Visi Rasulullah untuk Pendidikan Generasi Abad 21

Oleh: Budi Ashari, Lc.

Visi Umat Saat Ini

Suatu peradaban terbentuk dari masyarakat, sedangkan masyarakat terbentuk dari komunitas terkecil yaitu keluarga.  Maka tinggi/rendahnya suatu peradaban diawali dengan tinggi/rendahnya kualitas keluarga-keluarga di dalamnya.

ISLAM meminta kita untuk memiliki VISI yang BESAR.  Namun sayangnya fakta berkata bahwa umat Islam di zaman ini hanya memiliki visi yang kecil dan remeh dalam sudut pandang Islam.

Apa contohnya?

Perhatikan tujuan para orangtua menyekolahkan anak-anaknya: Supaya kelak bisa punya pekerjaan yang bagus, punya rumah yang bagus, punya kendaraan sendiri?
Perhatikan betapa bangga dan puasnya para orangtua yang anak-anaknya "sukses": punya pekerjaan bagus, punya rumah, punya kendaraan, sudah menikah, punya anak...

Itulah definisi SUKSES yang diadopsi oleh umat Islam di zaman ini.  Diadopsi?  Ya, diadopsi dari orang-orang kafir yang tidak mengetahui, tidak mengerti apalagi meyakini akhirat.  Hal yang dianggap kesuksesan luar biasa oleh orang-orang kafir, namun sesungguhnya sangat remeh dalam pandangan Islam.

Dari contoh di atas, ternyata saat ini kita menuntut ilmu untuk tujuan dunia.  Sudah tahukah Anda apa sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. tentang orang yang menuntut ilmu untuk tujuan dunia?

    حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ أَبِي طُوَالَةَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَعْمَرٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
"Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yg seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat." [HR. Abu Daud No.3179].

Melemahnya Umat Islam

Umat Islam saat masih bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah yang menerapkan hukum (syari'at) Allah adalah suatu umat yang kuat.  Daulah Islam menguasai peradaban yang tinggi. Rakyat yang hidup di dalamnya, baik Muslim maupun non-Muslim, hidup aman sejahtera dan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang pesat.  Namun saat kaum Muslim mulai menurunkan standar visinya dan disibukkan oleh hal-hal remeh (duniawi), saat itulah dimulainya kemunduran.

Belajarlah dari sejarah salah satu penyebab lepasnya Andalus dari tangan kaum Muslimin, yaitu hadirnya seorang pemusik dari Iraq yang pindah ke Andalus, bernama Abu Al Hasan Ali bin Nafi' (atau dikenal juga dengan sebutan Ziryab).  Dialah yang mengajari masyarakat Andalus tentang menyanyi, table manner (termasuk urutan makan dari appetizer - main course - dessert), makan 3 kali sehari, dress code, hairstyle dsb.  Sehingga umat Muslim mulai menyukai dan disibukkan dengan hal-hal remeh tersebut. Maka masjid-masjid di Andalus mulai sepi. Muslimin makin jauh dari Islam karena makin cinta dunia.

Benarlah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berikut:

    عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” [HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278].

Visi Misi Keluarga Muslim

Sumber hukum Islam telah menjelaskan visi dan misi keluarga Muslim dalam dalil-dalil sebagai berikut:

Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka

Dalil: Al Qur'an surah At Tahrim (66): 6

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Ini adalah perintah Allah subhanahu wata'ala kepada orang-orang yang beriman.  Menjaga diri dan keluarga dari api neraka berarti tidak boleh ada perbuatan ahli neraka yang masuk ke dalam keluarga dan rumah kita.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. sebagai suri teladan telah memberi contoh betapa beliau tidak pernah berkompromi dalam hal ini, bahkan kepada anak-anak.  Hal ini terlihat dari riwayat saat cucu beliau, Hasan, mengambil sebiji kurma dari tempat kurma-kurma zakat/sedekah.  Beliau segera menyuruh cucunya yang masih kecil itu untuk mengeluarkan kurma itu dari mulutnya. Namun Hasan tidak mengeluarkannya, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. memasukkan jarinya ke mulut cucu beliau dan mengeluarkan kurma itu.  Saat itu usia Hasan masih kecil, namun Rasulullah tidak memberi kompromi.

Bagaimana dengan kita? Kita biasa memakai kata "maklum" atas perbuatan anak-anak.  Bahkan saat ini kita berstandar ganda; di satu sisi mengakui harus menjauhi yang haram, tapi di sisi lain kita menikmati perbuatan/hal-hal yang haram karena membuat hidup lebih mudah (contoh: pinjaman/cicilan dengan riba dan transaksi/muamalah dengan akad-akad bathil).  Ingatlah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. mencontohkan bahwa tidak boleh ada kompromi dalam menjauhkan diri dan keluarga dari neraka.  Tegakah kita jika salah satu anggota keluarga kita disiksa di neraka?

Mewujudkan Pasangan dan Keturunan Penyejuk Mata dan Pemimpin bagi Masyarakat Bertakwa

Dalil: Al Qur'an surah Al Furqan (25): 74

    وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
"Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk mata (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."

Perhatikanlah do'a yang indah ini:
  • Ayat ini mendahulukan kata 'pasangan', baru kemudian menyebut 'keturunan'.
  • Ayat ini mendahulukan do'a meminta 'penyejuk hati', baru memohon 'jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.'

Al Qur'an sebagai mu'jizat, berisi kalamullah yang begitu sempurna baik dalam pemilihan kata maupun urutan peletakan kata.  Mari kita renungkan kedua poin di atas:

Poin 1.
Sudah sewajarnya bahwa kita mempunyai pasangan yang sah secara syari'at sebelum mempunyai keturunan. Keturunan baru akan menjadi penyejuk mata saat kita berhasil mewujudkan pasangan yang menjadi penyejuk mata bagi kita.  Amat sulit mewujudkan keturunan yang istimewa saat hubungan pasangan tidak baik.

Poin 2.
Pemimpin yang baik lahir dari keturunan yang menjadi penyejuk mata dalam keluarga.  Rumah adalah tempat utama lahirnya para pemimpin istimewa. Kegagalan menghadirkan pemimpin yang adil dan penuh belas kasih adalah bukti kegagalan keluarga Muslim menanamkan pondasi awal seorang calon pemimpin yang menyejukkan mata di rumah. Mewujudkan pemimpin yang baik, yang lahir sebagai penyejuk mata dalam keluarga inilah yang menjadi masalah umat saat ini.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. dan para sahabatnya memberi teladan kepada kita betapa mereka saat menjadi pemimpin umat, tetap memiliki waktu untuk bercengkerama bersama keluarga dan bermain bersama anak-cucu mereka.

Dalam sebuah riwayat bahkan Khalifah Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anh pernah batal memberikan jabatan kepada seseorang setelah mengetahui bahwa orang tersebut tidak pernah memeluk dan mencium anak-anaknya.

Bersama Hingga di Surga

Dalil: Qur'an surah At Thur (52): 21

    وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."

Tidakkah kita ingin berkumpul kembali dengan keluarga kita kelak di surga?

Jadikanlah pembicaraan tentang surga sebagai pembicaraan dalam keluarga.  Sampaikanlah betapa inginnya kita berkumpul kembali bersama pasangan dan anak-anak kita di surga kelak, sehingga visi ini akan tertanam dalam hati setiap individu dalam keluarga dan akan bersama-sama mengusahakan terwujudnya visi ini.

Melahirkan Generasi Penegak Khilafah

Dalil: Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. diriwayatkan oleh Ahmad: Dari Hudzaifah bin Al Yaman, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda:

    تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت
"Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah)." Kemudian beliau (Nabi) diam.

Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. menjelaskan tentang 5 fase zaman:
  1. Masa Kenabian (Nubuwwah);
  2. Masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah);
  3. Masa Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Adhdhon);
  4. Masa Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyyah);
  5. Masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah).

Fase ke-1. Masa Kenabian (Nubuwwah)
Ini adalah masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam., hingga beliau wafat. Beliaulah yang menjadi pemimpin dan mengurus kesejahteraan dan keamanan seluruh umat Islam, baik masyarakat Arab maupun non-Arab yang berada dalam naungan Daulah Islam.

Fase ke-2. Masa Khilafah Berdasar Sistem Kenabian (Khilafah 'ala minhaj an-Nubuwwah)
Khilafah adalah sistem kepemimpinan untuk seluruh umat Muslimin di seluruh dunia, dengan satu pemimpin, satu aturan berdasarkan syari'at Islam. Ini adalah masa para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. memimpin, diawali dengan Abu Bakar radhiyallahu 'anh (2 tahun), dilanjutkan oleh Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anh (10 tahun), Utsman bin Affan radhiyallahu 'anh (12 tahun), Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anh (6 tahun), diakhiri dengan kepemimpinan Hasan bin Ali radhiyallahu 'anh (6 bulan) yang mengundurkan diri pada bulan Rabi'ul Awwal, tepat 30 tahun wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Fase ke-3. Masa Kekuasaan yang menggigit (Mulkan 'Adhdhon)
Fase yang muncul selanjutnya adalah kerajaan, ditandai dengan berdirinya Dinasti Bani Umayyah. Dalam fase ini kekuasaan masih berada di tangan Muslimin. Namun dalam fase ini terjadi naik-turun keadilan tergantung pemimpin, kadang baik dan adil, terkadang juga zhalim.  Tapi pemimpin pada fase ini masih menegakkan syari'at Islam.

Fase ke-4. Masa Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyyah)
Pada fase ini dimulailah keterpurukan umat diawali dengan hilangnya kekuasaan kepemimpinan umat Muslim di muka bumi sehingga syari'at Allah (Islam) tidak lagi diterapkan, dan umat Muslim menjadi korban terbesar dari masa ini. Para ulama mengatakan bahwa saat ini kita berada di fase ke-4.

Fase ke-5. Masa Khilafah Berdasar Sistem Kenabian (Khilafah 'ala minhaj an-Nubuwwah)
Fase ini belum terjadi, dan akan terjadi karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah bersabda melainkan apa yang disampaikan beliau adalah wahyu dari Allah subhanahu wata'ala.  Pada fase ke-5 ini akan hadir para pemimpin yang adil dan membawa kesejahteraan bagi rakyat. Rasulullah menamakan fase ini sama seperti fase ke-2.  Generasi seperti apa yang diperlukan untuk masa khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah?  Ternyata kita telah diberi contoh yang lengkap dari sejarah di fase ke-2.

Melahirkan Generasi Pembuka Roma

Dalil: Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.:

    فقال عبد الله بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه وسلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي المدينتين تفتح أولا قسطنطينية أو رومية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم مدينة هرقل تفتح أولا يعني قسطنطينية
Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, "Bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menulis, tiba-tiba beliau shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang kota manakah yang akan difutuh (dibebaskan) terlebih dahulu, apakah kota Konstantinopel atau kota Roma”. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)” [HR Ahmad]

Pernyataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. ini disampaikan sekitar tahun 5 H atau 627 M, dan menjadi kenyataan di tahun 857 H atau 1453 M  yaitu lebih dari 8 abad kemudian.  Dulu Romawi terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Romawi Barat yang terletak di Italia dan Romawi Timur yang meliputi wilayah Syam (Suriah, Palestina, Libanon, Yordania) dengan ibukota Konstantinopel (saat ini Istambul, Turki).  Konstantinopel adalah lambang kebanggaan Kristen Ortodoks dan merupakan benteng yang kuat tak terkalahkan pada masa itu.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda:

    لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
"Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel; sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya." [HR Ahmad]

Selama berabad-abad para pejuang Muslim berusaha memantaskan diri untuk menjadi pembebas Konstantinopel seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut, namun belum ada yang berhasil. Hingga akhirnya pertahanan kokoh Konstantinopel runtuh oleh pasukan Muslim yang dipimpin oleh seorang anak muda berusia 24 tahun yang dikenal dengan nama Muhammad Al Fatih.

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di atas telah menjadi kenyataan, untuk Konstantinopel.  Maka apa yang ada di depan mata kita kelak adalah pembebasan Roma.  Inilah yang akan menjadi masa generasi yang akan datang. Maka, ajarkanlah ilmu-ilmu yang akan bermanfaat kelak di zaman anak-anak kita dewasa. Jangan ajarkan ilmu yang hanya akan dikubur kelak saat kebangkitan Islam.  Dan luruskanlah visi mendidik anak-anak dengan visi yang besar (akhirat), tidak lagi visi duniawi.

Bagaimana melahirkan generasi pembuka Roma? Inilah pertanyaan terpenting, yang jawabannya menjadi tugas kita.

Semua Berawal dari Sini:

    قال جندب بن جنادة رضي الله عنه: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا، وأنتم اليوم تعلمون القرآن قبل الإيمان. رواه ابن ماجه وصححه الألباني
Jundub bin Junadah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami telah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari iman sebelum belajar al-Quran, kemudian barulah kami mempelajari al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” [HR. Ibn Majah dan disahihkan oleh al-Albani]

Dalam hadits di atas diriwayatkan bahwa yang pertama diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. adalah  IMAN. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. selama masa-masa awal di Mekah membina umat Muslim dengan aqidah (keimanan). Ayat-ayat Qur’an yang turun di Mekah banyak berisi tentang kejadian di Hari Kiamat, surga dan neraka.

Maka hendaklah kita mengajarkan IMAN terlebih dahulu kepada anak-anak. Jangan diubah urutannya!

Iman yang tertanam dalam dan kuat membuat umat Muslim tidak tawar-menawar akan syari’at Allah.  Jika kita ajarkan halal/haram (syari’at) terlebih dahulu, jangankan anak-anak, orang dewasa pun akan ‘lari’ duluan.

Tanamkan pengertian tentang tauhid, sifat-sifat ketuhanan-Nya, Allah-lah yang menciptakan dan mengatur seluruh langit dan bumi beserta isinya, Allah-lah yang memberikan rezeki dan kenikmatan, hanya Allah-lah yang diibadahi, dan seterusnya.  Jelaskan tentang nama-nama baik Allah (asma’ul-husna) dan pengertian di dalamnya, sehingga saat membaca surah-surah Al Qur’an anak-anak akan semakin terdorong untuk memahaminya.

Belajar dari Sejarah

Imam Malik radhiyallahu 'anh: "Generasi ini tidak akan pernah bisa baik kecuali dengan cara yang pernah dipakai untuk memperbaiki generasi awal."

Sejarah itu berulang. Keadaan umat Muslim dahulu sama seperti kita sekarang. Jika kita mengeluh tentang teknologi, maka teknologi sudah ada sejak dahulu, hanya berubah bentuk.  Media? Media pun sudah ada sejak dulu, hanya berubah bentuk.  Tantangan dari lingkungan terhadap umat Muslim? Itu pun sudah ada sejak awal--Islam hadir sebagai sesuatu yang asing di tengah masyarakat Arab jahiliyah.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
"Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut."

Maka percayalah pada janji Allah yang disampaikan melalui lisan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam., bahwa umat Muslim akan kembali bangkit.  Untuk itu siapkanlah anak-anak kita untuk berperan di zamannya nanti, zaman kebangkitan Islam. In sya Allah.

Wallahu a’lam

sumber: catatankajianislam.blogspot.in

Tidak ada komentar:

Posting Komentar