Digital Library (Perpustakaan Digital) dan Hybrid Library (Perpustakaan Hibrid)

Digital Library

 

Teknologi komunikasi dan informasi atau information and communication technology (ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi itu dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing), dan informasi (information) yang diseminasikan menggunakan sarana multimedia.

Seiring perkembangan zaman, koleksi perpustakaan pun dituntut dalam bentuk digital. Di sisi lain, sistem konvensional jumlahnya sudah meruah. Namun, apabila pada era globalisasi seperti sekarang wajah konvensional itu tidak diubah, nilai jual perpustakaan bisa kian berkurang. Bahkan, mungkin suatu ketika perpustakaan mesti siap ditinggal penggunanya.

Tak heran jika kemudian muncul digital library (perpustakaan digital) sebagai jawaban atas tantangan kemajuan zaman dan teknologi informasi. Koleksinya terdiri atas e-journal, e-book, e-magazine, e-newspaper, dan lain-lain.

Sebagaimana dikutip dari Suwarno (2010: 25), ciri umum digital library adalah:

1.    Menggunakan komputer untuk mengelola SDP (sumber daya perpustakaan),.
2.    Memakai saluran elektronik untuk menghubungkan penyedia informasi dengan pengguna informasi
3.    Memanfaatkan transaksi elektronik.
4.    Memakai sarana elektronik untuk menyimpan, mengelola, dan menyampaikan informasi kepada pengguna.

Dalam buku Designing Digital Libraries for Usability in Digital Library Use (The MIT Press Massachusetts, 2003), Christine Brogman mengatakan, if national and global information infrastructures are to serve every citizen, then digital libraries should be reasonable easy to understand and use.

Dengan kata lain, digital library adalah perpustakaan yang mampu melayani pengguna dengan segala kemudahannya. Apalagi, perkembangan teknologi dari kemajuan zaman telah membawa manusia ke era digitalisasi. Hal ini betul-betul tidak terelakkan.

Masalahnya, apakah semua koleksi perpustakaan saat ini mesti berbentuk digital untuk menggantikan koleksi konvensional (buku cetak)?  Tampaknya, untuk saat ini, hal itu masih sulit dilakukan. Ini bisa menjadi sebuah proyek raksasa yang tentu saja sebuah pekerjaan sangat berat. Pasalnya, belum tentu SDM dan infrastruktur mampu menjangkaunya.

Nah, salah satu alternatif yang paling memungkinkan saat ini adalah gabungan antara koleksi digital (e-book, e-journal, dll) serta konvensional (buku cetak). Kendati digital library mewakili kemodernan dan keteknologian, tak bisa dimungkiri bahwa informasi dalam bentuk cetak tetap dibutuhkan. Di sisi lain, negara kita tampaknya belum sepenuhnya siap dengan konsep digital library. Jika alternatif yang telah disebutkan sebelumnya dipilih, hybrid library menjadi solusi yang ideal. Yakni, perpustakaan dua muka yang menggabungkan koleksi digital dan konvensional.

Hybrid Library

 

Hybrid library memadukan koleksi konvensional atau buku cetak dengan koleksi digital. (Sumber: hybridlibrary.blogspot.com)

Begitu cepatnya arus perkembangan teknologi informasi (TI). Sehingga saat ini beberapa bidang mulai mengintegrasikan diri dengan teknologi digital. Tak terkecuali dunia pendidikan.

Salah satu pengaruh teknologi digital terhadap pendidikan adalah lahirnya perpustakaan digital. Di Amerika Serikat, dunia web didukung ketersediaan dana untuk pengembangannya. Karena itu, dengan cepat perpustakaan digital mengkristal dan populer.

 Para penganut pandangan determinasi teknologi memandang bahwa perpustakaan digital merupakan sebuah lompatan raksasa karena menghadirkan sesuatu yang sama sekali baru dalam kehidupan manusia.

Sedemikian populernya, dengan cepat perpustakaan digital merambah ke mana-mana di berbagai penjuru dunia. Sebagian kalangan memandang bahwa inilah era e-book yang bakal menggerus kehadiran buku-buku cetak. Mereka menilai digitalisasi membuat semuanya lebih praktis.

Saya termasuk yang tidak sependapat dengan hal itu. Bagi saya, walaupun kehadiran e-book tak bisa terelakkan dengan kemajuan zaman, buku cetak tetap diperlukan.

Karena itu, saya lebih setuju dengan pengembangan hybrid library (perpustakaan hibrida). Menurut Christine Brogman dalam buku Designing Digital Libraries for Usability in Digital Library Use (The MIT Press, 2003), ”Hybrid library are designed to brings of technologies from different sources together in the context of a working library and also to begin to explore integrated system and services in both the electronic and print environment.”

Yakni, hybrid library didesain untuk mengelola teknologi dari dua sumber yang berbeda, yaitu sumber elektronik dan sumber koleksi tercetak yang bisa diakses melalui jarak dekat dan jarak jauh.

Secara sederhana, hybrid library bisa disebut sebagai perpaduan koleksi digital (e-book/buku elektronik) dan koleksi konvensional (buku cetak).

Di Inggris, konsep hybrid library diteliti dan dikembangkan. Tak tanggung-tanggung, Negeri Ratu Elizabeth itu memiliki lima proyek hybrid library (Pendit, 2007: 34). Yaitu, BUILDER (University of Birmingham), AGORA (University of East Anglia), MALIBU (King’s College London), Headline (London School of Economics), dan HyLife (University of Northumbria).

Pada hybrid library terdapat kerja sama yang apik antara pustakawan dan teknolog. Yakni, sama-sama membangun koleksi ”baru” (elektronik atau digital) dan koleksi “lama” (buku cetak) secara terintegrasi.

Di Indonesia, hybrid library juga bisa dikembangkan. Apalagi, ia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan perpustakaan digital. Salah satunya,selain melakukan digitalisasi, hybrid library masih mempertahankan koleksi buku cetak. Sebab, pada dasarnya pemakai jasa masih memerlukan koleksi tersebut.

Selain itu, karakter buku cetak tidak bisa begitu saja tergantikan oleh e-book. Demikian pula jurnal cetak yang tak begitu saja bisa digantikan oleh jurnal digital. Di sisi lain, alat pendukung untuk membaca buku elektronik belum terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat di Indonesia. Terutama masyarakat menengah bawah.

Karena itu, untuk memfasilitasi dua kepentingan tersebut, hybrid library bisa menjadi salah satu alternatif bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Selain menyediakan koleksi buku cetak, hybrid library mendukung teknologi digital dalam koleksi e-book yang informasinya mungkin hanya tersedia dalam bentuk digital, bukan cetak.

sumber: mustprast.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar