Meremehkan si Kecil = Mematikan Kreativitas

PERNAHKAH Ibu secara tidak sadar meremehkan kemampuan si kecil? Misalnya dengan mengatakan ‘Memangnya kamu bisa mengerjakan itu?’ atau ‘Ih.. gambar orang kok seperti itu?’.

Mungkin maksud Ibu bukan untuk meremehkan si kecil. Namun, dari intonasi atau keraguan Ibu terhadap kemampuan si preschooler sudah mengisyaratkan kalau Anda merasa dia tidak mampu untuk mengerjakan sesuatu.

Hati-hati loh Ibu, baik sengaja ataupun tidak, menganggap anak tidak bisa sama saja dengan mematikan kreativitasnya. Kok bisa?

Jangan merendahkan harga diri anak

Menurut Fitriani F. Syahrul, M.Si. Psi, apapun yang orangtua katakan kepada anak akan terekam dalam memori anak. Dan hati-hati, kalau anak sudah ‘dicap’ tidak mampu, yang sebenarnya dia bisa malah menjadi tidak bisa.

Cobalah hargai kemajuan yang dicapai anak, meskipun itu kecil. Kalau anak terus didorong atau dimotivasi untuk berusaha, maka dia akan menjadi lebih kreatif. Misalnya saja anak tidak bisa menggambar, jangan dibilang, “Kok gambarmu jelek sih!” Tapi beri dia semangat untuk terus berusaha sehingga akan memunculkan kreativitas dalam diri anak tersebut. Karena kreativitas akan muncul saat kondisi nyaman, merasa mampu dan tidak ada tekanan. Akhirnya anak yang tadinya tidak bisa menggambar, jadi bisa, meskipun prosesnya bertahap.

Lain halnya jika anak diremehkan. Secara psikologis harga diri anak akan down. Anak akan merasa tidak dianggap kehadirannya, ia merasa tidak berharga. Hal itu dapat menimbulkan persepsi bahwa anak tidak memiliki harga diri. Pada akhirnya dia merasa tidak mampu berbuat apa-apa.

Coba Ibu perhatikan, jika si kecil mendadak menjadi pendiam, sering murung, termenung, dan malas bermain dengan teman-temannya, bisa jadi karena sering menerima komentar-komentar kecil namun ‘pedas’ dari Ibu. Atau bisa juga karena Ibu sering tidak punya waktu untuk si kecil.

Solusinya, ajaklah si kecil ngobrol lebih dekat. Sehingga kita tahu mengapa sikapnya tiba-tiba berubah drastis. Bila memang sumber peremehan tersebut ada pada diri Ibu, cobalah untuk introspeksi diri. Bila kita kesulitan mengubahnya, tak ada salahnya meminta bantuan orang terdekat atau semacam konseling dari sekolah si kecil.

Hati-hati memberi komentar

Seringkali Ibu tidak menyadari kalau secara tidak sengaja meremehkan si kecil. Contohnya Anda mengatakan, “Begitu saja, kok gak bisa sih!” Ingat Ibu, anak-anak pada dasarnya ingin dikomentari positif. Jika anak mudah tersinggung, komentar negatif tadi itu akan terpatri dalam pikirannya.

Dampak paling ringan adalah merusak konsentrasi anak. Dan ketika harga diri turun atau hilang, konsep diri yang muncul adalah labelling pada diri si kecil, ‘aku kok tidak bisa ya?’. Ada perasaan tidak mampu melakukan sesuatu seperti teman-teman sebayanya. Bila hal ini didiamkan saja dan terus berlangsung lama, dampak ekstrimnya adalah cikal bakal gangguan jiwa setelah anak tersebut dewasa.

Bila dalam diri si kecil sudah terlanjur ada labelling ‘aku anak bodoh’ atau ‘aku tidak bisa’, maka ubahlah cara berpikirnya. Tanamkan kata-kata positif misalnya ‘Adek pasti bisa, kok!’.

Parahnya jika anak sudah merasa tertekan, ia akan mencari pelarian untuk menunjukkan eksistensinya. Anak akan meminta pembuktian diri atau pengakuan dari lingkungan sekitarnya, misalnya dengan cara menjahili teman atau menipu temannya. Yang pasti, biasanya anak akan melakukan hal ke arah negatif, karena mental anak-anak belum stabil. Semua itu dia lakukan hanya untuk membuktikan, “Aku bisa, loh! Dan aku ingin dihargai.”

Agar si kecil tidak merasa diremehkan

Ubahlah cara berkomunikasi dengan si kecil. Umumnya anak-anak segan berkomunikasi karena orangtua seringkali langsung menilai. Cobalah untuk mendengarkannya, terbuka dengan mereka.

Biarkan si kecil mengungkapkan keinginannya. Jangan langsung dipotong ketika ia sedang berbicara. Saling berdialog, beri tanggapan secara proporsional serta tidak memberikan pertanyaan yang mematikan komunikasi atau sumber keremehan tersebut. Mulailah dengan pertanyaan ‘bagaimana tadi ada yang seru nggak?’.

Luangkan waktu lebih banyak bersama si kecil. Cobalah terlibat dengan kegiatannya. Bila tidak sempat, ketika Ibu tiba di rumah tanyakan apa saja yang ia lakukan seharian di rumah atau di sekolah.

Orangtua jangan terlalu mengritik. Kritik seperlunya saja dan jangan pernah membandingkan anak dengan anak yang lain. Karena setiap anak memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda, interest yang berbeda pula.

Ibu harus lebih banyak memberikan kalimat motivasi atau dukungan, ‘ayo adek pasti bisa’. Maksudnya agar mental si kecil jangan sampai drop. Jangan memberikan kalimat yang isinya hanya penilaian negatif.

Dukung atau stimulasi si kecil sepenuhnya untuk menentukan bidang yang dia sukai untuk dikembangkan atau ditekuni. Misalnya menggambar atau olahraga. Tumbuhkan rasa percaya diri sampai dia mampu melakukan hal yang disukai. Hal itu cukup efektif sebagai penyeimbang bidang lain yang tidak dikuasainya.

Hargailah proses kemajuan yang dia capai walau sekecil apapun sehingga anak akan merasa dihargai. Waktu pemberian feed back atau masukkan harus tepat. Jangan memberikan koreksi atau masukkan saat si kecil lagi sedih atau ‘ngambek’. Ketika keadaannya sudah nyaman dan tenang, Barulah orangtua memberi arahan.

sumber : rayaenam.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar