dampak positifnya bisa maksimum.
Dukungan seperti apa yang bisa kita dapatkan? Kita bisa menghubungi mereka yang memiliki keahlian, keterampilan, dan pengalaman dalam menghadapi situasi seperti yang kita hadapi. Kita juga bisa mencari dukungan orang-orang terdekat yang bisa kita percaya untuk memberikan pandangan mereka terhadap keputusan yang harus kita ambil.
Orang lain biasanya bisa lebih melihat situasi secara objektif, dan tidak terlalu terlibat secara emosional, sehingga bisa membantu kita untuk berpikir lebih rasional.
Dukungan yang juga sangat penting adalah dukungan dari Yang Maha Kuasa. Inilah faktor nonteknis yang sangat berperan. Dengan dukungan dari Yang Maha Kuasa, kita tidak perlu takut lagi, karena apa pun yang akan kita hadapi, kita pasti diberi kekuatan dan jalan keluar yang terbaik.
Fokus pada Solusi
Selanjutnya, kita bisa menganalisis lagi berbagai masukan yang kita terima dengan saksama. Karena keputusan tetap di tangan kita, dan kitalah yang akan mengalami dampak terbesarnya, maka kita bertanggung jawab untuk memilih alternatif yang terbaik. Dalam memilih alternatif terbaik, kita perlu fokus pada alternatif skenario yang memberikan solusi terbaik dari keadaan yang kita alami tersebut. Setelah keputusan kita ambil, persiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi, dan yakinlah bahwa itulah keputusan terbaik yang bisa kita ambil saat itu.
Sumber : budiridwin.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar