Ridwan, Penyebar Ilmu Kuda 'Pustaka' di Pelosok Purbalingga yang Mendunia


Boleh dibilang, perpustakaan keliling dengan menggunakan mobil atau kendaraan sudah biasa. Tapi perpustakaan keliling dengan memanfaatkan kuda, mungkin hanya Ridwan Sururi (41) yang melakukannya. Tujuannya bukan sekadar ingin beda, lalu apa?

Pagi itu, udara dingin di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, sangat terasa. Kabut masih pekat. Sejumlah warga berpenutup kepala berdiri di halaman rumah berharap mendapatkan kehangatan. Yang lain sibuk berjalan menuju ladang.

Ridwan juga sudah beraktivitas. Dia bergegas menuju kandang kuda di belakang rumah ditemani alunan musik Iwan Fals. Ada tiga kuda di kandang tersebut. Namanya Luna, Speed Shadow alias Si Belang, dan Unyil. Semua bukan milik Ridwan, melainkan titipan orang.

Usai memberi makan kuda dengan rumput, dedak, dan campuran lain, Ridwan beralih ke kandang ayam. Kemudian dia baru keluar rumah mencari rumput untuk kuda-kudanya.

"Kemarin libur keliling TPQ dan sekolah karena anak-anak lagi ujian," tutur Ridwan usai menuntaskan aktivitas harian akhir pekan lalu.

Sejak Januari lalu, Ridwan resmi mengelola kuda 'pustaka'. Pria lulusan SMP dan Kejar Paket C ini menggunakan istilah itu untuk merujuk perpustakaan keliling dengan menggunakan kuda. Bersama Luna si kuda, ia mampir ke TPQ dan SD di lereng Gunung Slamet. Seminggu tiga kali, yakni Selasa, Rabu, dan Kamis.

Bagaimana ide kuda pustaka muncul? Ridwan mengaku dirinya penghobi kuda. Ia memanfaatkan hewan titipan tersebut agar memiliki nilai lebih. Bukan hanya dirawat dan ditunggangi, melainkan dipakai untuk menularkan kegemaran membaca buku dan menebarkan ilmu ke masyarakat.

Buku-buku didapatkan Ridwan dari temannya di Jakarta, Nirwan Arsuka. Awalnya hanya TPQ Miftahul Huda yang berjarak 2-3 km dari rumah yang disambangi, tapi kemudian berkembang ke sekolah yang berjarak lebih jauh seperti SDN 5 Serang dan TPQ Miftahul Ulum. Berapa harga sewa buku untuk seminggu?

"Tidak bayar alias gratis," kata suami Kartiah dan ayah tiga anak ini.

Ridwan senang kuda pustakanya diterima masyarakat. Namun ia harus mengatur jadwal agar kudanya tetap sehat. Apalagi tiap akhir pekan, kuda-kuda tersebut diajak bekerja di Lembah Asri Wisata Desa Serang sebagai kuda tunggang dengan sewa Rp 15 ribu sekali jalan. Kadang ada yang memanfaatkan kuda untuk foto prewedding. Untuk hal satu ini, Ridwan memasang tarif Rp 150 ribu.

Setelah libur karena para siswa mengikuti ujian, minggu ini Ridwan berkeliling lagi. Ia bersemangat. Apalagi saat ini dukungan dari berbagai pihak terhadap kuda pustaka muncul.

Kisah Ridwan ini mendunia. Foto-fotonya menyebar lewat kantor berita foto Getty Images. Sementara kisahnya sudah ditulis oleh BBC. Dia menjadi inspirasi dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Semulus itukah aksi sosial Ridwan dan Luna berjalan? Tentu saja tidak. Simak dinamika dan perjuangan Ridwan di awal-awal menjalankan kuda pustaka dalam cerita selanjutnya. 

Kisah Inspiratif Ridwan dan Kuda 'Pustaka' Penebar Ilmu di Purbalingga

Kisah Ridwan Sururi (42) dari Desa Serang, Purbalingga, Jawa Tengah, mendunia. Bersama kudanya, Luna, dia dianggap tokoh inspiratif yang menebarkan ilmu lewat buku-buku gratis ke desa-desa di sana.

Ridwan dan Luna membuat 'Kudapustaka' pada awal Januari 2015 lalu. Dia memperoleh buku-buku dari sumbangan temannya, Nirwan Arsuka, dan para donatur lain. Buku-buku tersebut dikumpulkan untuk kemudian ditawarkan kepada sejumlah siswa di sekolah-sekolah dekat rumahnya setiap Selasa, Rabu, dan Kamis.

Kepada BBC Indonesia, Ridwan mengatakan dirinya tidak mencari uang dari perpustakaan keliling karena dia "mencari kepuasan batin dari hobi."

"Saya senang sekali dengan kuda. Biar hobi saya bisa dinikmati dan bermanfaat untuk lingkungan sekitar," katanya.

"Luna tadinya kuda liar, tetapi saya jinakkan. Saya senang karena dia tidak menendang dan menggigit, makanya saya pilih dia untuk bertemu dengan anak-anak kecil. Kalau dengan Luna dijamin anak-anak aman."

Ide membuka perpustakaan keliling itu datang dari kawannya, sesama pecinta kuda. "Dia bilang, 'bagaimana sih hobi kita bisa bermanfaat untuk masyarakat umum?' Wah, saya bilang itu ide bagus tapi saya juga tidak tahu bagaimana," cerita Ridwan.

"Lalu, kawan saya Nirwan Arsuka punya ide menciptakan perpustakaan keliling. Saya langsung setuju. Buku-buku dikirim dari dia," sambungnya.

Ditemani anak perempuannya, Indriani Fatmawati, dan kuda bernama Luna, Ridwan berkeliling. Hari itu, Selasa (5/5) salah satu tujuannya adalah sekolah dasar Islam Miftahul Hudadi di Desa Serang.

Di SD Miftahul Huda ini para siswa sibuk melihat buku-buku yang menarik perhatian mereka, termasuk beberapa majalah dan buku cerita anak. Buku apa yang paling banyak dipinjam? "Buku cerita anak dan komik seperti Kung Fu Boy dan Naruto," kata Ridwan.

Bagaimana antusiasme anak-anak? "Yang saya lihat, (anak-anak) lebih senang karena ada kudanya," lanjut Ridwan.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan BBC, Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Penerbitan Indonesia (IKAPI), Setia Dharma Madjid, mengatakan minat baca sebetulnya naik di kalangan pedesaan tinggi, namun daya beli menjadi hambatan besar. Ridwan saat ini merawat tiga kuda, tetapi bukan miliknya.

Apa sudah izin ke pemilik kuda kalau Luna dipakai keliling? "Belum pernah izin," kata Ridwan sambil tertawa. "Lagian yang punya kuda sudah lama tidak nengok kuda-kudanya. Saya miris juga."

Ridwan, yangi memiliki tiga anak, berharap "Kudapustaka" nantinya bisa memiliki kuda sendiri untuk berkeliling. Dia juga berangan-angan memiliki koleksi buku yang terus bertambah dan punya bangunan perpustakaan kecil di depan rumahnya. 

1. Berawal dari Obrolan

Ide 'Kuda Pustaka' berawal dari obrolan Ridwan dengan temannya yang berada di Jakarta, Nirwan Arsuka yang dikenalnya melalui media sosial. Nirwan mengusulkan agar dibuat perpustakaan keliling dengan media kuda yang diberi nama 'Kuda Perpus'.

Sesaat itu pula, Ridwan langsung menyetujui ide Nirwan tersebut, namun dia kebingungan dengan buku-buku yang akan digunakan untuk sarana perpustakaan keliling itu. Apalagi dirinya tidak mempunyai uang untuk membeli buku-buku tersebut.

"Spontan saya bilang itu ide bangus, tapi saya bingung ini buku dari mana, saya tidak punya uang, lalu dia bilang buku tidak usah khawatir nanti saya kirim ke Jawa," Kata Ridwan kepada detikcom, Sabtu (23/5/2015) meniru perkataan temannya saat itu.

Desember 2014 dua kardus berisi buku tiba di rumah Ridwan, di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah. Dengan semangat dirinya langsung menata buku-buku tersebut untuk dibawa keliling menggunakan kuda kesayangannya. Bahkan wadah yang akan ditaruh di punggung kuda sebagai tempat buku juga sudah dia siapkan, namun ternyata cuaca di Lereng Gunung Slamet pada saat itu tidak mendukung, hampir setiap hari hujan terus turun.

"Desember 2014 buku sampai di rumah, ada 2 kardus dengan jumlah 136 buku yang pertama datang. Saya semangat sekali dan sudah langsung ingin keliling tapi cuaca tidak mendukung, hujan terus setiap hari padahal rak (wadah) sudah dibikin dan sudah saya coba di punggung kuda cocok," ujarnya.

Awal Januari 2015 cuaca terlihat sangat bersahabat, tanpa pikir panjang, Ridwan langsung tancap gas keliling membawa buku dengan wadah kayu yang dia tulis 'Kuda Pustaka Gunung Slamet' dan diletakkan di punggung kuda. Tujuannya adalah tempat berkumpulnya anak-anak, seperti di TPQ dan SD.

2. Dikira Jual Buku

Ridwan mengalami hal-hal tak terduga saat mengawali berkeliling dengan kuda sambil meminjamkan buku ke anak-anak di lereng Gunung Slamet.

"Ada yang nanya, sekarang jualan buku ya?" kata Ridwan menirukan ucapan warga saat melihat ia berkeliling dengan kuda dengan buku-buku dicantolkan di pelana modifikasi bertuliskan 'Kuda Pustaka Gunung Slamet'.

Mengenang hal yang terjadi Januari lalu itu, Ridwan tersenyum. Jujur saja, saat itu ia malu. Ia jadi perhatian orang saat melintas. Semua penasaran. Ada yang bertanya, ada yang hanya melihat dengan raut muka heran.

Lokasi pertama yang dikunjungi Ridwan adalah Taman Pendidikan Quran (TPQ) Miftahul Huda yang berjarak 2-3 km dari rumahnya. Di sana, ia langsung dikerubuti anak-anak. Awalnya anak-anak tertarik si kuda, tapi kemudian bertanya soal buku-buku di punggung kudanya.

"Ada anak yang tanya, jualan buku ya Pak? Saya bilang ini dipinjamkan, ini perpustakaan, kamu boleh pinjam, dipilih-pilih aja," kata Ridwan yang ditemui detikcom akhir pekan lalu di rumahnya, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah.

Anak-anak bertanya soal biaya pinjam, lalu Ridwan mengatakan tak perlu membayar. "Dari situ, akhirnya anak-anak pada pinjam. Seminggu berikutnya, saya datang lagi untuk mengambil buku dan menawarkan buku lagi," papar ayah tiga anak ini.

3. Nama Kuda

Ridwan selama ini bekerja sebagai pengurus kuda. Di rumahnya yang berada di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, terdapat tempat perawatan kuda. Dari tiga kuda, hanya Luna dan Speed Shadow yang diajaknya 'berkelana' menyebarkan buku.

"Dulu saya punya banyak kuda, tapi sekarang saya sudah tidak punya, ada tempat, makanya pemilik kuda pada memasrahkan ke saya untuk merawat kuda-kuda mereka," kata Ridwan kepada detikcom saat ditemui di kediamannya, Sabtu (23/5/2015).

Dia berkisah sekitar sepuluh tahun lalu pemilik Luna, 'Kuda Pustaka' adalah seorang kakek yang mempunyai cucu yang saat itu sedang bertamasya di perkebunan stroberi Desa Serang dan menaiki kuda milik Ridwan yang diberi nama Sabet.

"Cucunya pas naik Sabet tidak mau turun, akhirnya kekeknya bilang nanti beli kuda aja yang penting kamu senang, terus cucunya itu mau turun. Ga lama saya dipanggil, tanya-tanya harga kuda, terus bilang tolong carikan kuda untuk cucu saya setelah saya cari dapat si Luna," katanya.

Setelah kuda tersebut dibeli, kemudian Luna dititipi oleh pemiliknya kepada Ridwan untuk diurus. Setiap bulan Ridwan dikirimi uang untuk biaya mengurus Luna. Namun sudah beberapa tahun terakhir ini sang pemilik tidak berkunjung melihat keadaan Luna.

"Terakhir kemarin, sopirnya bapak (pemilik kuda) telepon bilang katanya lihat saya masuk televisi, terus saya tanya apa bapak tahu, lalu dia bilang bapak tahu dan hanya tertawa," jelas dia yang meminta disampaikan permintaan maafnya karena menggunakan Luna untuk 'Kuda Pustaka'.

Selain Luna, ada pula kuda lainnya yang bernama Unyil yang berumur 2,5 tahun, Unyil adalah anak kedua dari Luna. Selama ini Luna sudah dua kali beranak dan anak terakhirnya adalah Unyil. Sedangkan anak pertamanya Luna sudah dijual.

"Luna saya kawinkan muncul si Luna junior tapi jantan saya jual. Hamil kedua lalu ada si unyil, jadi sudah 2 kali beranak," jelasnya.

Dan yang terakhir adalah Speed Shadow atau si Belang yang berumur 19 bulan. Si Belang merupakan kuda pacu hasil persilangan antara kuda lokal dengan kuda dari Australia yang dibeli oleh Ridwan sejak masih kecil. Karena keterbatasan uang dan rumah yang belum jadi, akhirnya si Belang kembali dijual dan dia dipasrahkan untuk merawatnya.

Awalnya, Ridwan hanya membawa Luna untuk menyebarkan buku. Namun beberapa hari terakhir, dia sempat mengalami keletihan sehingga sulit untuk berjalan hingga akhirnya memunculkan ide membawa serta kuda yang bernama Speed Shadow atau si Belang.

"Giliran TPQ Miftahul Ulum, jaraknya jauh sekitar 2,5 kilometer saya lagi sakit dan tidak bisa jalan, apalagi anak-anak sudah pasti pada nungguin, bisa tidak bisa saya harus datang, akhirnya saya coba pakai si belang, saya pakai si belang untuk mengeret si Luna," kata Ridwan Sururi kepada detikcom, Sabtu (23/5/2015).

Setelah dirinya mencoba membawa kedua kuda tersebut ternyata enak dan si Belang yang diikutin oleh Luna juga tidak kagetan dan tidak menendang. Luna pun demikian, mau mengikuti si Belang. Kolaborasi kedua kuda tersebut akhirnya menjadi ide yang akan dia gunakan setiap hari Rabu untuk menuju TPQ Miftahul Ulum.

"Perjalanan pertama Luna dan Belang sukses, cuma kendalanya wadah papan tempat buku yang ada di punggung Luna saya desain untuk dituntun, makanya untuk jarak jauh dituntun dengan kuda lain agak repot," jelasnya.

4. Didukung Keluarga

Upaya Ridwan menjalankan 'Kuda Pustaka' didukung keluarga. Bahkan sang anak turut membantu. Mengapa keluarga mendukung Ridwan menjalankan 'pekerjaan' yang tak menghasilkan uang?

"Yang penting bisa menularkan gemar membaca buku ke anak-anak," kata istri Ridwan, Kartiah (36) kepada detikcom di rumahnya, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.

Dalam banyak hal, uang tak layak jadi pertimbangan. Ada hal lain yang lebih penting. Kartiah meyakini hal itu. Bagi ibu tiga anak ini, Deni Fabli Fauzi (19), Indriyani Fatmawati (10) dan Dekanatrian Ramadhan (2), begitulah yang harus diambil hikmahnya dari kuda pustaka.

"Bapak pernah bilang gitu (tidak ada uangnya), ya terserah Bapak. Saya sih senang-senang saja. Bangga (kuda pustaka) bisa jalan," imbuh Kartiah.

Setelah kuda pustaka berjalan selama beberapa waktu, Indriyani ikut membantu. Bersama ayahnya, ia menyambangi TPQ Miftahul Huda pada hari Selasa. Untuk ke TPQ Miftahul Ulum yang jaraknya jauh, ia memilih tak ikut. Sedangkan untuk ke SDN 5 Serang, ia juga tak bisa membantu karena berbarengan dengan jadwal sekolah.

Mengapa Indri akhirnya ikut membantu? "Kasihan, takut (bapak) capek," kata bocah perempuan ini.

"Saya bangga melihat Bapak dan bisa bantu anak-anak agar rajin membaca," imbuhnya.

5. Direspons Positif Kades

Berjalannya perpustakaan keliling 'Kuda Pustaka' tenyata juga mendapatkan respons positif dari perangkat Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah. Bahkan semua buku yang akan dipinjamkan ke anak-anak bisa didapatkan dari perpustakaan desa setempat.

"Pak Kades mengatakan jika membutuhkan buku tidak perlu khawatir. Di perpusdes banyak buku yang bisa digunakan sebagai sarana 'Kuda Perpus'," kata Ridwan menirukan perkataan Kades Serang saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (23/5/2015) lalu.

Menurut dia, permintaan tersebut pertama kali dia ajukan setelah 'Kuda Pustaka' kekurangan buku-buku untuk dibaca oleh anak-anak. Ridwan sengaja menemui Kades setempat untuk meminta bantuan jika ada tamu yang berkaitan dengan pendidikan agar dapat dimintai bantuan buku-buku.

Mendapatkan sambutan yang baik dari perangkat desa, dirinya langsung merasa senang, bahkan dirinya sempat ditawari untuk sekalian mengelola perpustakaan desa agar bisa mendapatkan bayaran dari desa.

"Pak Kades sempat bilang kalau 'Kuda Pustaka' maju, perpus desa tolong dikelola sekalian saja biar nanti mas Ruri dapat bayaran dari desa, tidak seberapa yang penting cukuplah buat tambahan jajan anak-anak. Kemudian saya bilang nanti saya pikirkan lagi pak," jawabnya.

Selain respons baik dari pihak desa setempat soal kekurangan buku bacaan pada anak-anak, rupanya minat membaca di desa tersebut terus tumbuh bukan hanya di kalangan anak-anak SD dan TPQ, namun juga anak-anak SMA dan orang dewasa lainnya. Terbukti dengan adanya permintaan buku bacaan tentang biografi Bung Karno serta buku mengenai ternak kambing, domba dan budidaya lele.

"Ada anak minta buku biografi Bung Karno, dia masih sekolah SMA, lalu ada lagi yang minta buku tentang ternak kambing dan domba, kemudian ada juga yang minta buku budidaya ikan lele," jelasnya.

Namun itu semua malah membuat dirinya bingung. Dari mana dirinya bisa mendapatkan buku-buku tersebut, sedangkan untuk membelinya saja sudah tidak mungkin. Hingga akhirnya dia berkenalan dengan Joko Prasetyo, seorang pengurus perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang bersedia mencari kebutuhan Ridwan.

"Belum ada satu minggu dia langsung kasih kabar kalau bukunya sudah didapat. Malah dia langsung datang sendiri kesini mengantarkan buku sekalian mengunjungi 'kuda pustaka'," ungkapnya.

Untuk menambah semangat membaca dan meningkatkan pengetahuan umum kepada anak-anak di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, Ridwan Sururi melalui 'Kuda Pustaka' mempunyai ide untuk membuat sebuah lomba cerita terutama untuk anak-anak yang meminjam buku di 'Kuda Pustaka'.

"Saya punya ide untuk mengadakan lomba cerita terutama untuk anak yang pinjam buku dari Kuda Pustaka, dengan begitu, anak-anak akan lebih mudah menghafal," kata Ridwan.

Menurut dia, nantinya setiap anak akan menceritakan tentang pahlawan-pahlawan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu nantinya setiap anak akan dipinjami buku-buku tentang kepahlawanan agar bisa bercerita.

Ide mengadakan lomba tersebut disambut baik oleh pengurus perpustakaan Unsoed Purwokerto, Joko Prasetyo. Bahkan rencana lomba yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus mendatang akan dibantu dibantu sepenuhnya untuk juri, hadiah serta piagam.

"Sebenarnya saya sudah siapkan hadiah, saya dapat sumbangan alat-alat tulis dari orang, malah pa Joko mau tambah hadiah piala dan piagam, juri juga akan disiapkan, wah tambah semangat saya," jelasnya.

Saat ini buku-buku yang ada di 'Kuda Pustaka Gunung Slamet' masih sebatas untuk anak-anak di TPQ dan SD, meskipun ada untuk anak kecil tapi jumlahnya masih sangat terbatas. Ke depan, 'Kuda Pustaka' ingin merambah ke Taman Kanak-kanak (TK).

Menurut dia, sudah banyak ibu-ibu yang bertanya soal buku untuk latihan membaca anak-anak TK, namun jumlahnya belum banyak. 

Anak-anak Minta Buku Bung Karno Hingga Beternak Lele ke Kuda Pustaka

Berjalannya perpustakaan keliling 'Kuda Pustaka' tenyata juga mendapatkan respons positif dari perangkat Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah. Bahkan semua buku yang akan dipinjamkan ke anak-anak bisa didapatkan dari perpustakaan desa setempat.

"Pak Kades mengatakan jika membutuhkan buku tidak perlu khawatir. Di perpusdes banyak buku yang bisa digunakan sebagai sarana 'Kuda Perpus'," kata Ridwan menirukan perkataan Kades Serang saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (23/5/2015) lalu.

Menurut dia, permintaan tersebut pertama kali dia ajukan setelah 'Kuda Pustaka' kekurangan buku-buku untuk dibaca oleh anak-anak. Ridwan sengaja menemui Kades setempat untuk meminta bantuan jika ada tamu yang berkaitan dengan pendidikan agar dapat dimintai bantuan buku-buku.

Mendapatkan sambutan yang baik dari perangkat desa, dirinya langsung merasa senang, bahkan dirinya sempat ditawari untuk sekalian mengelola perpustakaan desa agar bisa mendapatkan bayaran dari desa.

"Pak Kades sempat bilang kalau 'Kuda Pustaka' maju, perpus desa tolong dikelola sekalian saja biar nanti mas Ruri dapat bayaran dari desa, tidak seberapa yang penting cukuplah buat tambahan jajan anak-anak. Kemudian saya bilang nanti saya pikirkan lagi pak," jawabnya.

Selain respons baik dari pihak desa setempat soal kekurangan buku bacaan pada anak-anak, rupanya minat membaca di desa tersebut terus tumbuh bukan hanya di kalangan anak-anak SD dan TPQ, namun juga anak-anak SMA dan orang dewasa lainnya. Terbukti dengan adanya permintaan buku bacaan tentang biografi Bung Karno serta buku mengenai ternak kambing, domba dan budidaya lele.

"Ada anak minta buku biografi bung karno, dia masih sekolah SMA, lalu ada lagi yang minta buku tentang ternak kambing dan domba, kemudian ada juga yang minta buku budidaya ikan lele," jelasnya.

Namun itu semua malah membuat dirinya bingung. Dari mana dirinya bisa mendapatkan buku-buku tersebut, sedangkan untuk membelinya saja sudah tidak mungkin. Hingga akhirnya dia berkenalan dengan Joko Prasetyo, seorang pengurus perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang bersedia mencari kebutuhan Ridwan.

"Belum ada satu minggu dia langsung kasih kabar kalau bukunya sudah didapat. Malah dia langsung datang sendiri kesini mengantarkan buku sekalian mengunjungi 'kuda pustaka'," ungkapnya.

Untuk menambah semangat membaca dan meningkatkan pengetahuan umum kepada anak-anak di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, Ridwan Sururi melalui 'Kuda Pustaka' mempunyai ide untuk membuat sebuah lomba cerita terutama untuk anak-anak yang meminjam buku di 'Kuda Pustaka'.

"Saya punya ide untuk mengadakan lomba cerita terutama untuk anak yang pinjam buku dari Kuda Pustaka, dengan begitu, anak-anak akan lebih mudah menghafal," kata Ridwan.

Menurut dia, nantinya setiap anak akan menceritakan tentang pahlawan-pahlawan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu nantinya setiap anak akan dipinjami buku-buku tentang kepahlawanan agar bisa bercerita.

Ide mengadakan lomba tersebut disambut baik oleh pengurus perpustakaan Unsoed Purwokerto, Joko Prasetyo. Bahkan rencana lomba yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus mendatang akan dibantu dibantu sepenuhnya untuk juri, hadiah serta piagam.

"Sebenarnya saya sudah siapkan hadiah, saya dapat sumbangan alat-alat tulis dari orang, malah pa Joko mau tambah hadiah piala dan piagam, juri juga akan disiapkan, wah tambah semangat saya," jelasnya.

Saat ini buku-buku yang ada di 'Kuda Pustaka Gunung Slamet' masih sebatas untuk anak-anak di TPQ dan SD, meskipun ada untuk anak kecil tapi jumlahnya masih sangat terbatas. Ke depan, 'Kuda Pustaka' yang ada di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah ingin merambah ke Taman Kanak-kanak (TK).

Menurut dia, sudah banyak ibu-ibu yang bertanya soal buku untuk latihan membaca anak-anak TK, namun jumlahnya belum banyak. Selain hari biasa, kuda-kuda yang dirawat oleh Ridwan juga biasa digunakan untuk mencari nafkah di Lembah Asri Wisata Desa Serang yang merupakan area wisata kebun stroberi. 

Siswa TPQ Ini Gembira dan Meningkat Nilainya Setelah Ada 'Kuda Pustaka'

Begitu 'Kuda Pustaka' datang di halaman TPQ Miftahul Huda, anak-anak di tempat tersebut langsung berkerumun untuk melihat buku terbaru apa yang dibawa oleh Ridwan Sururi (41) kali ini. Setelah mengambalikan buku sebelumnya yang dipinjam, mereka pun semangat untuk meminjam buku baru.

Dengan teliti, Indriyani Fatmawati (10) anak kedua Ridwan mencatat setiap buku yang dipinjam oleh anak-anak di TPQ tersebut. Kali ini Indriyani ikut membantu Ridwan karena jarak anatar rumah dan TPQ yang tidak terlampau jauh.

Salah seorang murid pengajian TPQ Miftahul Huda, Lili Suryani, mengatakan dengan adanya perpustakaan keliling ini sangat membantu dirinya dalam mengerjakan soal-soal di sekolah maupun di TPQ. Salah satunya adalah nilai ulangannya di sekolah yang meningkat dari sebelumnya.

"Ada pengaruhnya, tadinya nila ulangan saya biasa saja, tapi sekarang nilai ulangannya sudah bagus, jadi ada peningkatannya," jelas siswi SMPN 2 Karangreja saat berbincang dengan detikcom, Selasa (26/5/2015).

Biasanya sebelum ada perpustakaan keliling, Lili biasa mencari buku di sekolah. Tapi, perpustakaan di sekolah tidak selengkap perpustakaan milik 'Kuda Pustaka'.

"Belum sama sekali (perpustakaan keliling) hari ini, biasanya dulu kalau cari buku di perpustakaan sekolah, tapi biasanya selalu tutup, dan perpustakaan sekolah tidak selengkap perpustakaan ini," imbuhnya.

Sementara menurut Tasim, Ustad di TPQ Miftahul Huda mengatakan, dengan adanya perpustakaan keliling ini sangat membantu anak-anak menjadi lebih giat membaca.

"Iya ada perkembangan dari anak-anak jadi giat membaca, entah itu hanya dilihat gambarnya saja. Jadi untuk menambah suasana di pengajian juga, selain itu bisa nambah kegiatan anak walupun itu cuma 1 minggu sekali," jelas dia.

Dia menjelaskan, biasanya bukunya dibawa pulang oleh anak-anak yang meminjam. "Karena bukunya dibawa pulang, jadi dari pada nonton tv bisa digunakan sambil baca-baca buku," ujarnya.

Dirinya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan Ridwan dengan adanya perpustakaan keliling di TPQ Miftahul Huda, selain dapat menambah pengatahuan anak-anak, di buku-buku yang dibawa oleh Ridwan juga ada buku-buku yang bertemakan islam.

"Kemajuan di anak-anak ada, tetap ada perkembangan, dari saya sendiri silahkan selama anak bisa rajin membaca, untuk menyemangatkan dalam belaja di TPQ," jelasnya.

Bukan hanya anak-anak sekolah yang meminjam buku dari perpustakaan keliling yg dikelola Ridwan, tapi warga sekitar yang ingin mempelajari tentang budidaya kambing, baik kambing etawa maupun kambing potong.

"Ya saya mau wirausahalah, makanya saya cari buku tentang kambing, selama ini saya berdagang, saya pingin ada kemajuan," kata Sidin, warga Serang.

Sementara menurut salah satu warga yang ikut meminjam buku, Wanto mengatakan jika dirinya memang sedang mencari buku tentanga macam-macam tanaman herbal yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

"Iya saya cari buku tentang pohon-pohon herbal dan ramuan tradisional, karena sering ada yang pesan jadi biar tahu," ujarnya.

Saat ditemui, Lili tengah mengembalikan buku tentang Pahlawan Indonesia. Menurut dia dengan membaca buku tentang Pahlawan Indonesia sangat menginspirasi dirinya untuk belajar di sekolah serta bisa mengenal lebih dekat dengan pahlawan-pahlawan Indonesia, berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah ini rencananya Lili akan kembali meminjam buku tentang pertanian.

"Karena ayah saya seorang petani dan saya ingin membantu ayah saya. Biar tanaman yang dibudidayakan ayah bisa berkembang," jelasnya.

"Adanya perpustakaan keliling ini, membantu, sangat membantu," jelasnya.

sumber: detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar