Khutbah Idul Adha : Jalan Kebangkitan itu adalah Bekerja dan Berkurban


Di bawah ini dikutip sebagian dari isi Khutbah Idul Adha Anis Matta yang ditulis pada 1431 H lalu. Namun demikian, isinya yang visioner dan menggugah, patut kita simak kembali.

JALAN KEBANGKITAN ITU ADALAH BEKERJA DAN BERKORBAN

الحمد لله الذي فرض الجهاد على المسلمين و جعله مناط عزهم و رفعهم
اشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له و اشهد أن محمدا عبده و رسوله المبعوث رحمة للعالمين
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم.. الذي أدى الأمانة.. و بلغ الرسالة.. و نصح الأمة.. و جاهد فى الله حق جهاده.. و على آل بيته الأطهار.. وأصحابه الأبرار.. الذين آمنوا به.. و صدقوا بما جاء به.. و ساروا على نهجه.. و اقتدوا بسنته.. و على من جاء ممن بعد هم من التابعين و تابعيهم.. و على كل من سار على نهجهم إلى يوم الدين..
فيا معاشر المسلمين.. أوصيكم و اياى نفسى الخاطئة المذنبة بتقوى الله.. فقد فاز المتقون.. وإن العاقبة للمتقين

ALLAHU AKBAR 3X

Pagi ini memori sejarah kita membuka dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu. Pagi ini kita kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat kita semua berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka. Pagi ini kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam.

Bayangkanlah bahwa lebih dari 4000 tahun lalu tiga manusia agung itu – Ibrahim, Hajar dan Ismail – berjalan kaki sejauh lebih dari 2000 km – atau sejauh Makassar Jakarta – dari negeri Syam – yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon – menuju jazirah tandus – yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak ditumbuhi tanaman apapun –.

Bayangkanlah bagaimana mereka memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa.Bayangkanlah bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia.

Bayangkanlah bagaimana Ka’bah pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji – dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia setiap tahun, persis seperti doa Nabi Ibrahim:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka.. (QS. Ibrahim: 37).

Bayangkanlah bagaimana jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti doa Ibrahim:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ
Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan yang banyak..(QS. Al Baqarah: 126)

Bayangkanlah bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu diikuti sekitar 1,6 sampai 1,9 milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim:

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah 129)

Bayangkanlah bagaimana – dari sebuah kampung kecil di Irak bernama Azar – Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih dari 4 millenium agama samawi itu – Islam, Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh lebih dari 4 milyar manusia.

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (QS. Al Baqarah: 132).

ALLAHU AKBAR 3X

Pagi ini kita kenang lagi perjuangan 4 milenium lalu itu. Dan akan terus kita kenang hingga riwayat kehidupan berakhir saat kiamat datang kelak. Begitulah agar kesadaran sajarah kita tetap terjaga, bahwa;

Pertama, pertumbuhan adalah ciri agama.

Berbagai kerajaan, dinasti, rezim dan imperium datang silih berganti dalam sejarah manusia. Ia lahir, tumbuh besar, berjaya, lalu menua, melemah dan akhirnya mati. Tapi agama yang dibawa Ibrahim datang dan terus bertumbuh tanpa henti hingga kini. Tak ada kekuasaan – sezalim dan setiran apapun ia – yang sanggup menghentikan laju pertumbuhannya. Agama ini membangun kerajaan dalam hati dan pikiran manusia, bukan bangunan megah di atas tanah yang akan segera punah oleh waktu. Agama terus bertumbuh karena memberi arah bagi kehidupan manusia, mengakhiri pencarian akalnya akan kebenaran, kebaikan dan keindahan, serta memenuhi dahaga jiwanya akan cinta, ketenangan dan kebahagiaan. Lihatlah bagaimana doa-doa Nabi Ibrahim menjadi kenyataan satu per satu dan terus menerus sepanjang waktu. Nabi Ibrahim mengajarkan kita sunnatullah yang menjadi hukum sejarah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an:

فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
Adapun buih itu pasti akan pergi sia-sia. Sedang yang bermanfaat bagi manusia akan bertahan di muka bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.(QS. Ar Ra’du: 17)

Kedua, agama adalah narasi terbesar dalam sejarah manusia.

Arus sejarah yang digerakkan oleh narasi Barat lahir dari ruh Kristiani. Sementara arus sejarah yang digerakkan narasi Timur lahir dari Islam. Jadi di Barat maupun di Timur agamalah yang membentuk semua peradaban besar yang pernah menghiasi lembar-lembar sejarah manusia. Dan selamanya akan terus begitu. Semua pemberontakan manusia untuk keluar dari jalan agama – seperti yang kita saksikan di abad yang lalu melalui gelombang sekularisme dan ateisme, baik atas nama ilmu pengetahuan atau atas nama yang lain – hanya akan berujung dengan kesia-siaan dan kesengsaraan. Lihatlah misalnya bagaimana perang dunia pertama dan kedua mengorbankan sekitar 94 juta nyawa manusia. Pemberontakan itu lahir dari keangkuhan manusia yang terlalu rapuh, disusun oleh akal yang terlalu sederhana untuk melawan kebenaran abadi yang dibawah oleh agama.

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Allah adalah cahaya langit dan bumi…(QS. An Nuur: 35 )

Ketiga, Islam adalah agama masa depan manusia.

Rasio pemeluk Islam adalah sekitar 1 orang Muslim untuk setiap 1000 penduduk bumi di zaman Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. Kini angka itu berkembang menjadi 1 orang Muslim untuk setiap 5 orang penduduk bumi, termasuk sekitar 100 juta muslim yang menghuni benua Eropa dan sekitar 100 juta muslim yang menghuni China daratan.

Semua perang yang ditujukan untuk merusak citra agama ini – seperti label fundamentalisme dan terorisme – demi mencegah manusia memeluknya tidak akan sanggup mencegah pertumbuhan dan penyebarannya, bahkan di jantung sekularisme seperti Eropa dan Amerika.

Sementara itu semua sistem dan ideologi lain mulai bangkrut satu per satu seperti komunisme. Dan kini kapitalisme pun sedang menyusul secara perlahan dan pasti. Semua sistem dan ideologi itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan dan dahaga manusia akan kebenaran, keadilan dan kebahagiaan. Dunia membutuhkan pencerahan baru, dan hanya Islamlah yang bisa membawa cahaya. Dunia membutuhkan sumber solusi, dan hanya Islamlah yang bisa menawarkan jalan keluar.

ليبلغن هذا الأمر ما بلغ الليل و النهار
Urusan (agama) ini pasti akan menjangkau seluruh manusia, sepanjang siang dan malam menjangkau (seluruh pelosok bumi). (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi, dan Thabrani)

Keempat, bekerja dan berkorban adalah tradisi kebangkitan dan kepemimpinan.

Bekerja itu seperti menanam pohon. Berkorban itu adalah pupuk yang mempercepat pertumbuhannya. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena ia hanya bekerja menabur kebajikan di ladang hati manusia. Tanpa henti. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena pengorbanannya yang tidak terbatas.

Makna hidup kita – baik sebagai individu maupun sebagai umat dan bangsa – terletak pada kerja keras dan pengorbanan tanpa henti dalam menebar kebajikan bagi kemanusiaan. Bekerja adalah simbol keberdayaan dan kekuatan. Berkorban adalah simbol cinta dan kejujuran. Itu nilai yang menjelaskan mengapa bangsa-bangsa bisa bangkit dan para pemimpin bisa memimpin. Hanya mereka yang mau bekerja dalam diam yang panjang, dan terus menerus berkorban dengan cinta, yang akan bangkit dan memimpin. Itulah jalan kebangkitan. Itulah jalan kepemimpinan. Itu nilai yang menjelaskan mengapa Islam – di masa lalu – bangkit dan memimpin peradaban manusia selama lebih dari 1000 tahun. Dan itu jugalah jalan kebangkitan kita kembali: bekerja keras dan berkorban tanpa henti. Dengarlah firman Allah subhanahu wata'ala:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah (hai Muhammad), bekerjalah kalian, nanti Allah yang akan menyaksikan amal kalian, beserta RasulNya dan orang-orang yang beriman. (QS. At Taubah:105)

sumber: bersamadakwah.com

1 komentar:

  1. Luar biasa...!!!
    izin kutip dan semoga Allah melimpahkan kebaikan atas semuanya...

    BalasHapus