Seorang Mukmin Ibarat Pohon Kurma

Oleh: Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr[1]

Tidak ragu lagi bahwa perumpamaan itu sangat indah dan mudah dicerna oleh akal karena akan memudahkan kita untuk memahami suatu ungkapan. Dalam al-Qur’an saja terdapat empat puluh lebih perumpamaan. Tentu saja di balik perumpamaan tersebut terdapat pelajaran berharga bagi orang mau merenungi. Allah berfirman (yang artinya):

"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (QS. al-'Ankabut : 43)

Sebagian salaf dahulu apabila membaca sebuah perumpamaan dalam al-Qur’an lalu dia tidak memahaminya, maka dia akan menangis tersedu-sedu seraya mengatakan, “Saya tidak termasuk orang-orang yang berilmu.” [2]

Oleh karena itulah, pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak saudara sekalian untuk merenungi dan mempelajari bersama sebuah perumpamaan dalam al-Qur’an dan hadits tentang iman.

Teks Hadits

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ  يَوْمًا لأَصْحَابِهِ « أَخْبِرُونِى عَنْ شَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الْمُؤْمِنِ ». فَجَعَلَ الْقَوْمُ يَذْكُرُونَ شَجَرًا مِنْ شَجَرِ الْبَوَادِى. قَالَ ابْنُ عُمَرَ وَأُلْقِىَ فِى نَفْسِى أَوْ رُوعِىَ أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَجَعَلْتُ أُرِيدُ أَنْ أَقُولَهَا فَإِذَا أَسْنَانُ الْقَوْمِ فَأَهَابُ أَنْ أَتَكَلَّمَ فَلَمَّا سَكَتُوا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هِىَ النَّخْلَةُ ».
Dari Ibnu Umar berkata, “Suatu hari, Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya, ‘Kabarkanlah kepadaku tentang sebuah pohon yang perumpamaannya seperti seorang mukmin?’ Maka para sahabat pun menyebutkan jenis-jenis pohon di badui.’ ” Ibnu Umar berkata, “Terlintas dalam benakku untuk menjawab ‘pohon kurma’, tetapi saya segan menjawabnya karena banyak para sahabat yang lebih tua dariku. Tatkala para sahabat diam, Rasulullah bersabda, ‘Pohon itu adalah pohon kurma.’ ” (HR. Bukhari 1/38 dan Muslim 4/2165 dan ini lafazh Muslim)

Hadits ini merupakan penjelasan dan tafsir terhadap firman Allah (yang artinya):

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS. Ibrâhîm [14]: 24–25)

Penafsiran ini ditegaskan oleh para ulama salaf shalih dari kalangan sahabat dan selain mereka. Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Syu’aib bin Habhab berkata, “Suatu saat kami berada bersama Anas bin Malik, lalu disuguhkan kepada kami sebuah keranjang berisi kurma, kemudian Anas mengatakan kepadaku, “Makanlah wahai Abu Aliyah karena buah ini termasuk pohon yang disebutkan oleh Allah dalam Qur’an-Nya, lalu beliau membacakan ayat (QS. Ibrâhîm [14]: 24–25).” [3]

Semakna dengan redaksi di atas juga riwayat-riwayat yang dinukil dari ulama salaf lainnya seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Masruq, Ikrimah, Dhahak, Qatadah, Ibnu Zaid.[4]

Lebih tegas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ مَثَلُ النَّخْلَةِ، مَا أَخْذْتَ مِنْهَا مِنْ شَيْءٍ نَفَعَكَ
“Perumpamaan seorang mukmin itu seperti pohon kurma, apa pun yang engkau ambil darinya pasti bermanfaat bagimu.” [5]

Pohon kurma mendapatkan keistimewaan ini sebagai perumpamaan seorang mukmin karena pohon kurma adalah pohon yang sangat istimewa dan banyak manfaatnya. Imam Abu Hatim as-Sijistani menulis sebuah kitab khusus tentang pohon kurma. Dalam kitabnya tersebut beliau menyebutkan keistimewaan pohon kurma, nama-namanya, dan pembahasan-pembahasan menarik lainnya. Beliau mengatakan di pembukaannya, “Pohon kurma adalah tuannya para pohon, diciptakan dari tanah Nabi Adam[6]. Allah telah menjadikannya sebagai perumpamaan untuk kalimat lâ ilâha illallâh. Maka sebagaimana lâ ilâha illallâh adalah tuannya ucapan, demikian juga pohon kurma dia adalah tuannya pohon.” [7]

Dan yang perlu kita cermati bersama adalah tatkala Nabi memberikan perumpamaan seorang mukmin dengan pohon kurma, tentunya di sana ada sisi-sisi kesamaan antara keduanya yang sangat penting untuk kita renungi karena hal itu akan memberikan banyak manfaat bagi kita. Berikut ini akan kami sampaikan beberapa sisi kesamaan antara keduanya yang saya sarikan dari penjelasan ahli ilmu dalam kitab-kitab tafsir dan syarah hadits serta kitab-kitab lainnya.

PERTAMA: Pohon kurma pasti memiliki akar, batang, tangkai, daun, dan buahnya. Demikian juga dengan iman harus memiliki akar, cabang, dan buahnya. Akarnya adalah rukun iman yang enam, cabangnya adalah amal shalih dan ketaatan yang bermacam-macam, sedang buahnya adalah segala kebaikan dan kebahagiaan yang dipetik di dunia dan akhirat.

Al-Baghawi berkata, “Hikmah perumpamaan iman dengan pohon kurma adalah karena pohon itu harus memiliki tiga hal: akar, batang, dan tangkai. Demikian pula iman tidak sempurna kecuali dengan tiga hal: membenarkan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amalan anggota badan.” [8]

KEDUA: Pohon kurma tidak bisa hidup dan tumbuh kecuali apabila disiram dengan air, demikian juga seorang mukmin tidak hidup hatinya kecuali apabila disiram dengan siraman rohani berupa wahyu. Oleh karena itu, ketika Allah memperingatkan dari kerasnya hati, setelah itu Allah berfirman (yang artinya):

"Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya." (QS. al-Hadîd [57]: 17)

Dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa sebagaimana Allah menghidupkan bumi dengan air dari kegersangan, demikian pula Allah menghidupkan gersangnya hati dengan wahyu. Namun, semua itu hanya dicermati oleh orang-orang yang memahami ayat-ayat Allah.

Oleh karena itu, seorang mukmin harus selalu mengontrol setiap waktu pohon imannya yang ada dalam hati dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sebab jika tidak maka dikhawatirkan akan gersang kemudian mati. Dalam Musnad Imam Ahmad dari hadits Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الإِيْمَانَ لَيَخْلَقُ فِيْ جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ، فَاسْأَلُوْا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيْمَانَ فِيْ قُلُوْبِكُمْ
Sesungguhnya iman dalam hati seorang di antara kalian itu bisa luntur/usang sebagaimana lunturnya pakaian, maka berdoalah kepada Allah untuk memperbaharui iman dalam hati kalian.[9]

Dari sinilah kita mengetahui betapa butuhnya hamba untuk melaksanakan ibadah kepada Allah setiap waktu agar imannya selalu terjaga.[10]

KETIGA: Pohon kurma itu sangat kokoh dan kuat, demikian pula iman apabila mengakar dalam hati seorang maka akan kokoh seperti gunung yang tak tergoyahkan sedikit pun.

Imam Auza’i pernah ditanya tentang iman, apakah bisa bertambah? Beliau menjawab, “Ya, bertambah sehingga seperti gunung.” Lalu ditanya, apakah bisa berkurang? Beliau menjawab, “Ya, sehingga tidak tersisa sedikit pun.” [11]

KEEMPAT: Pohon kurma tidak tumbuh di sembarangan tanah, tetapi hanya tanah yang subur saja. Oleh karena itu, kurma tidak bisa tumbuh sama sekali di sebagian daerah, kadang bisa tumbuh tetapi tak bisa berbuah, terkadang berbuah tetapi buahnya kecil. Jadi tidak semua tanah cocok untuk pohon kurma.[12]

Demikian halnya dengan iman, ia tidak bisa tumbuh pada setiap hati manusia, tetapi hanya pada hati seorang yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya dengan keimanan.

KELIMA: Pohon kurma terkadang dikelilingi oleh tumbuhan lainnya yang ada di sekitarnya sehingga dapat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karenanya, sang pemilik pohon kurma harus selalu merawatnya dan membersihkan tumbuhan-tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhannya, sebab jika tidak maka pohon kurma tidak akan tumbuh dan mungkin bisa jadi akan terkalahkan oleh tumbuhan lainnya.

Demikian juga halnya dengan seorang mukmin dalam kehidupan ini, banyak sekali gangguan yang melemahkan imannya. Oleh karenanya, seorang mukmin hendaknya selalu berintrospeksi dan mengontrol imannya setiap saat dan berusaha semaksimal mungkin untuk membersihkan segala virus dan kotoran yang dapat menodai hatinya seperti godaan setan, fitnah dunia, hawa nafsu, dan sebagainya. Allah berfirman (yang artinya):

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-’Ankabût [29]: 69)

KEENAM: Pohon kurma adalah pohon yang penuh barokah sehingga setiap bagiannya bermanfaat dan tidak ada satupun bagian yang tidak bisa dimanfaatkan, buahnya jelas bermanfaat, batang kayunya untuk bangunan dan atap rumah, daunnya untuk penutup dan atap rumah, bahkan biji kurma sekalipun bisa dimanfaatkan.

Demikian juga halnya seorang mukmin, dia selalu berbarokah dalam setiap keadaan, dan selalu bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain sekalipun setelah meninggal dunia. Dia juga selalu bermanfaat bagi saudaranya yang lain, berakhlak mulia kepada sesama mereka, dan selalu berusaha membantu mereka dengan ucapan dan perbuatan.[13]

KETUJUH: Pohon kurma itu berbeda-beda dan bertingkat-tingkat bentuknya, jenisnya, buahnya, rasanya, sebagian lebih istimewa daripada yang lain. Demikian pula seorang mukmin, tingkatan iman mereka tidak sama, tetapi berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Allah berfirman (yang artinya):

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fâthir [35]: 32)

KEDELAPAN: Pohon kurma adalah pohon yang sangat sabar menghadapi angin yang kencang menerpanya, berbeda dengan pohon-pohon lainnya yang goyang jika terkena angin kencang bahkan mungkin ambruk. Demikian juga seorang mukmin, dia sabar menghadapi angin musibah dan cobaan yang menimpanya, sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, dan sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan yang tidak berkenan baginya.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. al-Baqarah [2]: 155–157)

KESEMBILAN: Pohon kurma itu semakin tua umurnya semakin enak rasa buahnya. Demikian juga seorang mukmin, semakin tua umurnya maka akan semakin baik amal perbuatannya.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ».
Dari Abdullah bin Busr berkata, “Ada seorang Arab badui mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” [14]

KESEPULUH: Hati pohon kurma yang disebut dengan jummar termasuk bagian yang paling enak dan manis. Demikian juga hati seorang mukmin, tidak terisi kecuali dengan kebaikan, istiqamah, dan kejernihan.

KESEBELAS: Buah kurma termasuk buah-buahan yang sangat bermanfaat, ketika masih basah yang disebut dengan ruthab bisa dijadikan buah dan manisan, dan ketika kering yang disebut dengan tamr bisa sebagai makanan, buah-buahan, manisan, obat dan manfaat lainnya yang bermacam-macam.

Demikian halnya dengan seorang mukmin, manfaat dan kebaikannya bermacam-macam. Dan sebagaimana buah kurma itu manis rasanya, demikian halnya dengan keimanan, ada rasa manis dan lezat yang dirasakan oleh orang yang kuat imannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

“Ada tiga hal yang apabila ada pada diri seorang maka dia akan merasakan lezat/manisnya iman; apabila Allah dan rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya. Dan mencintai seorang dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan orang yang takut untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia tidak ingin dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari 1/22 dan Muslim 1/66)

KEDUA BELAS: Termasuk sisi kesamaan yang unik antara seorang mukmin dengan pohon kurma adalah apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim: “Manusia telah menyebutkan sisi-sisi kesamaan antara manfaat pohon kurma dengan sifat seorang mukmin. Dan tatkala berbicara tentang duri pohon kurma, mereka menyerupakannya dengan sifat seorang mukmin yang keras terhadap musuh-musuh Allah, sehingga sifat kerasnya tersebut seperti duri, adapun terhadap orang-orang yang beriman dan bertakwa maka ia seperti kurma basah (ruthab) yang lembut dan manis.

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. al-Fath [48]: 29)[15]

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa iman adalah suatu pohon yang penuh berkah dan banyak manfaatnya dan buahnya, memiliki tempat tersendiri untuk ditanami, siraman khusus, dan memiliki akar, cabang dan buah.

  • Adapun tempatnya yaitu hati seorang mukmin. Di situlah benih dan akarnya ditanam sehingga menumbuhkan batang pohon dan tangkainya.
  • Adapun siramannya yaitu wahyu berupa al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Itulah siraman pohon tersebut, ia tidak akan bisa hidup dan tumbuh kecuali dengan siraman tersebut.
  • Adapun akarnya yaitu rukun iman yang enam dan rukun yang paling tinggi adalah iman kepada Allah.
  • Adapun cabangnya yaitu amal shalih serta ketaatan yang beragam.
  • Adapun buahnya yaitu semua kebaikan dan kebahagiaan yang diraih seorang mukmin di dunia adan akhirat. 

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menulis sebuah risalah khusus tentang masalah ini berjudul at-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman. Dalam kitab tersebut beliau menjelaskan tentang pohon iman ini secara lebih terperinci.

Demikianlah beberapa sisi kesamaan antara pohon kurma dengan seorang mukmin. Semoga Allah menjadikan kita semua ahli iman.

[1] Disadur secara bebas oleh Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dari buku beliau Ta’ammulat fi Mumatsalatil Mu’min lin Nakhlah, terbitan Dar Ibnu Affan, KSA, cet. pertama, 1419 H.

[2] Al-Kafiyah Syafiyah hlm. 9

[3] Sunan Tirmidzi no. 3119 dan diriwayatkan pula oleh Abdurrazzaq, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Hatim, ar-Raomahumurmuzi dalam al-Amtsal, sebagaimana dalam ad-Durr al-Mantsur 5/22 karya as-Suyuthi.

[4] Lihat atsar-atsar ini dalam Tafsir ath-Thabari 8/204–206 dan ad-Durr al-Mantsur 5/22–23 karya as-Suyuthi.

[5] HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir 12/no. 1351 dan dishahihkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 1/147 dan al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 2285.

[6] Hadits yang menyebutkan bahwa pohon kurma tercipta dari tanah Nabi Adam tidak shahih dari Rasulullah n\ sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu’at 1/129. Lihat pula al-Mizan 5/222 oleh adz-Dzahabi dan Silsilah adh-Dha’ifah 1/283–284 oleh al-Albani.

[7] Kitab an-Nakhlah hlm. 33

[8] Tafsir al-Baghawi 3/33

[9] HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/4 dan dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah 4/113.

[10] Lihat I’lamul Muwaqqi’in 1/174 karya Ibnul Qayyim.

[11] Syarh Ushul I’tiqad 5/959 karya al-Lalikai

[12] Lihat Kitab an-Nakhlah hlm. 66–67.

[13] Lihat Fathul Bari 1/145–146 karya Ibnu Hajar dan Miftah Dar Sa’adah 1/120 karya Ibnul Qayyim.

[14] HR. Tirmidzi 4/565 dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi 2/271.

[15] Miftah Dar Sa’adah 1/10–121

sumber: abiubaidah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar