Bagaimana Setelah Ramadhan?

Penyusun : Muhammad Iqbal Ahmad Gazali

Bulan Ramadhan sesungguhnya menjadi saksi atas segala amalan yang kita kerjakan selama ini, apakah itu berupa keburukan dan maksiat, ataukah ibadah dan amal shaleh. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita melakukan intropeksi mulai saat ini, melakukan muhasabah terhadap segala hal yang sudah kita lakukan di bulan Ramadhan yang telah berlalu. Agar Ramadhan tahun ini tidak berlalu begitu saja seperti Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.

Ada beberapa amalan yang mesti terus kita lakukan selepas bulan Ramadhan, baik yang wajib maupun yang sunnah, dan itulah yang akan kita bahas dalam kesempatan ini:

Selalu menjaga shalat fardhu berjamaah

Selama bulan Ramadhan, kita sudah membiasakan diri untuk selalu terikat dengan masjid. Setiap kali suara azan dikumandangkan, kita ayunkan langkah kaki untuk mengerjakan kewajiban shalat bersama-sama dengan kaum muslimin secara berjamaah. Ketika Ramadhan telah berakhir, hendaknya muncul semangat baru yang berawal dari kebersihan hati dan jiwa. Energi besar ini harus terus menerus kita jaga, hingga tibanya Ramadhan berikutnya. Jika semangat itu tetap terjaga, kita akan semakin mudah melaksanakan shalat berjamaah, terlebih lagi pahala shalat berjamaah ini sangat besar, sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً. وَفِى رِوَايَةٍ : بِخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
"Shalat berjamaah lebih baik dari shalat sendirian dua puluh derajat." Dan dalam satu riwayat: "Dua puluh lima derajat."Muttafaqun 'alaih.[3]

Dan dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ, كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيْئَةً وَاْلأُخْرىَ تَرْفَعُ دَرَجَةً.
"Barangsiapa yang berwudhu di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah (masjid), untuk menunaikan salah satu kewajiban Allah, niscaya salah satu langkahnya menggugurkan dosa dan yang lain meninggikan derajat."[4]

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga meriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ.
"Barangsiapa yang pergi ke masjid, di pagi hari atau di sore hari, niscaya Allah menyiapkan sorga sebagai tempat tinggalnya, setiap ia berangkat di pagi hari atau di sore hari." Muttafaqun 'alaih.[5]

Melaksanakan shalat sunnah rawatib dan shalat-shalat sunnah lainnya

Kita telah mendapatkan tarbiyah yang sangat berharga dari madrasah Ramadhan. Salah satunya adalah memperbanyak ibadah shalat-shalat sunnah seperti tarawih, witir, dan tahajjud. Dan setelah Ramadhan berakhir, hendaklah semangat yang telah kita peroleh dari madrasah Ramadhan itu jangan ikut pergi bersama berlalunya bulan Ramadhan.

Adapun di antara keutamaan shalat sunnah tersebut adalah:

a. Sunnah rawatib: yaitu shalat yang dilaksanakan sebelum atau sesudah shalat fardhu: Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يُصَلِّى ِللهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ, أَوْ إِلاَّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
'Tidak ada seorang hamba yang melaksanakan shalat karena Allah I setiap hari sebanyak dua belas rekaat selain yang fardhu, kecuali Allah I membangun untuknya satu rumah di surga, atau melainkan dibangun untuknya satu rumah di surga." HR. Muslim.[6]

Sunnah-sunnah tersebut adalah 4 rakaat sebelum zuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat setelah magrib, 2 rakaat setelah isya, dan 2 rakaat sebelum subuh, semuanya berjumlah 12 rakaat. Sunnah rawatib yang paling utama adalah dua rakaat sebelum shalat Subuh, dan sunnah rawatib ini boleh dilaksanakan di masjid dan boleh pula di rumah, dan yang lebih utama adalah di rumah, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

... فَصَلُّوْا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوْتِكُمْ فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ
"Laksanakanlah shalat di rumahmu, wahai manusia, maka sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat fardhu." Muttafaqun 'alaih.[7]

b. Shalat Tahajjud: yaitu ibadah shalat yang dilaksanakan di malam hari dan Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya agar selalu melaksanakannya:

يَآأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ 0 قُمِ الَّيْلَ إِلاَّ قَلِيلاً 0 نِّصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً 0 أَوْزِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلاً
Hai orang yang berselimut (Muhammad), * bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), * (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, * atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil :1-4)

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Israa`:79)

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang shalat yang paling utama setelah shalat fardhu, beliau menjawab:

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ.
"Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam." HR. Muslim.[8]

c. Shalat Witir: yaitu shalat yang dilaksanakan setelah shalat Isya hingga terbit fajar yang kedua. Sekurang-kurangnya satu rekaat dan sebanyak-banyaknya sebelas atau tiga belas rekaat.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: أَوْصَانِي خَلِيْلِى بِثَلاَثٍ, لاَ أَدَعُهُنَّ حَتّى أَمُوْتَ: صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةُ الضَّحَى وَنَوْمٌ عَلَى وِتْرٍ.
Dari Abu Hurairah ia berkata, 'Kekasihku (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) berpesan kepadaku dengan tiga perkara, aku tidak akan meninggalkannya hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur setelah shalat witir." Muttafaqun 'alaih.[9]

Ini adalah sebagian dari keutamaan shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah yang lainnya. Di samping itu masih banyak shalat-shalat sunnah lainnya yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, seperti shalat Dhuha, shalat Istikharah, shalat gerhana dan yang lainnya. Wallahu A'lam.

Membaca al-Qur`an

Salah satu tarbiyah selama madrasah Ramadhan yang telah kita jalani adalah membaca al-Qur`an. Kita harus mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah, karena selama bulan Ramadhan, sebagian besar dari kita telah berhasil mengkhatamkan al-Qur`an minimal satu kali, atau paling tidak kita telah mampu membaca sekian juz dan surah selama bulan al-Qur`an yang mulia ini. Hal itu merupakan hidayah dan taufik yang tidak terhingga yang telah dianugerahkan Allah 'azza wajalla kepada kita.

Setelah berlalunya bulan yang mulia ini, muncul satu pertanyaan singkat, bagaimana setelah Ramadhan? Akankah energi membaca al-Qur`an yang sudah kita dapatkan selama bulan Ramadhan akan kita biarkan lepas dari kita setelah berlalunya bulan Ramadhan? Tentu kita tidak menghendaki hal seperti itu. Sedangkan satu hari masih tetap seperti biasa, yaitu 24 jam.
Saudara seiman, kalau dalam sehari kita mampu membaca majalah, surat kabar, atau bahan bacaan lainnya sekian halaman banyaknya, kenapa kita tidak berusaha untuk melakukan hal yang sama terhadap al-Qur`an? Padahal al-Qur`an adalah sumber pedoman hidup kita yang pertama, di samping hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai sumber yang kedua.

Cobalah kita membacanya paling tidak sekadar satu atau dua ayat sebelum atau sesudah shalat fardhu, tentu lebih baik lagi kalau kita bisa melakukan lebih dari itu. Setelah itu, cobalah kita membaca terjemahannya dan melakukan tadabbur (perenungan, penghayatan) terhadap ayat yang telah kita baca. Kalau itu bisa kita lakukan, kita akan bisa merasakan betapa indahnya agama Islam yang kita anut ini. Kalau kita membaca atau mendengar cerita orang-orang mendapat hidayah untuk memeluk Islam, sebagian besar dari mereka mendapatkan cahaya iman dari al-Qur`an yang penuh dengan nur Ilahi.

Sebagian kaum muslimin, pada saat ini, telah jauh dari al-Qur`an yang merupakan petunjuk paling utama dalam mengarungi kehidupan. Sementara para musuh Islam berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun kelompok dari al-Qur`an. Dalam buku 'Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern' yang ditulis oleh Nabil bin Abdurrahman al-Mahisy/13, disebutkan bahwa Jal Daston selaku perdana menteri Inggris mengemukakan bahwa selama al-Qur`an masih berada di tangan kaum muslimin, Eropa tidak akan bisa menguasai negara-negara Timur.

Merupakan satu keharusan bagi setiap muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir, dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk menggairahkan serta menghidupkan kembali gairah dan energi kita dalam membaca al-Qur`an, berikut ini adalah sebagian di antara keutamaan al-Qur`an dan membacanya:

إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (QS. Al-Israa`:9)

Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Utsman bin 'Affan t, Nabi r bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya."[10]

Dan dalam hadits lain, dari Abu Umamah al-Bahili, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

اِقْرَءُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ...
"Bacalah al-Qur`an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada ahlinya." HR. Muslim.[11]

Semoga Allah subhanahu wata'ala memberi hidayah dan taufik kepada kita semua, serta memudahkan langkah kita untuk kembali kepada Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.

Melaksanakan puasa-puasa sunnah

Kita telah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Dan setelah bulan penuh berkah itu meninggalkan kita seiring perjalan waktu, hendaklah kita tidak meninggalkan ibadah puasa sunnah yang dianjurkan kepada kita di luar bulan Ramadhan. Di antara puasa-puasa sunnah dan keutamaannya adalah sebagai berikut:

a. Puasa enam hari bulan Syawal: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ.
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian meneruskannya berpuasa enam hari bulan Syawal, nilainya sama seperti berpuasa setahun penuh."HR. Muslim.[12]

b. Puasa hari Arafah, yaitu hari ke sembilan di bulan Dzulhijjah: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa hari 'Arafah, beliau bersabda:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَاْلبَاقِيَةَ
"Ia menebus (dosa-dosa) tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya."[13]

c. Puasa hari 'Asyura, yaitu berpuasa pada tanggal sepuluh bulan Muharram. Dan dianjurkan pula berpuasa di hari ke sembilannya, agar berbeda dengan kaum Yahudi: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa hari 'Asyura`, beliau menjawab:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
"Ia menebus (dosa-dosa) satu tahun sebelumnya."[14]

d. Puasa hari Senin dan Kamis, dan puasa hari senin lebih kuat dari segi dalil: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa di hari Senin, beliau menjawab:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَبُعِثْتُ فِيْهِ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ
"Itulah hari kelahiranku, dan aku dibangkitkan atau diturunkan (al-Qur`an) kepadaku."[15]

e. Puasa tiga hari setiap bulan pada tanggal 13, 14, 15 yang disebut puasa hari-hari putih, karena selama tiga hari itulah bulan purnama bersinar terang: dari Abu Dzarr radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ أَنْ نَصُوْمَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ: ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ.
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami berpuasa tiga hari setiap bulan: hari ke 13, 14, dan 15."[16]

Taubat dan Istighfar kepada Allah

Bulan Ramadhan yang mulia adalah bulan ampunan dan kebebasan dari api neraka. Di bulan yang penuh berkah itu, kita tentu telah memohon ampunan kepada Allah subhanahu wata'ala atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan semasa hidup kita. Namun setelah Ramadhan berakhir, bukan berarti kita berhenti meminta ampun dan bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala. Justru kita selalu dianjurkan agar senantiasa memohon ampunan dan terus bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala. Banyak sekali perintah agar kita selalu bertaubat dan istighfar, baik yang terdapat di dalam al-q`an atau pun dalam sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan di antaranya adalah: firman Allah subhanahu wata'ala:

وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur:31)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, …". (QS. At-Tahrim:8)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِى اْليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.
'Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah subhanahu wata'ala dan mintalah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak seratus kali.'HR. Muslim.

Ayat dan hadits di atas dengan jelas memerintahkan kepada kita agar selalu bertaubat dan istighfar kepada Allah atas segala kesalahan yang pernah kita lakukan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di samping menyuruh kita, beliau juga selalu bertaubat dan meminta ampun kepada Allah sampai seratus kali setiap hari. Lalu bagaimana dengan kita sudah sangat banyak melakukan kesalahan dan dosa sepanjang hidup kita.

Saudara seiman, ada beberapa faedah yang bisa kita peroleh dengan selalu bertaubat dan istigfar, selain sebagai suatu kewajiban, di antaranya yang terpenting adalah yang difirmankan Allah subhanahu wata'ala:

وَمَاكَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَاكَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (QS. Al-Anfaal :33)

Abu Musa al-Asy'ari t ketika memberikan komentar terhadap ayat di atas, beliau mengatakan, 'Kami bisa merasa tenang pada masa hidup Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, karena kami yakin dengan pasti bahwa Allah 'azza wajalla tidak akan pernah menurunkan azab-Nya kepada kami selama beliau shallallahu alaihi wasallam masih berada di tengah-tengah kami. Namun, setelah beliau telah tiada, tidak ada lagi yang bisa menahan turunnya azab Allah kecuali kalau kita senantiasa meminta ampun kepada-Nya.' Wallahu A'lam.

Demikianlah beberapa perkara yang perlu diketahui dan diamalkan setelah berlalunya bulan Ramadhan, semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita agar bisa memahami dan mengamalkannya. Amin.

sumber: islamhouse.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar